Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Paracendekia NW Sumbawa

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ma, Kapan Naik Mobilnya?

16 April 2024   21:40 Diperbarui: 18 April 2024   10:30 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Pixabay.com

"Mama, kapan kita beli mobil?" kata-kata Yuri selalu membayang di pikiranku.

Sudah 5 tahun aku bekerja sebagai asisten rumah tangga di Taiwan. Tahun ini adalah tahun terakhir sesuai kontrak lanjutan. Hati senang sekali akan bertemu putri tersayangku itu.

Pesawat Eva Air yang kutumpangi sedikit berguncang saat lepas landas. Aku hanya berdoa semoga selamat sampai tujuan.

"Selamat tinggal Taipei," ucapku sambil melambai dari jendela.

Kupandangi foto Yuri yang ada di dompet dan membayangkan sudah sebesar apa badannya sekarang. Terakhir foto yang dikirim adalah saat Yuri berusia 5 tahun. Berarti Yuri sudah berusia 10  tahun saat ini.

Yuri tinggal dengan keluarga suami baruku, bapak tiri Yuri. Suami yang pertama sudah menghilang tak ada kabar sejak merantau ke Sulawesi. Katanya ikut menambang emas disana. Sudah 4 tahun berlalu namun tidak pernah berkabar lagi. Sampai akhirnya aku bertemu Mas Gion, yang kemudian berani melamarku.

Mas Gion bukanlah lelaki impian. Sifat pemalasnya tak bisa hilang. Namun, keluarganya sangat perhatian pada Yuri dan menganggap putriku itu sebagai bagian keluarganya. Aku pun akhirnya terima saja lamaran Mas Gion.

Karena Mas Gion juga tidak bisa memberikan nafkah yang layak buat kami, aku kemudian terpaksa bekerja ke luar negeri sebagi asisten rumah tangga. Ya, pembantu di rumah orang kaya di kota Taipei, Taiwan. 

Setiap bulan kukirim gajiku untuk ditabung oleh Mas Gion sebesar 8 juta rupiah. Dua juta rupiah kupakai untuk biaya hidup walaupun pas-pasan. Tapi demi keluarga aku rela.

Mas Gion berencana memperbaiki rumah di kampung dan mendirikan warung kelontong. Aku pun semangat bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun