Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Serunya Menari Tortor di Huta Siallagan

16 Februari 2020   07:00 Diperbarui: 16 Februari 2020   08:17 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deretan Jabu Bolon di Huta Siallagan (Sumber: Dokpri)

Well, tulisan saya kali ini masih seputar cerita perjalanan saya bersama rombongan keluarga pulang ke kampung Bapak di Onan Runggu, Pulau Samosir. Sayangnya, seperti biasa perjalanan kami dibatasi oleh waktu karena kami harus tiba di Onan Runggu tanggal 30 Desember untuk persiapan acara tahun baru.

Padahal ada banyak sekali tempat yang ingin saya kunjungi, mulai dari Lembah Bakkara, Tuktuk, termasuk The Kaldera Toba Nomadic Escape yang belum lama diresmikan oleh Bapak Luhut Binsar Panjaitan. Oleh sebab itu mau tak mau kami harus menyeleksi seketat mungkin tempat wisata yang akan kami kunjungi.

Berhubung saya lebih suka tempat-tempat yang berorientasi pada budaya dan kultur setempat, akhirnya atas rekomendasi salah seorang sepupu, kami memutuskan untuk ke Huta Siallagan karena lokasinya juga searah dengan perjalanan kami dari kawasan Tele. Dan benar saja, Huta Siallagan sangat sesuai dengan ekspektasi saya.

Huta Siallagan

Dalam bahasa Batak, kata Huta dapat diartikan sebagai desa atau kampung. Jadi kurang lebih Huta Siallagan adalah kampung masyarakat Batak yang bermarga Siallagan. 

Satu hal yang menurut saya menarik dari tempat ini adalah kepedulian dan kreativitas masyarakat setempat untuk mengenalkan kampung dan tradisinya dalam bentuk desa wisata.

Meski boleh dibilang tempatnya tidak terlalu besar dan agak tersembunyi di dekat pelabuhan Ambarita, Huta Siallagan yang terletak di Desa Ambarita, kecamatan Simanindo ini didesain sedemikian cantik khas kultur Batak Toba. 

Lokasi Huta Siallagan memiliki luas kurang lebih 2.400 meter persegi yang dikelilingi oleh tembok batu yang disusun bertingkat setinggi 1.5-2 meter. Konon, dulu tembok batu ini berfungsi untuk menjaga kampung dari serangan binatang buas maupun serangan musuh.

Tourguide yang memberikan penjelasan kepada pengunjung (Sumber: Dokpri)
Tourguide yang memberikan penjelasan kepada pengunjung (Sumber: Dokpri)
Biaya masuk ke Huta Siallagan menurut saya sangat murah yakni cukup lima ribu rupiah saja per orang. Begitu memasuki area, kita akan disambut oleh deretan Jabu Bolon (rumah tradisional suku Batak) yang sangat cantik. 

Kalau dilihat-lihat sih, rumah-rumah ini sudah tidak lagi dihuni dan hanya dijadikan sebagai properti wisata. Maka tak heran spot ini selalu dijadikan turis sebagai latar untuk berfoto.

Satu hal lain yang membuat saya menyukai tempat ini adalah adanya tour guide yang menjelaskan sejarah tentang Huta Siallagan. Jadi pengunjung yang datang ke sini tidak hanya sekadar foto-foto saja, tetapi juga memperoleh pengetahuan tentang sejarah Huta Siallagan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun