Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ingatlah Hal Ini Saat Mulai Tak Semangat Kerja

24 September 2019   08:00 Diperbarui: 24 September 2019   12:05 7501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: theconversation.com

"Duh, akhir-akhir ini gue merasa gak semangat kerja nih. Lama-lama kerja gue tambah berat rasanya. Boro-boro naik gaji. Apresiasi atau support dari atasan aja gak ada."

Ngomong-ngomong petikan di atas adalah salah satu keluhan yang lumayan sering saya dengar dari rekan kerja saya dulu.

Bagi mereka yang bekerja sebagai karyawan, saya yakin pasti ada yang pernah merasakan hal tersebut. Apalagi mereka yang sudah menjadi pegawai senior. Bertahun-tahun bekerja di posisi yang sama tanpa ada prospek jenjang karir.

Mungkin bagi sebagian orang berpendapat bahwa naik jabatan bukanlah hal yang utama, melainkan justru imbalan yang diterima (gaji, tunjangan, cuti dan lainnya) diharapkan terus meningkat. 

Atau bisa jadi lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif. Atau bisa juga hal yang sederhana seperti, dukungan dan apresiasi dari atasan/superior atas kontribusi yang sudah dilakukan. Dengan demikian hal-hal tersebut diharapkan dapat membangkitkan semangat dan meningkatkan kinerja atau prestasi karyawan.

Namun ketika hal sederhana itu saja tidak ada, sementara tuntutan dan tekanan pekerjaan terus meningkat (meskipun sebenarnya kita masih mampu mengatasinya), maka pada suatu titik semangat kita untuk bekerja akan menurun atau bahkan hilang.

Sebagai seorang pegawai swasta, sesekali saya juga pernah merasakan hal demikian meski masa kerja saya belum tembus sepuluh tahun. Keluhan semacam itu tanpa disadari muncul di pikiran, bahkan terlontar dari mulut. Apa pembaca sekalian ada yang pernah merasakan hal yang sama juga?

Well, karena kebetulan saya bukan seorang yang ahli di bidang self improvement dan bukan pula motivator kondang yang mampu menggelorakan semangat orang lain di luar sana, apa yang saya tulis kali ini semata-mata hanyalah sharing pengalaman pribadi.

Siapa tahu, pembaca sekalian sedang mengalami hal yang sama seperti yang saya tuliskan di sini dan ingin tahu apa yang saya lakukan saat mengalami masa-masa yang tidak bersemangat itu. Atau mungkin mau share pengalaman pribadi? Ditunggu di kolom komentar ya..

Bersyukur karena Masih Punya Pekerjaan
Saat kita mengalami atau menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan, saya akui kita cenderung sulit untuk berpikir positif. Dan salah satu sikap positif itu misalnya bersyukur dalam setiap kondisi yang sedang dialami. 

Seringkali saya dengar satu candaan yang entah kita harus merasa ironi atau justru berbangga karenanya, bahwa orang Indonesia terkenal dengan pikiran positifnya karena terus merasa 'untung'.

Contoh, saat seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami luka-luka, perkataan yang muncul justru 'untung cuma luka-luka dan tidak sampai meninggal'. 

Atau misalnya saat tertipu puluhan juta setelah dihipnotis. Perkataan yang muncul justru 'untung cuma puluhan juta, gak sampe ratusan atau milyaran'. Betapa positive thinking-nya kita bukan?

Ilustrasi: theconversation.com
Ilustrasi: theconversation.com
Sama halnya saat kita merasa tidak semangat dan lelah karena bekerja. Cobalah melihat ke 'bawah' sejenak. Mereka yang menganggur lama meski gelar sarjana sudah digenggam. 

Atau mereka yang lelah kesana-kemari mengirim surat lamaran dan ikut wawancara kerja, namun tak kunjung dapat panggilan, sementara mereka perlu segera memiliki penghasilan karena memiliki tanggungan.

Maka saat kita mendadak merasa lelah dan tidak bersemangat, kita tetap harus bersyukur sebab 'untung kita capek karena bekerja dan bukannya karena nyari kerja'. Untung lagi kan?

Pekerjaan Tidak Ideal Bukan Berarti Tidak Bermanfaat
Ada yang bilang, memiliki pekerjaan yang juga merupakan hobi adalah anugerah. Kita akan selalu bersemangat bekerja (bahkan rela lembur, inisiatif untuk melakukan effort lebih, dan sebagainya) karena apa yang kita lakukan adalah hal yang kita sukai.

Well, jelas saya juga mau kalau seperti itu. Pekerjaan ideal saya adalah mengelola apotek sendiri sambil menulis artikel di Kompasiana dan menerbitkan buku sendiri karena saya adalah apoteker yang suka menulis. Tapi saya tahu saat ini saya belum bisa mencapai hal tersebut. Saya masih membutuhkan modal, baik pengalaman maupun materi.

Jika bicara tentang pekerjaan seperti apa yang dianggap ideal, menurut saya hal itu tergantung passion masing-masing, karena setiap orang memiliki minat dan kompetensi yang berbeda.

Bidang pekerjaan digeluti tidak melulu harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang diambil. Dan pekerjaan yang ideal tidak melulu berkaitan dengan jabatan atau imbalan yang diperoleh.

Tergantung bagaimana masing-masing orang memandangnya. Saat kita menjalani pekerjaan yang tidak atau belum sesuai dengan harapan kita, bukan berarti pekerjaan yang kita lakukan saat ini sia-sia dan tidak ada manfaatnya.

Saya percaya setiap pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, memiliki manfaat tersendiri. Entah manfaatnya langsung dirasakan saat itu juga atau di masa depan, atau entah itu untuk kita sendiri atau orang lain.

Dan saat ini, saya akui bahwa pekerjaan yang saya lakukan memang belum terlihat memberikan manfaat secara signifikan dalam hidup saya. Tapi saya percaya bahwa apa yang saya lakukan sekarang akan bermanfaat di masa depan.

Sumber ilustrasi: corkscrewthinking.com (@sylviaduckworth)
Sumber ilustrasi: corkscrewthinking.com (@sylviaduckworth)
Mengembangkan Diri Perlu Usaha
Satu hal yang saya percayai juga adalah bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Semua butuh proses. Lama atau tidaknya proses tersebut juga tergantung dari bagaimana kita berusaha. 

Meminjam istilah Iceberg Illusion (Ilusi Gunung Es), kesuksesan hanyalah puncak kita yang dilihat orang lain. Dalam mengembangkan diri dan meraih kesuksesan tersebut, tentunya ada banyak usaha yang harus dilakukan.

Usaha ini berada di bawah dan biasanya diiringi dengan hal-hal yang justru jarang diperhatikan orang lain seperti, keberanian mengambil risiko dan keluar dari zona nyaman; pelajaran yang diperoleh dari banyak jenis kegagalan; pengorbanan waktu, pikiran, materi dan tenaga; kekecewaan; keraguan;  kebiasaan yang baik dan tekad untuk disiplin; terbuka dalam menghadapi perubahan; kerja keras; bersikap tangguh dan pantang menyerah, dan lain sebagainya.

Dan karena mengembangkan diri membutuhkan usaha-usaha tersebut, maka dalam menjalani pekerjaan apapun sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh supaya kesuksesan itu dapat betul-betul tercapai. Mungkin terdengar idealis, tapi biasanya usaha tidak akan membohongi hasil bukan?.

Jadikan Pengalaman dan Batu Loncatan
Boleh jadi pekerjaan yang kita lakukan sekarang belum ideal dan sesuai dengan harapan kita. Oleh sebab itu wajar ketika terkadang kita merasa jenuh dan jadi tidak bersemangat. Tapi anggaplah bahwa belum tiba waktunya untuk kesempatan tersebut, dan cobalah untuk bertahan.

Oleh sebab itu alangkah baiknya kalau kita sambil tetap jeli melihat peluang, bekali diri dengan banyak pengalaman. Siapa tahu pengalaman pekerjaan tersebut justru dapat menjadi batu loncatan ke tempat kerja atau karir yang baru.

Jadi saat kamu mulai merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam bekerja, coba ingat empat hal ini. Jenuh dan tidak bersemangat dalam bekerja, tidak selalu merupakan sinyal atau tanda supaya kita resign dan mencari pekerjaan yang baru. 

Zaman sekarang ini, ada begitu banyak pengangguran berpendidikan tinggi yang mencari kerja. Oleh sebab itu, ketika kamu sudah / telah memperoleh pekerjaan, syukuri dan coba jalani dengan sepenuh hati. Cherio!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun