Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Tiga Alasan Mainstream yang Gak Masuk Akal untuk Putusin Pacar

11 Januari 2021   07:00 Diperbarui: 11 Januari 2021   12:48 2655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi sejujurnya, saya suka gagal paham dengan konsep break'dalam hubungan berpacaran ini karena terkesan plin-plan. Kalau mau putus ya putus. Kalau masih suka, ya harusnya dibicarakan dengan pasangan, kendala apa yang dirasakan selama menjalani masa pacaran dan apa yang harus diubah supaya hubungan bisa berjalan dengan baik.

Justru sejak awal kita harus mulai belajar tegas dan berkomitmen dalam berelasi dengan pasangan. Jangan sampai kalau sudah menikah nanti, begitu merasa bosan langsung berpaling ke pria atau wanita lain, atau begitu merasa ada ketidakcocokan langsung minta pisah. Nggak banget kan? 

Jadi kalau pacar kamu atau mungkin kamu sendiri tiba-tiba kepingin break, coba dipikir-pikir lagi ya?

"Kamu gak salah, yang salah itu aku"

Menurut saya alasan yang satu ini juga agak aneh dan gak masuk akal. Biasanya mereka yang mengatakan hal ini, justru belum menjelaskan alasan yang sebenar-benarnya (karena mungkin mereka sendiri juga bingung?) kepada pasangannya. 

Jadi supaya tidak menjadi perdebatan panjang, dengan santuy-nya mereka bilang, "Bukan kamu kok yang salah. Yang salah itu aku." Nyalah-nyalahin diri sendiri deh pokoknya, supaya pasangan yang diputusin tidak merasa bersalah atau melakukan hal-hal di luar nalar gara-gara diputusin. 

Kalau orang bilang, "Yah, biar cepet aja gitu. Biar gak ada ribut-ribut." Tipikal orang yang gak mau membicarakan masalah dengan baik. Males banget kan?

"Kamu terlalu baik buat aku"

Nah, menurut saya ini yang paling gak masuk akal. Kalau pacarnya memang sebegitu baiknya dan tidak menuntut pasangannya juga harus "setara" dengannya, bukankah pasangannya harusnya bersyukur?

Katanya kalau menjalin hubungan itu harus bisa menerima semua kebaikan dan kekurangan pasangannya, tapi kenapa kalau pasangannya terlalu baik malah minta putus? Jangan sok merasa minder dan menjadikan alasan bahwa pasangan lebih baik. Ingat gaes, nobody's perfect in this world.

Jadi menurut hemat saya, kalau memang mereka yang berpacaran sudah berkomitmen untuk menjalin hubungan, maka (terlepas dari siapa yang lebih baik) harusnya masing-masing bisa berjuang supaya dalam menjalani hubungan tersebut mereka bisa saling melengkapi. Bener gak sih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun