Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Salah Kaprah Penggunaan Statistik Sepak Bola (Bagian 1)

21 Januari 2021   15:11 Diperbarui: 21 Januari 2021   15:19 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar statistik Inter vs Juventus dari understat.com/match/15600

Bagaimana bisa? Apa dasar yang dipakai untuk menilai Inter lebih dominan ketimbang Juventus?

Untuk menilai siapa yang lebih mendominasi lawannya, dibutuhkan data lain, bukan hanya sekadar memakai persentase penguasaan bola saja. Dalam kesempatan kali ini, saya akan coba bahas salah satu data dari statistik sepak bola yang jarang dikenal dan dibahas oleh para penikmat bola tanah air.

Mengenal PPDA untuk mengukur intensitas tekanan

Data tersebut adalah PPDA. PPDA merupakan singkatan dari Passes Allowed Per Defensive Action.

Jika kepanjangan PPDA diartikan dalam bahasa Indonesia cukup lucu si, "umpan yang diizinkan per tindakan bertahan?". Daripada bingung, mari kita fokus pada fungsi dan kegunaan PPDA saja.  

Begini, mengutip penyataan Mark Bergmann dari Total Football Analysis, statistik PPDA berfungsi sebagai indikator intensitas pressing. Gampangnya, PPDA mengukur intensitas tekanan yang dilancarkan sebuah tim kepada lawannya.

Adapun rumus PPDA menurut Wyscout dihitung dengan cara membagi jumlah umpan yang dibuat oleh tim penyerang (lawan) per jumlah tindakan bertahan. Jenis tindakan bertahan yang diperhitungkan adalah jumlah tekel sukses, tekel gagal, intersep, hingga jumlah pelanggaran yang dibuat.  

Aturannya, semakin rendah nilai PPDA, maka semakin intens tekanan yang dilakukan. Max Bergmann sendiri berpendapat bahwa rata-rata tim yang lebih dominan dari lawannya punya nilai PPDA yang lebih rendah. 

Contoh terbaiknya adalah Manchester City asuhan Pep Guardiola. Seperti yang kita sudah pahami, Pep memainkan taktik possession football. Namun, Pep tak cuma mengintruksikan pemainnya untuk aktif memegang bola saja.

Saat memenangi gelar Premier League 2 musim beruntun pada 2017/2018 dan 2018/2019, Sky Sports mencatat bahwa Manchester City jadi tim dengan nilai PPDA terbaik. Selama dua musim tersebut, nilai PPDA mereka tak lebih dari 10, yaitu 8,3 pada musim 2017/2018 dan 10 pada musim 2018/2019. Selama itu, City juga jadi tim paling produktif dan paling sedikit kebobolan.  

Kembali ke statistik laga Inter vs Juventus, siapa yang punya nilai PPDA lebih rendah? Ya, sayangnya bukan Inter, melainkan Juventus, Kawan!

Understat punya datanya. Juventus tercatat punya nilai PPDA di laga tersebut sebesar 12,5. Sementara itu nilai PPDA Inter mencapai 20,4. Loh, kok bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun