Mohon tunggu...
Achmad Irfandi
Achmad Irfandi Mohon Tunggu... Peneliti Senior -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harapan HUT TNI ke-70: Hilangkan Ego Sektoral

9 Oktober 2015   12:38 Diperbarui: 9 Oktober 2015   12:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat peristiwa yang terjadi di Indonesia mengenai konflik ego sektoral antara TNI dan Polri memang menjadi buah bibir yang tak akan ada hentinya. Beberapa aparat TNI merasa hebat ketika disandingkan dengan aparat Polri yang hanya sekedar menjadi “pelayan” masyarakat, begitu juga sebaliknya, aparat Polri merasa hebat ketika dibandingkan dengan aparat TNI yang terkadang main “seenaknya” sendiri. Fenomena TNI dan Polri di Indonesia semakin mengarahkan argumen publik bahwa kebanggaan akan atribut dan korps seakan melupakan tujuan utama dari pembentukan aparat keamanan, TNI dan Polri, di Indonesia.

Kasus bentrok TNI vs Polri yang terbaru terjadi di Polewali Mandar. Tim Markas Besar Kepolisian RI dan TNI Angkatan Darat turun tangan menyelidiki kasus penembakan yang menewaskan Prajurit Dua Yuliadi, 21 tahun, di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tim Mabes Polri menerjunkan sejumlah personel dari satuan intelijen, profesi dan pengamanan, serta pengamanan internal. Adapun Tim Markas TNI AD mengerahkan personel dari satuan intelijen. Juru bicara Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Frans Barung Mangera mengatakan tim Mabes Polri akan membantu pihaknya menginvestigasi kasus penembakan maut itu.

Kasus penembakan itu bermula dari pertengkaran yang melibatkan anggota patroli bermotor Polres Polman dengan anggota Kodim 1401/Majene, Prajurit Kepala Laksmono. Laksmono bersama temannya sedang menonton balapan road race. Karena memasuki lintasan balapan, Laksmono pun ditegur dan didorong oleh anggota polisi itu. Saat anggota TNI itu menyampaikan ke anggota Patmor Polres Polman bahwa dirinya merupakan anggota TNI, Laksmono malah dikeroyok. Perkelahian pun tidak terhindarkan. Beruntung, kepala polres dan kodim langsung ke TKP dan melerai perkelahian. Kedua belah pihak yang bertikai pun langsung didamaikan.

Konflik antara TNI dan Polri kerap kali dilakukan oleh oknum prajurit dari kedua instansi, bukan ditaraf pimpinan instansi. Coba dilihat kembali, bagaimana kesinergisan antara pimpinan TNI dan Polri, antara Panglima TNI dan Kapolri, mereka terlihat serasi, beriring, dan berdampingan dalam menjalankan kewajiban sebagai salah satu pimpinan negara. Mereka hadir disetiap acara kenegaraan dan apabila dipanggil oleh Bapak Presiden Jokowi, beliau dipanggil secara bersamaan, Panglima TNI dan Kapolri sudah menjadi satu paket apabila pembicaraan kenegaraan membahas tentang keamanan negara. Oleh karena itu, apabila apabila konflik antara TNI dan Polri masih menjadi momok bagi kedua instansi terutama yang dilakukan oleh prajurit-prajurit di bawah Panglima dan Kaporli, seharusnya mereka malu dengan apa yang mereka lakukan, satu sisi mereka membawa semakin mencoreng nama baik kors mereka dan di sisi lain, mereka akan dicap sebagai bawahan yang tidak baik karena tidak dapat mencontoh pimpinan tertinggi mereka.

Sekarang sudah bukan saatnya menjadi aparat pemerintahan yang mementingkan ego sektoral, mementingkan kebanggaan akan lambang yang menempel di baju. Kebanggaan memang wajar dimiliki oleh aparat keamanan atas perjuangan mereka yang bisa tergolong berat, namun di samping itu, mereka harus sadar akan kewajiban utama mereka yaitu mengamankan NKRI. NKRI itu luas dan masyarakatnya beragam, permasalahan yang dihadapi akan lebih kompleks dan heterogen jika dibandingkan negara lain, apabila dari aparat keamanannya sendiri masih ada yang mementingkan ego sektoral mereka, kapan Indonesia akan menjadi negara yang aman dan damai?

Pertanyaan itu menjadi cerminan bagi setiap personel keamanan yang dimiliki Indonesia, TNI dan Polri ibarat baja-baja yang menyusun perisai dalam Pancasila, perisai tersebut akan kuat dan kekar apabila komponen penyusunnya saling bersinergi dan berkoordinasi satu sama lain, hal ini diperlukan untuk tetap menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. TNI dan Polri hendaknya tidak selalu mengungkit permasalahan masa lalu yang berkaitan dengan sejarah masing-masing, namun seiring bertambangnya umur TNI ke-70, aparat keamanan hendaknya menjadi pengayom masyarakat dengan memberikan contoh teladan baik sikap, etika, tingkah laku, dan kedisiplinan demi Indonesia yang lebih berwibawa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun