17 Desember 2016, Milan seri dengan Atalanta. 17 Desember 2017, Milan malah kalah 3-0 dari tim promosi Hellas Verona. 18 Desember 2018, Milan imbang 0-0 dengan Bologna. Dan 15 Desember 2019, Milan imbang dengan Sassuolo sebelum mengakhiri tahun tersebut dengan kekalahan memalukan atas Atalanta.
Lihat kan? Gagal meraih poin penuh atas Genoa seperti pagi hari ini adalah sebuah rutinitas Milan saat merayakan hari ulang tahunnya. Sudah tidak kaget dan saya pribadi sudah mafhum karena hal tersebut memang rutinitas rossoneri.
"Not the result we wanted but spirit was there."
Begitu kata AC Milan di akun twitter-nya menanggapi hasil imbang dengan Genoa. Mari kita bedah sedikit pernyataan tersebut.
Ada 2 hal utama, yaitu hasil dan semangat/gairah. Milan sendiri sadar akan hasil laga dengan Genoa yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan diperjuangkan. Lebih lanjut, pernyataan Pioli berikut menyiratkan rasa penyesalan penggawa Milan atas hasil imbang melawan Genoa.
"Masalah kami bukanlah mencetak gol, kami harus kembali kebobolan lebih sedikit. Kami selalu ingin menang, ketika kami tidak berhasil itu normal untuk memiliki penyesalan. Saya puas dengan penampilan para pemain, bahkan jika kami berhasil. beberapa kesalahan.", kata Pioli kepada Milan TV. Â
Inilah sisi positif Milan yang sekarang. Ada rasa kesal usai gagal menang. Semangat atau gairah yang ditunjukkan pemain Milan saat mengejar ketertinggalan adalah sebuah hal positif yang patut di syukuri. Benar kata admin twitter AC Milan, "the spirit was there".
"Milan tidak pernah menyerah. Tidak ada yang mengharapkan hasil ini, saya terus meminta tim untuk menampilkan semua kualitas yang mereka miliki di lapangan. Kami terbukti menjadi tim yang kuat. Tim ini punya kepastian dan nilai.", kata Pioli kepada Sky usai laga melawan Genoa.
Ketimbang merayakan hari ulang tahun Milan yang ke-121 di tahun 2020 ini dengan mengenang masa lalu, saya lebih suka merayakannya dengan melihat optimisme dan gairah juara yang diperlihatkan setiap penggawa Milan.
Merayakan hari jadi Milan dengan mengenang trio Gre-No-Li sudah basi. Mengenang kembali kejayaan Milan era trio Belanda (Gullit-Rijkaard-Van Basten) juga ogah saya lakukan. Kala itu, saya belum lahir, jadi ngapain mengenang masa yang tidak saya jalani.
Jadi, walaupun rutin memberi kado pahit di hari ulang tahunnya, toh saya tetap cinta kepada Milan. Di hari jadinya yang ke-121 ini, sebagai seorang fans yang jauh dan tidak bisa berbahasa Italia, saya hanya ingin agar setidaknya Milan tak kembali terpuruk dan jadi bahan perundungan fans lain.