Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memilih Obat Batuk yang Tepat Saat Swamedikasi

19 Agustus 2022   09:12 Diperbarui: 19 Agustus 2022   13:45 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Edward Jenner via pexels.com

Saat musim pancaroba tiba, adalah saat di mana cuaca suka tidak menentu. Kadang cerah dan panas, kadang dingin dan hujan. Kadang mendekat, kadang menjauh kayak mereka yang hobinya ghosting tuh.. Eehhhh, kok malah curcol!

Perubahan cuaca, suhu, dan kelembaban lingkungan ini sering kali membuat tubuh kita 'bingung'. 

Bagi mereka yang imunitasnya sedang tidak maksimal, kerap menjadi rentan untuk terserang virus/bakteri dan mengalami gejala 'tiga serangkai' yakni demam, batuk, dan pilek.

Dari ketiga gejala ini, jujur saya paling merasa terganggu dengan batuk. Kenapa? 

Batuk membuat saya lelah, tidak bisa tidur, dan sedikit banyak membuat orang di sekitar saya merasa terganggu karena suaranya.


Apalagi di zaman pandemi Covid19 ini. Setiap orang yang batuk, seolah jadi tersangka pengidap Covid19. Semua mata tertuju ke arah mereka yang batuk, dengan pandangan curiga bercampur takut.

Yah padahal bisa saja kan, orang itu batuk karena tersedak sambal batagor kayak saya. Pembaca yang pernah tersedak sambal, pasti tahu dong bagaimana 'makjang'-nya sensasi itu? Hihi..

Anyway, ada banyak sekali hal-hal yang menyebabkan kita batuk. Jadi sebenarnya batuk itu apa sih? Penyakit atau gimana?

Sekilas tentang Batuk

Sebetulnya, batuk merupakan suatu bentuk reaksi refleks alami tubuh sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh untuk melindungi saluran pernafasan dari benda asing.

Proses batuk terjadi melalui tiga fase yakni fase inspirasi, kompresi, dan ekspirasi. Selama fase inspirasi, kita akan menarik nafas (inhalasi) untuk meningkatkan volume udara dalam paru yang diperlukan untuk menghasilkan pergerakan udara.

Kemudian fase kompresi ditandai dengan penutupan laring dan kontraksi otot-otot pernafasan, termasuk otot interkostal, diafragma, dan perut.

Dan terakhir fase ekspirasi, yang ditandai dengan pembukaan glotis (pangkal tenggorokan pada pita suara) yang cepat dan volume tinggi. 

Aliran udara yang cepat ini menimbulkan getaran dalam laring dan faring, dan menyebabkan suara khas batuk. Pada tahap inilah terjadi pembersihan benda-benda asing.

Selain sebagai bentuk pertahanan tubuh untuk membersihkan tenggorokan dari benda asing, batuk juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lainnya seperti:

  • Infeksi virus dan bakteri (bronkitis, pneumonia, pertusis/batuk rejan, TBC, dan lainnya)
  • Rinitis Alergi yang dipicu oleh alergen
  • Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) yang ditandai gejala trias seperti bronkitis kronis, emfisema, dan asma,
  • Merokok
  • Efek samping obat, terutama anti-hipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor. Misalnya Kaptopril, Lisinopril, Enalapril.

Berdasarkan durasi, umumnya batuk diklasifikasikan menjadi 3 yaitu batuk akut (jika berlangsung selama kurang dari 3 minggu), batuk subakut (jika berlangsung selama tiga hingga 8 minggu), dan batuk kronis (jika berlangsung lebih dari 8 minggu).

Batuk akut dan subakut umumnya dapat ditangani dengan meredakan gejalanya (simptomatis), tanpa harus dilakukan tes diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan patologi yang berbahaya.

Sedangkan batuk kronis, apalagi jika ada gejala kecurigaan patologi berbahaya dan pasien tampak sangat kesakitan, ada baiknya dilakukan tes lebih lanjut. Misal rontgen dada, spirometri, pemeriksaan sputum (dahak), hingga CT Scan, atau biopsi.

Sebagai langkah awal pengobatan gejala batuk ringan (akut), kita dapat melakukan swamedikasi dengan membeli obat batuk yang dijual bebas di apotek, toko obat, atau toko retail. Masalahnya, obat batuk di luar sana ada berbagai macam jenis dan kombinasi. 

Lalu bagaimana cara memilih obat batuk yang tepat?

Memilih Obat Batuk yang Tepat Saat Swamedikasi

Sebelum memutuskan membeli obat batuk sendiri, kita harus memahami lebih dulu jenis-jenis obat batuk. 

Perlu diingat, bahwa batuk dapat disertai atau tidak disertai dahak. Oleh sebab itu jenis obatnya juga berbeda.

Kalau pembaca sekalian pernah membaca label kemasan obat batuk, pasti familiar dengan istilah antitusif, ekspektoran, dan mukolitik. Apakah pembaca tahu bedanya?

1. Antitusif

Obat batuk antitusif bekerja dengan cara menekan refleks batuk dan menyebabkan retensi dahak. 

Obat ini sangat membantu bagi pasien yang menderita batuk kering dan sangat mengganggu.

Beberapa contoh obat batuk golongan ini misalnya Dextromethorphan, Kodein. Kedua obat ini termasuk jenis obat yang diawasi penggunaannya karena dapat menyebabkan adiksi. 

Dextromethorphan termasuk dalam golongan Obat-Obat Tertentu (OOT), sementara Kodein termasuk dalam golongan Opioid (narkotika).

Oleh sebab itu, kita tidak akan menemukan obat ini di pasaran dalam sediaan dosis tunggal untuk mencegah penyalahgunaan.

Dextromethorphan umumnya dikombinasikan dengan anthistamin seperti Chlorpheniramine Maleate, antipiretik seperti Paracetamol, atau dekongestan seperti PseudoephedrineHCl, untuk mengatasi gejala batuk dan flu.

Sedangkan kodein, baik dalam sediaan tunggal maupun kombinasi, perolehannya harus disertai resep dokter.

2. Ekspektoran

Obat batuk golongan ekspektoran bekerja dengan meningkatkan sekresi bronkial (pengeluaran lendir), agar kondisi tenggorokan lebih lembab sehingga aliran lendir dapat lebih lancar dan mudah dikeluarkan. Contoh ekspektoransia misalnya Guaifenesin, dan Ammonium Klorida.

3. Mukolitik

Obat golongan mukolitik bekerja dengan menghancurkan molekul lendir dan mengurangi kekentalan dahak, sehingga dahak bisa lebih mudah dikeluarkan. Contoh obat golongan mukolitik misalnya Ambroxol, Bromhexin, Asetilsistein.

Baik obat ekspektoransia maupun mukolitik, cocok digunakan untuk penderita batuk yang produktif (menghasilkan lendir).

Jadi jika pasien menderita batuk yang produktif namun diberi obat golongan antitusif, justru akan berbahaya karena dahak menjadi tidak bisa dikeluarkan dengan mudah.

Sebaliknya, jika pasien menderita batuk kering diberi obat golongan mukolitik/ekspektoransia yang merangsang batuk padahal tidak ada produksi lendir, juga akan berisiko melukai tenggorokan.

What You Should Remember

Jadi apa saja yang perlu kita ingat dalam memilih obat batuk saat swamedikasi? Hal yang paling utama adalah berkonsultasi lebih dulu dengan farmasis untuk menentukan jenis obat batuk yang cocok. Selain itu, kita juga harus ingat beberapa hal di bawah:

1. Perhatikan Kombinasi Zat Aktif

Selalu perhatikan kombinasi zat aktif. Seperti yang sudah disinggung tadi, obat batuk umumnya dikombinasikan dengan antipiretik, dekongestan, dan antihistamin yang menyebabkan kantuk.

Oleh sebab itu hindari minum obat sebelum berkendara atau menjalankan mesin. Dan jangan pula sebelum kamu masuk kelas pelajaran, dijamin auto ketiduran!

Bila mengandung obat yang dapat menyebabkan adiksi, jangan diminum terus menerus dalam jangka panjang.

2. Baca Label Kemasan

Saya tidak pernah bosan mengingatkan ini kepada siapapun yang sedang mengonsumsi obat. Meskipun cuma obat untuk mengatasi penyakit ringan, membaca dan memahami informasi pada label kemasan adalah mutlak. Berapa dosisnya, bagaimana cara pakainya, di mana simpannya, apa efek sampingnya, hingga nomor izin edarnya.

3. Banyak Minum Air Putih

Obat golongan antitusif umumnya menyebabkan konstipasi sebagai efek samping. Oleh sebab itu biasakan minum banyak air putih dan konsumsi serat seperti sayuran. Bagaimanapun, air putih tetap merupakan ekspektoransia terbaik loh.

4. Bila Sakit Berlanjut, Hubungi Dokter

Jika gejala batuk tidak hilang atau berkurang setelah minum obat, apalagi untuk waktu yang cukup lama, ada baiknya agar pengobatan dihentikan sementara dan segera memeriksakan diri ke dokter.

Seperti yang sudah saya singgung di atas, ada banyak faktor penyebab batuk. Bagi beberapa orang mungkin rasanya malas ya kalau batuk sampai periksa ke dokter. Tapi kita tidak boleh menganggap remeh, jika batuk sudah sangat mengganggu dan berlangsung terus menerus.

Jadi gimana, sudah tahu kan kalau batuk kira-kira mau beli obat yang mana?

Cherio!

Referensi:

NCBI | PIONAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun