Dalam ruang live TikTok, orang tidak hanya membeli barang, tetapi juga membeli pengalaman sosial. Mereka membeli karena menyukai kepribadian host, ingin mendukung usaha kecil, atau sekadar menikmati kebersamaan yang muncul di ruang digital. Inilah bentuk baru dari ekonomi yang berpijak pada kedekatan sosial.
Fenomena live shopping juga menggambarkan perubahan cara masyarakat memahami ekonomi. Dulu, aktivitas jual beli berlangsung secara formal dan berjarak. Sekarang, batas antara ekonomi dan hiburan menjadi kabur. Orang bisa bekerja, berjualan, sekaligus bersosialisasi dalam satu ruang digital yang sama.
Pertumbuhan ekonomi digital tidak hanya ditopang oleh teknologi atau algoritma, tetapi juga oleh hubungan sosial yang menghidupinya. TikTok, dengan segala dinamikanya, seolah mengembalikan semangat pasar tradisional, tempat senyum, sapaan, dan rasa percaya menjadi penggerak utama transaksi.
Menariknya, ruang digital ini juga memperluas makna pasar itu sendiri. Ia tidak lagi terbatas pada lokasi fisik, tetapi terbentuk dari jaringan sosial virtual yang sama hangatnya dengan interaksi tatap muka.
Melalui live TikTok, kita melihat wajah baru ekonomi yang tetap menyimpan sisi lamanya, yaitu kehangatan manusia. Konsep embeddedness mengingatkan kita bahwa ekonomi tidak pernah berdiri sendiri. Ia selalu menyatu dengan jaringan sosial, budaya, dan nilai kemanusiaan.
Teknologi boleh berkembang, tetapi satu hal tidak berubah: ekonomi tetap hidup karena manusia yang saling terhubung.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI