Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sawang Sinawang, Masalah Generik Umat Manusia

4 Desember 2022   02:02 Diperbarui: 4 Desember 2022   02:05 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan, pencapaian, kesuksesan orang lain tidak selalu seperti apa yang terlihat. Urip iku mung sawang sinawang. Hidup itu hanyalah sawang sinawang.

Kamu iri melihat orang yang hidupnya terlihat serba wah. Sedangkan kamu tidak tahu "dalamnya" seperti apa. Apakah yang terlihat wah itu benar-benar membuat dia bahagia. Atau justru membuat dia merana, kesepian dan tidak pernah merasa puas.

Ketika melihat orang yang terkesan miskin, hidupnya serba kekurangan, terlihat seperti seseorang yang setiap hari selalu meratapi nasib. Tetapi, kenyataannya belum tentu seperti apa yang kamu duga. Kamu hanya melihat covernya. Begitulah juga sebaliknya. Bisa jadi orang yang kamu pikir hidupnya wah, ternyata melihat hidup kamu jauh lebih sempurna. Tetapi kamu sendiri merasa hidup kamu biasa saja. Itulah Sawang Sinawang.

Apa kamu capek lihat story, timeline, tiktok. Capek jadi objek dan subjek sawang sinawang. Capek jadi budak harapan.

Kadang kalanya perlu berhenti sejenak, menutup mata, turu sore-sore. Ya, gpp juga. Orang lelah, perlu rehat. Harus istirahat, banyak rebahan, matiin hp, nonton tv, rumah dikunci, tidur seenaknya. Makan semaunya. 

Kalau mengejar dunia tidak akan pernah ada habisnya.

Harapan terkadang menggiurkan, tetapi kalau sudah saatnya duduk diam di rumah. Ya, harus. 

Jangan sampai harus menunggu sakit dulu, baru menyempatkan diri untuk melepas segala kesibukan. Baru beristirahat penuh.

Kalau lari terus, kaki ada lelahnya. 

Tapi tapi tapi.

Memang benar, kalau hidup kebanyakan tapi. Pasti tidak enak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun