Perlu diingat bahwa anak-anak punya pemikiran yang sederhana. Hal-hal yang membuat mereka merasa senang akan lebih berkesan bagi mereka.
Tradisi salam tempel berpotensi membuat anak memiliki pemikiran materialistis. Tidak menutup kemungkinan mereka akan pilih-pilih terhadap keluarganya.
Contoh, seorang anak lebih suka berkunjung ke rumah kakek atau neneknya dibanding ke rumah pamannya karena nominal salam tempel dari kakek/neneknya lebih besar. Atau bahkan mereka tidak segan-segan untuk meminta salam tempel ketika berkunjung atau dikunjungi kerabat.
3. Anak-anak merasa bisa melakukan apa saja dengan uang yang dimiliki
Terkadang orangtua memberi pemahaman yang keliru, yakni membuat anak berpikir bahwa mereka bisa melakukan apa saja yang diinginkan kalau mereka punya uang sendiri.
Ya ada benarnya juga sih, tapi pemahaman yang keliru bisa membuat anak menjadi keras kepala dan tidak bijak mempergunakan uang yang dimilikinya. Terutama ketika mereka merasa sudah menghasilkan uang sendiri walau hasil dari salam tempel.
Misal mereka ngotot untuk menggunakan uang hasil salam tempel untuk membeli hal-hal yang mereka inginkan, bukannya sesuatu yang mereka butuhkan.
Justru saat masih anak-anak, mereka harus diajari untuk bijak menggunakan uang. Mereka harus diajari memilih, misal membeli mainan atau perlengkapan sekolah. Mereka juga harus diajari untuk menabung atau bersedekah.
Satu hal yang perlu dicatat juga, sebaiknya jangan memaklumi dengan pemahaman 'namanya juga anak-anak' ketika mereka sudah salah kaprah dengan tradisi salam tempel. Justru sejak masih anak-anaklah mereka harus diajari salam tempel bukanlah tradisi yang utama.
Jika memang orangtua belum mengizinkan anak memegang uangnya sendiri ketika memperoleh salam tempel, sebaiknya jangan janjikan mereka untuk mengembalikan uang mereka.
Beri mereka pengertian secara terus terang, bahwa uang yang mereka 'titipkan' akan digunakan untuk tabungan atau membeli kebutuhan mereka. Misal uang sekolah, perlengkapan sekolah, susu, dan lainnya. Dengan demikian mereka tidak perlu ngotot untuk menagih atau ngambek karena merasa dibohongi.
Saya memahami bahwa bagi sebagian orangtua atau keluaraga, memberikan salam tempel bisa jadi suatu bentuk ungkapan sayang supaya anak-anak merasa senang. Jadi semua saya kembalikan lagi kepada masing-masing bagaimana memandang tradisi salam tempel ini.
Cherio!