Kadang, yang menggerakkan dunia bukan kekuatan besar, tapi percikan kecil yang berani melawan arah angin.
 Tiga puluh tahun memimpin, Si Tompel Hitam mulai melihat celah di aturan kota. Bukan celah untuk dirinya, tapi untuk orang lain yang selama ini tidak diberi kesempatan. Ia mengingat ibunya---perempuan cerdas yang mengajarinya membaca dan berpikir logis sejak kecil---dan mulai sadar bahwa kekuatan seseorang tidak selalu lahir dari tubuh, tapi dari pikiran.
Desas-desus beredar tentang seorang perempuan muda bertubuh pendek namun luar biasa cerdas. Warga memanggilnya Si Pendek Tajam. Ia sekolah hingga magister, lalu menghabiskan waktu mempelajari buku-buku sosial dan alam, bahkan menyusun 200 pertanyaan yang lebih sulit dari ujian resmi pemimpin kota.
Suatu malam, Tompel Hitam datang ke rumah kecilnya di pinggiran kota.
 "Apa benar kau yang membuat pertanyaan itu?"
 "Aku membuatnya untuk diriku sendiri. Tak ada yang mau mengujiku, jadi aku menguji diriku sendiri."
 "Dan kalau kau bisa menjawab semuanya?"
 "Aku tetap tak akan jadi pemimpin. Karena aku perempuan. Dan karena aku pendek."
Malam itu juga Tompel mengujinya. Satu per satu pertanyaan ia lontarkan, dan jawaban Si Pendek Tajam datang cepat, tajam, dan kadang membuka perspektif baru yang belum pernah terpikir olehnya.
Keesokan harinya, Tompel Hitam menghadap Dewan Kota, membawa ide berbahaya:
"Siapa pun yang mampu menjawab seratus pertanyaan---tanpa peduli bentuk tubuh atau jenis kelamin---berhak menjadi calon pemimpin."
Ruang sidang meledak.
 "Ini penghinaan terhadap tradisi!"
 "Kau mulai tua dan pikun!"
Dewan mengancam mencabut kekuasaannya, tapi Tompel tidak mundur. "Jika perubahan tak boleh datang dari dalam, biarlah ia tumbuh dari luar... seperti akar yang memecah batu."
Beberapa hari kemudian, ia membawa Si Pendek Tajam ke hadapan Dewan. Rasa penasaran mengalahkan amarah, dan ujian pun dimulai. Pertanyaan demi pertanyaan---tentang etika kepemimpinan, teori ekologi kota, hingga sejarah kelam---dijawab dengan cermat dan tenang. Beberapa jawaban mungkin tak "benar" secara buku, tapi mengandung kebijaksanaan yang membuat Dewan terdiam.
Kabar ujian itu menyebar seperti angin. Tidak ada pengumuman resmi, tapi sesuatu mulai bergerak: anak-anak bertanya lebih banyak pada ibu mereka, pria pendek mulai membaca buku, lingkaran belajar kecil bermunculan.
Belum ada revolusi. Belum ada perubahan aturan. Tapi benih sudah ditanam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI