Mohon tunggu...
Irene Wardani
Irene Wardani Mohon Tunggu... Lainnya - Be kind!

Life is wonderful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Remaja, Kesehatan Mental, dan Media Sosial Dalam Kehidupan

11 November 2020   08:47 Diperbarui: 19 November 2020   12:45 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau dijelasin kaya gimana pun orang bakal percaya apa yang pengen mereka percaya, walaupun itu semuanya enggak benar. Lama-lama yaudah biasa aja” demikian Sarah bertutur melalui sambungan telepon dengan nada datar.

“Aku gatau sih, aku stress atau depresi karena apa soalnya, aku juga enggak pernah periksa. Cuman pas saat itu aku mulai ngerasa badan suka sakit badan padahal, enggak ngapa-ngapain, sedih terus bawaanya, terus ga nafsu makan mual kalo lagi stress banget. Pas aku liat tanda-tandanya di Google itu tanda stress.” tutur Sarah ketika ia ditanya mengenai kondisi mental ketika SMA. 

“Aku ga pernah mau dan bilang ke dokter dan orang tua, ngapain juga ntar disangka ga waras ke dokter, terus palingan sama mama disuruh doa, toh juga kan nanti sembuh sendiri”.

Menelisik kisah tersebut dikutip dari Kompasiana bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh Sarah yaitu penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas, yaitu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan perilaku agar sesuai dengan norma sosial di masyarakat. Jika perilaku tidak sesuai dengan norma dirinya terancam akan tertolak di lingkungan. 

Masalah-masalah pada remaja terkadang tidak dipahami oleh dirinya sendiri dan mereka enggan memberitahu orang tuanya maupun meminta bantu professional. 

Anggapan sosial mengenai orang yang stress ataupun depresi memiliki makna yang buruk di masyarakat. Masyarakat beranggapan orang yang memiliki penyakit mental adalah orang yang kurang iman, kurang bersyukur, tidak bisa mengimbangi antara iman dan masalah sosial, dan anggapan lain. 


Anggapan tersebut terdoktrin secara turun temurun pada masyarakat, sehingga remaja takut digambarkan sebagai sosok yang sakit mental jika mereka menyuarakan perasaan yang mereka alami.

Menyikapi penyesuaian diri pada remaja terhadap diri dan lingkungan membuatnya kesulitan melewati masa remaja dengan baik. Bantuan orang dewasa dalam pencapaian penyesuaian dan perubahan remaja sangat dibutuhkan untuk pencapaian keberhasilan dalam penyesuaian membangun jati diri remaja. 

Orang tua menjadi subjek pendamping yang memberi dukungan dan pengawasan pada perilaku-perilaku remaja di masa penyesuaian dalam membangun jati diri.

Terjebak di Dunia Maya dan Nyata

Dewasa ini membuat banyak orang semakin individualis, dilain sisi hal tersebut memberikan keuntungan bagi mereka untuk melakukan banyak hal dan dilain sisi mobilitas yang tinggi menimbulkan kesepian dalam diri. Secara tidak sadar, rasa kesepian diungkapkan di media sosial di mana mereka berinteraksi dan mendapatkan perhatian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun