Mohon tunggu...
irene alvianingsih
irene alvianingsih Mohon Tunggu... Sekretaris - Hamba allah

Hamba allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Orangtua terhadap Pendidikan Akhlak Anak

22 Oktober 2019   15:35 Diperbarui: 22 Oktober 2019   15:52 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Secara estimologi, kata karakter (inggris:character) berasal dari bahasa Yunani, eharassein yang berarti "to engrave"(Ryan dan Bahlin, 1999:5). Kata "to engrav" itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir,melukis, mamahatkan, atau menggor eskan (Echols dan Shadliy,1995:214).  Berbeda dengan bahas Inggris, dalam Bahasa Indonesia " karakter" diartikan sebagai tabiat,sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan anak karena merekalah yang memberikan pengajaran,pendidikan untuk pertama kali. Adapun tanggungjawab orang tua yang pertama, keterbatasan kemampuan, ketrampilan,pengetahuan,teknik dan keahlian, negara memiliki tanggung jawab untuk membantu meraka dalam pengadaan sekolah. kedua,memiliki tugas sebagai pemimpin keluarga, ketiga menjadi pemimpin yang ideal, keempat mempunyai tanggungjawab didalam kehidupan anggota keluarga bagi secara fisik maupun materil maupun mental mental spiritual (Zakiyah Darajat , 1987:183). 

Guru yang memiliki kewenangan untuk memberikan pendidikan yang dipercayakan oleh orang tuadan negara pada mereka. Namun, ingat mereka bukan mengambil alih dan menjadi tumpuan satu-satunya pendidik bagi pendidikan mereka. Seperti semboyan Depdiknas, yang berasal dari pemikiran seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang berbunyi,"Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso,Tut Wuri Handayani'.

Semboyan ini mengandung pengertian saat ini di depan orang tua sebagai pendidik yaitu dengan memberi contoh  atau suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Ketika orang tua berada ditengah anak-anak, orang tua membimbing dan membina meeka. Allah Swt telah berfirman dalam surat at-Tahrin ayat 6," Hai orang --orang yang beriman,peliharalah dirim dan keluargamu dari api neraka". Dengan demikian, baik dari sudut pandang agama ataupun pemerintahan, tugas orang tua atas pendidikan bagi anak adalah suatu hal yang niscaya. Harapanya, anak bukan saja terhindar dari api neraka sebagaimana dismpaikan dalam kitab suci, namun juga selama hidupnya dapat memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa.

PEMBAHASAN

Anak tumbuh dan berkembang maju kedepan mengikuti kemajuan zaman, bukan mundur ke belakang. Oleh karena itu, orang tua mengikuti anak-anak dalam artian mendampingimya dalam proses pendidikan menuju kedewasaan. Orang tua sebagai busur, harus tepat dalam mengarahkan anak panah menuju sasaran dengan tepat. Sehigga, perlu ada tiga syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, harus dilakukan dengan sengja oleh dewasa. Kedua, mesti ada tujuan yang akan dicapai.

Adapun ketiga objek adalah orang yang belum dawasa atau anak-anak. (Syafei,2002:7). Pendidikan berperan penting dalam dalam membangun akhlak dalam keluarga dan dalam masyarakat. Sejarah islam menunjukkan bahwa kebahagian yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat islam itu hanya dapat terlaksana bila didukung oleh akhlak yang baik. Pendidikan akhlak dalam keluarga menjadi ujung tombak bagi pembentukan watak.

Apabila semua keluarga dapat menampilan akhlak maka akan nampak pula akhlak dalam kehidupan. Dengan demikian keluarga dipandang sebagai pelekat dasar pembinaan akhlak. Kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan sangat vital, bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan bangsa. Dengan demikian keluarga adalah institusi yang pertama kali bagi anak dalam mendapatkan pendidikan dari orang tuanya.

Orang tua haruslah mengajarkan nilai dengan berpegang teguh pada akhlak didalam hidup, membiasakan akhlak baik sedari usia dini, sebab manusia itu menerima nasehat jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang  sedang ia menolak jika menggunakan kekerasaan. Artinya memberi pengertian pada anak itu harus lemah lembut dan diberengi dengan kasih sayang agar anak dapat menerima dengan nasihat dengan mudah. Contohnya ketika si anak melakukan kesalahan kita sebagai orang tua wajib menegur.

Tetapi cara menegurnya harus benar seperti mengajak anak duduk bareng lalu kita selaku orang tua menasehati dengan nada lembut serta perlakuan-perlakuan lembut seperti mengelus kepalanya. Nah saat si anak sudah bisa diajak bicara barulah kita pelan-pelan menasehati dengan lemah lembut tanpa ada bentakan dan nada tinggi.

Dengan begitu si anak akan dengan mudah memahami kalo yang dia lakukan itu salah. Jadi supaya kedepanya si anak tidak mengulangi dan terus mengingat nasehat orang tuanya. Contoh lain ketika kita sebagai orang tua ingin melatih kedisipinan pada anak kita harus manyusun rangkaian waktu dalam sehari untuk kegiatan anak sehari hari misal nya dari bangun tidur, makan, bermain, dan belajar.

Melatih kedisiplinan pada anak memang awalnya susah karena si anak masih tetap lupa akan jadwal yang dia lakukan karena si anak akan lebih fokus pada kegiatan bermainnya daripada kegiatan lainya. Kita sebagai orang tua harus terus mengingatkan bahwa kegiatanya dia bukan cuma bermain tetapi ada kegiatan lainya seperti makan, mandi dan belajar.

Ketika sering di ingatkan si anak lama-lama akan mengingat kegiatan apa lagi yang harus dia lakukan setelah ini. Nah sebagai orang tua kita harus sabar. Tetapi bagaimana jika si anak susah di ingatkan? Nah sebagai orang tua kita harus mempunyai banyak cara untuk menasehati si anak. Ketika dengan cara menasehati anak dengan dengan nada lembut belum diterima oleh si anak kita bisa menggunakan cara lain seperti menceritakan dongeng atau cerita tentang kartun ataupun kisah kisah sahabat nabi.  Lalu kita menceritakan dengan kalimat yang mudah dipahami oleh anak.

Sebaliknya jika anak sering mendapat perlakuan tidak baik maka akan mempengaruhi pola tumbuh kembang anak. Banyak diluaran sana orang tua berdalih bahwa mendisiplinkan anak harus dengan cara memukul sebagai hukuman agar anak jera. Padahal memukul anak akan membuat mereka tumbuh sebagai pribadi yang agresif dan berperilaku buruk, juga meningkatkan risiko depresi saar remaja. Para peneliti di Amerika menemukan bahwa tindakan mendisipilnkan anak semacam itu, tetap akan memberi dampak buruk pada anak dikemudian hari.

" ada keyakinan di masyarakat bahwa pada orang tua yang mempunyai hubungan positif dengan anak, tindakan memukul tidak akan membahayakan anak. Studi kami berhasil menguji pandangan ini,dan menemukan bahwa memukul anak, tidak membuat perilaku anak menjadi lebih baik, tapi justru bertambah buruk, terlepas dari hubungan baik orangtua dengan anak,", ungkap Shawn Lee, asisten profesor di University of Michigan School of Sicial Work. Menurutnya, meski banyak studi telah membuktikan bahwa tindakan memukul meningkatkan perilaku agresif pada anak, tetap saja orangtua masih memilih cara ini sebagai bentuk kedisiplinan.

Risiko depresi semakin tinggi saat rmaja, apabila ibu kerap melakukan kekerasan fisik dan verbal pada anak, apabila jika ayah juga melakukan salah satu bentuk kekerasan fisikatau verbal. Risiko depresi tertinggi didapati pada remaja yang kerpa mendapatkan ancaman dari orangtuanya, berupa pukulan juga ancaman mnggunakan senjata.

Selain orang tua yang memberikan mengajaran akhlak, tak jarang para orangtua memlilih menitipkan anaknya untuk di didiki oleh orang lain melalui pendidikan formal maupun non formal. Salah satunya yaitu pondok pesantren. Anak apabila disekolahkan dipesantren dia akan mendapatkan banyak ilmu dari para ustadz,ustadzah, maupun teman-temannya.

Ketika kita menyadari bahwa suatu lembaga pesantren yang kita amati bisamaju karena ada disiplin, dengan ada maju karena ada disiplin, dengan adanya  disipilin, para santripun akan menyadari bahwasanya kedisiplinan itu sangat penting bagi kehidupan di dunia dalam kehidupan kita, maka hidup kita juga tidak akan teratur dan tertata rapi. Begitupun sutu pesantren apabila seorang pemimpin tidak memberi disiplin kepada para santrinya atau[un kepada penghuni pondok maka pondok pesantren itu tidak akan bertahan lama dan bisa dibilang pondok itu akan hancur.

Mengenai tentang disiplin yang ada di suatu lembaga pesantren, terkadang santri hanya mengetahui peraturan-peraturan yang tertulis yang telah disampaikan oleh pimpinan atau ustadz- ustadz yang ada dipondok tersebut baik itu secara lisan maupun tertulis, akan tetai mayoritas para santri itu melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ada dipondok, yang tidak tertulis ataupun yang telah di ucapkan oleh pemimpin dan para ustadz-ustadz mereka.

Telah kita ketahui pondok yang telah maju sait ini dikarenakan disiplinya yang sangat kuat dan teratur sangad banyak sekali diantaranya,  Pondok Pesantren Darunnajah, Pondok Pesantren El- Bayan, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor dan masih banyak lagi lainnya. Di pondok pesantren, terkadang para santri selalu mengeluh dengan banyaknya aturan kedisiplinan yang ada di pondok dan ketika santri ini dikunjungi oleh orang tua mereka kan menceritakan tentang peraturan yang terlalu banyak itu kepada mereka.

Tetapi jika kita berpikir positif disiplin itu sangat bermanfaat bagi kita dan ketika kita selalu menerapkan disiplin pada diri kita, kita akan merasakanya dikemudia hari, dan apabila kita mengerjakan dengan ketulusan dan keikhlasan maka itu semua akan emnjadi berkah. Ada pepatah yang mengatakan "JADIKAN YANG LELAH ITU MENJADI LILLAH MAKA AKAN MENJADI BERKAH".

Tetapi apakah semua santri di pondok pesantren itu mematuhi peraturan pesantren??jawabananya tidak, karena masih banyak kasusu-kasus di pesantren santri banyak yang melanggar peraturan. Lalu apakah mereka akan diberi hukuman? Iya, bagi mereka yang melanggar peraturan akan diberi sangsi atau dalam istilah pesantren meraka akan di ta'zir.  Ta'zir yang diterapkan kepada santri tidaklah hanya sebatas untuk memberi jera pada si pelaku, tetapi lebih di tekankan pada penyadaran atas apa yang sudah dilakukan tidak benar dan lebih-lebih penanaman akhlak terhadap santri yang melalui beberapa cara melalui ta'zir.

PENUTUP

KESIMPULAN

Peranan orang tua dalam pendidikan akhlak pada anak adalah untuk mengawasi dan menanamkan nilai-nilai akhlak. Karena kelak merek akan mnjadi anak yang shaleh dan shaleha, yaitu senantiasa berbaksti dan taat pada Allah, berbakti pada orangtua, menjalin hubungan yang baik pada semua orang dan mampu menghiasi diri dengan sifatbyang terpuji. Dalam pembentukan tujuan tersebut nampak dari usaha orang tua dengan memberikan keteladan, pengawasan dan memasukanya pada lembaga pendidikan.

Materi akhlakyang diterapkan orang tua mencakup akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia. Metode yang berhasil diterapkan diterapkan terhadap anak dalam keluarga meliputi keteladanan dalam (beribadah,perbuatan,perkataan) pembiasaan untuk melakukan hal-hal yang positif,nasihat, cerita dan imbalan untuk memotivasi.

Selain peran orang tua peran ustadz dan ustadzah pada pesantren juga mempunyai peran dalam membentuk karakter akhlak pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Journal.radenintan.ac.id
Ejurnal.upi.edu_pendidikan_akhlak_pada_anak_usia_dini
Jurnal.uinsu.ac.id
http:darunnajah.com
http:www,kompasiana.com
https://edumajournal.files.wordpress.com/2011/11/10-pengaruh-lingkungan-sosial-dan-non-sosial-pondok-pesantren-by-eti-nurhayati.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun