Segarnya udara yang terucap
Teduhnya lengkung bulan sabit malam itu
Hangatnya sayup mata yang terkedip
Membuat sesak dada kala itu
Memandang serta menatap tegas mata dengan lamunan
Hingga ucapku pun malu untuk bercuap
Lalu hidung buntu bak tersumbat senyuman
Sedangkan hati teriris oleh lirik yang enggan terkedip
Namun kini hujan yang menguasai ronanya
Bulan sabit kini enggan untuk terlihat mata
Entah kemana lirik tajam itu bersembunyi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!