Misalnya cara penyimpanan yang salah yang menyebabkan perubahan sifat fisik dan kimia OBA, penggunaan dalam jangka panjang, atau bahkan tanpa diketahui OBA tersebut dicampur Bahan Kimia Obat (BKO) sampai memberikan efek yang diinginkan dengan cepat.
Idealnya, OBA tidak akan memberikan efek secepat obat kimia. Oleh sebab itu perlu dicurigai jika ada OBA yang memberikan efek 'cespleng' setelah dikonsumsi.
Sebagai contoh, jamu Pasak Bumi yang memiliki khasiat untuk mengatasi disfungsi ereksi dicampur dengan Sidenafil, sehingga efek yang diinginkan dapat cepat dirasakan. Atau jamu pegel linu yang dicampur Parasetamol. Padahal OBA tidak boleh dicampur BKO sedikitpun.
Untuk memastikan bahwa produk OBA yang kita konsumsi aman, pastikan produk tersebut memiliki Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan POM.Â
Ciri NIE dari Badan POM untuk obat bahan alam yakni kode TR (untuk obat tradisional dalam negeri), TI (untuk obat tradisional impor), TL (untuk obat tradisional lisensi), HT (untuk Obat Herbal Terstandar) dan FF (untuk Fitofarmaka). Masing-masing mode tersebut diikuti 9 digit angka.Â
Kalau sedang beli obat berbahan alam, coba deh sekali-sekali perhatikan NIE-nya. Masuk kategori manakah produk tersebut?
Dalam dunia kefarmasian ada istilah Interaksi Obat. Saya tidak akan menjelaskan secara detail tentang interaksi obat karena tentu tidak akan cukup jika dituliskan semua di sini.
Intinya, interaksi obat terjadi ketika dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan. Ada dua jenis interaksi obat yakni Interaksi Farmakodinamik dan Interaksi Farmakokinetik.
Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang mempunyai khasiat atau efek samping yang serupa atau berlawanan. Bisa memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua, atau bahkan menimbulkan efek samping yang lain.
Sedangkan Interaksi Farmakokinetik adalah interaksi yang terjadi apabila suatu obat mempengaruhi Absorpsi/Penyerapan, Distribusi, Metabolisme dan Eksresi/pengeluaran (ADME) obat lain.Â