Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Peredaran Obat Palsu Terungkap Lagi

26 Juli 2019   15:50 Diperbarui: 26 Juli 2019   18:01 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: style.tribunnews.com

Oleh sebab itu, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan di level sarana distribusi pelayanan misalnya apotek atau instalasi farmasi rumah sakit.

Semestinya apotek jangan mudah tergiur dengan diskon yang diberikan distributor.

Contoh, jika harga pasaran 1 karton produk A dari distributor adalah lima ratus ribu rupiah, kemudian salah satu distributor lain memberi diskon 50% tanpa ada kondisi tertentu (harga diskon bisa jadi diberikan karena ED produk sudah dekat), maka apotek perlu mencurigai keaslian produk tersebut.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tampilan desain kemasan (apakah rapi atau tampak seperti print biasa), bentuk dan/atau tampilan segel kemasan (apakah berbeda dari biasanya), dan penampakan fisik (misalnya warna) obat yang berbeda dari yang biasanya (jika bisa diamati tanpa membuka kemasan).

Pertanyaan saya sekarang adalah, dari mana JKI memperoleh obat kadaluarsa sedemikian banyak?

Menurut regulasi, obat-obat yang sudah kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan harus dimusnahkan. Sarana yang memusnahkan obat kadaluarsa harus melaporkan berita acara kepada regulator terkait.

Jadi kelihatannya perlu ditelusuri juga sarana yang menjual obat-obat kadaluarsa ke PT. JKI.

2D Barcode sebagai Upaya Pencegahan Peredaran Obat Palsu

Di era Revolusi  Industri 4.0 dimana perkembangan teknologi digital kini sudah merambah di setiap aspek kehidupan, BPOM juga berinovasi dengan membangun pengawasan berbasis digital.

Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan pengawasan produk oleh petugas dan masyarakat untuk melindungi masyarakat dari produk yang tidak memenui persyaratan, termasuk mencegah beredarnya produk tanpa identitas (tanpa NIE atau NIE palsu).

Ilustrasi: BPOM
Ilustrasi: BPOM
Inovasi yang dimaksud adalah menerapkan pencantuman 2D Barcode pada kemasan produk obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan olahan yang diproduksi (dalam maupun luar negeri) dan diedarkan di wilayah Indonesia, meskipun saat ini penerapannya baru bertahap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun