Judul : Filosofi Kopi
Genre : Drama (Remaja)
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Produser : Anggia Kharisma, Handoko Hendroyono, Glenn Fredly
Produksi : Visinema Picture
Durasi : 117 menit
Pemain : Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Julie Estelle, Jajang C. Noer, Slamet Raharjo
Sebuah Film yang tidak hanya bercerita, tetapi membuka wawasan baru untuk melihat kopi Indonesia dalam bingkai yang penuh gairah dan cinta.
Film Filosofi Kopi menceritakan tentang perjalanan dua orang sahabat yang membangun sebuah kedai kopi kecil yang bernama ‘Filosofi Kopi’ yang menjadi daya tarik pengunjung karena setiap jenis minuman kopi selalu mempunyai filosofinya masing-masing.
Cerita dimulai dengan adanya permasalahan keuangan dengan hutang yang membebani kedai akibat dari peninggalan ayahnya Jody, sehingga bentrokan diantara kedua sahabat semakin tajam karena Ben pun tak bisa apa-apa karena selama 18 tahun dia diasuh oleh Keluarga Jody. Sampai akhirnya datanglah seorang pengusaha yang menawarkan uang 1 Milyar apabila Ben bisa meracik kopi terbaik dan disukai oleh penanam modal yang sedang dilobinya.
Selama 2 minggu, Ben berada di meja kerjanya bereksperimen untuk membuat formula kopi yang akan menjadi kopi paling enak di Jakarta. Kopi itu dinamakan ‘Ben’s perfecto’ . Namun kegembiraan kedua sahabat itu hilang begitu datang seorang perempuan bernama El seorang Coffee blog yang berpendapat ada kopi yang lebih enak. Tentu Ben tidak terima. Hasil kerjanya selama ini dapat dikalahkan oleh kopi lain yang dibuat secara sederhana oleh seorang petani. Kopi Tiwus namanya.
Akhirnya racikan kopi tiwus inilah yang disajikan Ben untuk tantangan dari pengusaha tersebut dan dinyatakan menang sehingga mereka berdua berhak atas uang 1 Milyar dan digunakan untuk melunasi semua hutang Kedai “Filosofi Kopi”. Sejak itu Ben juga berhenti menjadi barista dan menelusuri kembali perjalanan hidupnya yang seakan terputus sejarahnya karena dia kabur dari ayahnya.
Film yang di adaptasi dari cerpen karya penulis buku best seller, Dewi Lestari (Dee) yang diterbitkan tahun 2006 ini, menarik untuk ditonton. Kita disuguhi berbagai macam jenis kopi di tanah air yang sudah mendunia. Juga pemandangan perkebunan kopi di Indonesia menjadikan kita sadar betapa kaya dan bangganya kita sebagai penghasil biji kopi terbaik di dunia.
Antara Buku dan Film
Ada perbedaan alur cerita antara cerpen dan filmnya namun secara keseluruhan tidak menjadikan pembaca cerpen yang kemudian menonton filmnya merasa terganggu. Akan tetapi, pakaian dan setting-an pemain-pemainnya kurang tepat dengan peran yang dimainkan. Sebagai contoh, di film itu ada scene saat Ben masih kecil dan sudah dewasa. Pemeran ayah Ben sewaktu kecil dan sesudah dewasa, seharusnya ada perubahan fisik karena usia, tetapi di film ini terlihat sama saja. Pemeran petaninya (diperankan actor Slamet Raharjo) juga kurang terlihat seperti petani. Tapi itu tidak menjadi masalah. Ceritanya lucu, unik dan menarik. Bagus ditonton untuk remaja dan dewasa.
Film ini, tak hanya ceritanya yang mengundang tawa, tetapi juga amanat tersembunyi tentang kasih sayang dan hubungan anak dan ayahnya, dapat dijadikan pelajaran berharga. Walaupun ada beberapa kekurangan, secara keseluruhan film ini adalah film yang direkomendasikan untuk ditonton.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI