Mohon tunggu...
Muhammad IrfanAlmunawar
Muhammad IrfanAlmunawar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

Nama : Muhammad Irfan Almunawar NIM : 41521010136 Fakultas : Ilmu Komputer DOSEN : Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Panopticon Jeremy Betham dan Kejahatan Struktural Anthony Giddens

29 Mei 2023   20:29 Diperbarui: 29 Mei 2023   20:40 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Implikasi Panoptikon JEREMY BETHAM.

Signifikansi Panopticon melampaui penerapannya dalam desain penjara. Ini telah menjadi metafora untuk berbagai bentuk pengawasan dan kontrol sosial dalam masyarakat modern. Konsep tersebut menyoroti dinamika kekuatan yang melekat dalam sistem pengawasan, baik fisik maupun digital. Panopticon menimbulkan pertanyaan tentang privasi, kebebasan individu, dan potensi penyalahgunaan kekuasaan.

Kritik terhadap Panopticon berpendapat bahwa penerapannya dapat mengarah pada pengawasan yang menindas dan erosi kebebasan sipil. Ketakutan terus-menerus untuk diawasi dan dihakimi dapat menciptakan masyarakat panoptis di mana individu menyensor tindakan dan pikiran mereka sendiri. Selain itu, potensi penyalahgunaan oleh mereka yang berkuasa menggarisbawahi perlunya transparansi, akuntabilitas, dan pertimbangan etis dalam desain dan implementasi sistem pengawasan.

Implikasi dari konsep Panopticon yang diajukan oleh Jeremy Bentham memiliki beberapa aspek penting:

  • Pembentukan disiplin dan pengendalian sosial: Panopticon menciptakan suasana di mana individu secara sukarela mengendalikan perilaku mereka sendiri karena kesadaran akan kemungkinan pengawasan. Implikasinya adalah bahwa pengendalian sosial dapat dicapai tanpa harus mengandalkan kekerasan atau pemaksaan fisik yang ekstensif. Panopticon menciptakan masyarakat yang taat terhadap norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku, karena individu secara internal memperkuat kontrol diri mereka sendiri.
  • Penggunaan efektif sumber daya dan tenaga kerja: Dalam konteks penjara, Panopticon memungkinkan penjaga atau petugas mengawasi banyak narapidana secara bersamaan dari satu titik pusat. Ini menghasilkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan tenaga kerja. Petugas penjara dapat memantau dan mengendalikan jumlah narapidana yang lebih besar dengan lebih sedikit tenaga kerja, karena perasaan pengawasan konstan membuat narapidana lebih patuh terhadap peraturan.
  • Pengaruh psikologis dan efek pemantauan: Panopticon menciptakan efek psikologis yang kuat pada individu yang berada dalam situasi pengawasan konstan. Mereka merasa tidak aman dan selalu terpantau, yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka. Implikasi ini dapat dilihat dalam pengaruh yang kuat terhadap konformitas dan kendali diri. Individu cenderung menyesuaikan perilaku mereka untuk mencocokkan ekspektasi sosial dan menghindari potensi sanksi atau penghukuman.
  • Pembenaran surveilans dan kontrol sosial: Panopticon memberikan pembenaran teoretis untuk penggunaan surveilans dan kontrol sosial yang meluas. Dalam konteks penjara, konsep ini mendukung gagasan bahwa pengawasan yang konstan dan potensi hukuman dapat menjadi alat efektif dalam mengendalikan perilaku narapidana. Namun, implikasi ini juga mengundang pertanyaan tentang batasan-batasan etis dan perlindungan hak asasi manusia terkait penggunaan surveilans yang tak terbatas dalam masyarakat.
  • Kritik terhadap invasi privasi dan pengawasan yang otoriter: Meskipun Panopticon memiliki implikasi yang menarik dalam konteks kontrol sosial, konsep ini juga mengundang kritik terhadap invasi privasi dan pengawasan yang otoriter. Kehidupan yang selalu terpantau dapat melanggar hak individu untuk menjaga privasi dan kebebasan berpikir serta bertindak secara bebas. Implikasi Panopticon ini memicu pertanyaan yang relevan tentang batasan-batasan etis dalam penggunaan pengawasan dan kontrol sosial.

Sebagai kesimpulan, implikasi dari konsep Panopticon yang diajukan oleh Jeremy Bentham meliputi :

  • Pengendalian sosial: Konsep Panopticon menciptakan lingkungan di mana individu secara sukarela mengendalikan perilaku mereka sendiri karena adanya kesadaran akan kemungkinan pengawasan. Ini berdampak pada terciptanya masyarakat yang taat terhadap norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku.
  • Efisiensi sumber daya: Dalam konteks penjara, Panopticon memungkinkan penggunaan sumber daya dan tenaga kerja yang lebih efisien. Pengawasan yang terpusat dari satu titik memungkinkan penjaga atau petugas mengawasi banyak narapidana secara bersamaan. Hal ini mengurangi kebutuhan akan jumlah petugas yang besar, sehingga mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.
  • Pengaruh psikologis: Konsep Panopticon menciptakan efek psikologis yang kuat pada individu yang berada dalam situasi pengawasan konstan. Rasa tidak aman dan selalu terpantau dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka. Hal ini berimplikasi pada peningkatan konformitas dan kendali diri, karena individu akan berusaha untuk mematuhi norma-norma dan menghindari potensi sanksi atau penghukuman.
  • Pembenaran pengawasan dan kontrol sosial: Panopticon memberikan pembenaran teoretis bagi penggunaan surveilans dan kontrol sosial yang meluas. Dalam konteks penjara, konsep ini mendukung gagasan bahwa pengawasan yang konstan dan potensi hukuman dapat menjadi alat efektif dalam mengendalikan perilaku narapidana. Namun, implikasi ini juga memicu pertanyaan tentang batasan etis dan perlindungan hak asasi manusia terkait penggunaan surveilans yang tak terbatas dalam masyarakat.
  • Kritik terhadap invasi privasi dan pengawasan yang otoriter: Meskipun Panopticon memiliki implikasi yang menarik dalam konteks kontrol sosial, konsep ini juga mendapat kritik terhadap invasi privasi dan pengawasan yang otoriter. Pengawasan yang terus-menerus dapat melanggar hak individu untuk menjaga privasi dan kebebasan berpikir serta bertindak secara bebas. Implikasi Panopticon ini memunculkan pertanyaan penting tentang batasan etis dalam penggunaan pengawasan dan kontrol sosial.

konsep Panopticon memiliki implikasi yang signifikan terkait pengendalian sosial, efisiensi sumber daya, pengaruh psikologis, dan pembenaran pengawasan. Namun, kritik-kritik terhadap invasi privasi dan pengawasan yang otoriter juga perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan implementasi dan dampaknya dalam masyarakat.


KESIMPULAN

Kesimpulan dari konsep Panopticon yang diajukan oleh Jeremy Bentham adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian sosial: Panopticon menciptakan suatu mekanisme pengendalian sosial yang kuat. Dalam sistem ini, individu secara sukarela mengawasi dan mengendalikan perilaku mereka sendiri karena kesadaran akan kemungkinan pengawasan yang konstan. Hal ini menghasilkan masyarakat yang taat terhadap norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku.

2. Efisiensi pengawasan: Konsep Panopticon mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan tenaga kerja dengan cara memungkinkan pengawasan yang efisien. Dengan pengawasan yang terpusat dari satu titik, pengawas dapat mengawasi banyak individu sekaligus. Hal ini mengurangi kebutuhan akan jumlah pengawas yang besar, sehingga meminimalkan biaya dan upaya yang diperlukan untuk menjaga pengawasan yang efektif.

3. Pengaruh psikologis: Panopticon memiliki pengaruh psikologis yang kuat terhadap individu yang berada dalam kondisi pengawasan konstan. Rasa takut dan kesadaran bahwa mereka selalu bisa diamati menghasilkan perubahan perilaku yang bertujuan untuk mematuhi norma-norma yang berlaku. Individu cenderung menginternalisasi kontrol dan mengatur perilaku mereka sendiri untuk menghindari sanksi atau hukuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun