Mohon tunggu...
Irfan Fitroturrohman
Irfan Fitroturrohman Mohon Tunggu... Seseorang yang sedang mencari Ilmu

Husnudzon.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bekal Awal Perjuangan Rasulullah SAW, dari Kelahiran Hingga Remaja

5 September 2025   16:04 Diperbarui: 5 September 2025   16:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Makkah (Sumer Foto: Republika)

Rasulullah lahir di Mekkah pada tahun Gajah, sekitar 570 M, dalam suku Quraisy, masyarakat yang saat itu terkenal kuat secara ekonomi dan budaya. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat sebelum kelahiran beliau, sehingga beliau lahir sebagai anak yatim. Ibunya, Aminah binti Wahb, merawat beliau dengan penuh kasih sayang di tengah kerasnya kehidupan masyarakat Mekkah. Kelahiran beliau terjadi pada masa yang penuh peristiwa penting, dan sejak awal kehidupan Rasulullah sudah ditempa dengan ujian berupa kehilangan figur ayah.

Ketika berusia enam tahun, ibunya wafat, meninggalkan Rasulullah yatim piatu. Perawatan beliau kemudian dialihkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kakeknya wafat ketika Rasulullah berusia delapan tahun, tanggung jawab asuh pindah kepada pamannya, Abu Thalib. Masa kecil yang berpindah-pindah pengasuhan ini menjadi awal proses pembelajaran tentang kesabaran, ketaatan, dan ketahanan diri, sekaligus menyiapkan beliau menghadapi tanggung jawab lebih besar di kemudian hari.

Sejak kecil, Rasulullah hidup dalam kesederhanaan. Beliau ikut menggembala kambing dan kemudian bekerja dalam perdagangan bersama pamannya. Aktivitas ini membentuk karakter beliau: jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Ketika memasuki masa remaja, beliau mulai berdagang secara mandiri dan dikenal luas sebagai pribadi yang dapat dipercaya, sehingga mendapat julukan Al-Amin atau "yang terpercaya". Sikap jujur dan amanah ini menegaskan kualitas moral beliau sejak dini.

Di tengah budaya masyarakat Quraisy yang banyak terjerumus dalam kebiasaan jahiliyah, Rasulullah tetap menjaga diri. Beliau tidak ikut berlebihan dalam pesta atau kegiatan yang menyimpang dari norma sosial. Sikap ini menonjolkan kepribadian beliau yang berbeda sejak remaja, menjadi teladan akhlak mulia, serta membangun rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya.

Selama masa kecil, Allah swt memberikan perlindungan dan pembinaan spiritual yang luar biasa bagi beliau. Salah satu peristiwa penting adalah pembelahan dada oleh Malaikat Jibril. Peristiwa ini terjadi pertama kali saat beliau masih tinggal bersama ibu susunya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah, di kampung Bani Sa’d. Malaikat Jibril membelah dada beliau dan membersihkan hati beliau dengan air zamzam, menyiapkan hati Rasulullah saw agar suci, penuh iman, dan siap menerima wahyu di masa depan. Peristiwa serupa terjadi beberapa kali lagi: menjelang usia baligh, sebelum wahyu pertama di Gua Hira, dan saat Isra’ Mi’raj, sebagai persiapan spiritual untuk menjalankan tugas kenabian dengan hati yang bersih dan kuat.

Peringatan kelahiran Nabi, atau Maulid Nabi, menjadi momen penting bagi umat Islam untuk mengenang perjalanan hidup beliau, termasuk masa-masa awal yang penuh perjuangan. Dengan mengenang kelahiran dan perjalanan hidup Rasulullah sejak bayi hingga remaja, kita diingatkan bahwa beliau adalah contoh teladan sejak dini: bagaimana menghadapi kesulitan, menjaga akhlak, dan menumbuhkan karakter kuat. Sebagai umatnya, kita patut merenungkan nilai-nilai kehidupan yang beliau tunjukkan dan menjadikannya inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari kelahiran hingga masa remaja, perjalanan hidup Rasulullah menunjukkan bahwa perjuangan muncul melalui kesabaran menghadapi kehilangan orang-orang terkasih, menjalani hidup sederhana, bekerja keras, dan menegakkan akhlak di tengah masyarakat yang menantang dan penuh cobaan. Setiap pengalaman ini, meski terjadi di masa kanak-kanak dan remaja, sebenarnya merupakan bekal penting bagi perjuangan beliau kelak dalam menyebarkan ajaran yang membawa perubahan besar bagi umat manusia. Kesabaran, keteguhan hati, dan kejujuran yang tertanam sejak awal hidup menjadi fondasi yang kokoh, membentuk pribadi yang mampu menghadapi tantangan yang jauh lebih besar di masa dewasa.

Perjalanan hidup Rasulullah mengajarkan kita bahwa karakter yang kuat terbentuk melalui proses yang panjang. Tidak ada jalan pintas untuk menjadi pribadi yang bijaksana dan mampu menghadapi rintangan hidup. Bahkan pengalaman-pengalaman kecil, seperti kehilangan orang tua, berpindah pengasuhan, dan menjalani kehidupan sederhana, semuanya berperan dalam membentuk ketahanan mental dan emosional yang menjadi landasan perjuangan beliau di masa depan.

Pesan moral yang bisa diambil secara netral adalah bahwa setiap tantangan dalam hidup, sekecil apa pun, memiliki nilai. Ujian dan kesulitan bukan hanya cobaan semata, tetapi juga peluang untuk belajar, tumbuh, dan membangun ketahanan diri. Dari perjalanan hidup Rasulullah, kita bisa belajar bahwa kesederhanaan, ketekunan, kejujuran, dan akhlak yang baik merupakan bekal yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan hidup. Karakter kuat lahir dari pengalaman, kesabaran, dan kemampuan menjaga integritas diri atau nilai-nilai yang relevan bagi siapa pun, di zaman manapun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun