Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Diciptakan dari Tanah?

16 Oktober 2019   12:47 Diperbarui: 16 Oktober 2019   12:49 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah narasi mengenai penciptaan manusia, Islam memberikan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan. Manusia diciptakan dari tanah. Bagi umat muslim harus meyakini ajaran tersebut, akan tetapi kalimat tersebut bukanlah kalimat yang harus ditelan mentah-mentah tapi harus cari kemana maksud dari kalimat tersebut.

Manusia dengan tanah tidak bisa dipisahkan, tanahlah yang ia tinggali dan tanahlah yang memberikannya kehidupan. Dari tanah bisa tumbuh tumbuh-tumbuhan dan dari tanah juga air bisa mengalir. Tanah menyimpan banyak energi didalamnya. Dalam islam tempat peristirahatan terakhir manusia juga tanah. Itulah mengapa manusia harus dekat dengan tanah agar tahu apa yang membuat tanah subur dan mati.

Industrialisasi atau pabrikasi seringkali membuat tanah menjadi tidak subur. Industri terlalu banyak mengeluarkan limbah yang akan masuk ke air lalu air mengaliri tanah dan dari tanah tumbuh banyak tumbuhan kemudian tumbuhan tersebut menjadi terkontaminasi sampah industri yang pada akhirnya tumbuhan tersebut memberikan nilai gizi yang buruk bagi manusia. Pada akhirnya manusia mengalami berbagai macam penyikat baru yang menimpa manusia.

Namun manusia sering kali asing dengan tanah yang ia injak. Banyak manusia hanya berkuasa atas tanah yang ia kuasai tapi tidak tahu apa yang terkandung didalamnya. Manusia memberikan pengertian asing merujuk pada makna identitas manusianya bukan pada bagaimana manusia menemukan manfaat dari tanah agar manusia tahu bagaimana cara memanfaatkan tanah dengan baik dan bijak demi keberlangsungan umat manusia. Inilah maksud dari manusia sebagai makhluk yang merusak di bumi, yaitu manusia-manusia yang mengeksploitasi tanah.

Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang berperkara akibat masalah tanah. Entah untuk mempertahankan tanahnya atau untuk siapa yang paling banyak mendapatkan bagian dari warisan tanah leluhur. Pada saat masyarakat Nusantara sibuk memperebutkan kerajaan karena banyak hal yaitu perluasan kekuasaan, VOC hadir dengan intelekualitas yang tinggi untuk menyelidiki dan meneliti bagaimana Nusantara begitu subur dan baik untuk perkembangan negara mereka. Akhirnya mereka membuat agro industria di Nusantara dan menjualnya ke Eropa. Dan demi dagang mereka rela mengadu domba masyarakat setempat. Menjadikan masyarakat setempat pekerja di perkebunan milik kompeni. Itu semua karena masyarakat disana asing dengan tanah yang mereka tempati.

Adanya budaya yang lain masuk akibat adanya ketidaktahuan akan budaya kita sendiri. Bangsa Indonesia selalu mengaitkan keasingan dengan budaya yang libertarian, bahwasannya produk-produk budaya libertarian adalah kultur barat. Padahal kebebasan diawali dari kritik terhadap agama dan budaya yang membelenggu eksistensi manusia. Libertarian adalah produksi akal pikiran manusia. Sekarang kita memahami bangsa kita terlambat atas modernisme, rasionalitas masuk ke Indoneisa berkembang setelah politik etis.

Suatu kesalahan jika mengartikan asing adalah bukan dari wilayah setempat. Menurut aku asing adalah ketika wilayah yang kita tempati itu sama sekali kita tidak mengenali dan menyelidiki. Tanah yang kita injak harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin bukan kita tutupi dengan semen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun