Mohon tunggu...
iqtaroba
iqtaroba Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meluruskan Niat

26 Maret 2019   06:39 Diperbarui: 26 Maret 2019   07:38 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal penting sebelum memulai pekerjaan adalah meluruskan niat. Niat itulah yang menjadi sandaran kita, dalam menentukan tujuan. Niat ini penting sekaligus unik. Karena niat tempatnya di hati, maka tidak kasat mata. Hanya diri kita dan Allah yang tahu. Bagaimana dan untuk apa kita mengerjakan suatu pekerjaan, khususnya ibadah.

Disebut unik. Karena pekerjaan yang sama nilainya bisa berbeda jika berbeda niatnya. Secara teknis apapun yang dilakukan sama tapi juga sangat berbeda. Itulah mengapa hadits tentang niat itu mula-mula muncul, karena adanya niat. Yaitu pada saat melakukan hijrah.

Ketika Nabi di Mekkah sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan Dakwah Islam. Maka ada perintah untuk berhijrah (pindah meninggalkan) ke kota Madinah yang dulu dinamakan dengan yastrib. Beberapa sahabat ada yang hijrah dengan sembunyi ada juga yang terang-terangan. Karena mereka tidak ingin kaum kafir quraisy, menangkap dan menghalangi untuk hijrah ke Madinah. 

Berbeda dengan sabahat Umar bin Khotob yang hijrah secara terang-terangan, dengan mengumumkan kepada kaum kafir quraisy, "Siapa diantara kalian yang ingin anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda. Temua aku besok, di balik bukit itu. Aku akan hijrah ke Madinah." Setelah itu tak seorang pun yang berani mencegah umar bin khotob untuk berangkat ke Madinah. Begitulah seklumit tentang kisah hijrah.

"Sesungguhnya amalan itu dinilai dari niatnya," sabda Nabi. Barangsiapa yang hijrahnya karena wanita maka ia akan mendapatkan wanita, dan barangsiapa yang hijrahnya karena Allah, maka ia akan mendapatkan balasan dari Allah. 

Karena pada saat itu sahabat Nabi yang hijrah karena ada wanita yang dicintai berangkat hijrah, sehingga ia pun ikut hijrah. Inilah uniknya niat, sama-sama melakukan hijrah, tapi ada yang mendapatkan pahala dan ridlo Allah ada juga yang tidak mendapatkan apa-apa, kecuali urusan dunianya saja.

Ingatlah kisah Nabi Yusuf, ketika beliau diajak berzina oleh istri raja. Mereka berdua sama-sama cepat-cepat menuju pintu. Yang satu (Yusuf) menuju pintu untuk keluar dan menghindari istri raja (zulaikha), dan yang satunya (istri raja) menuju pintu untuk mengunci pintunya. Sama-sama menuju pintu tapi berbeda niatnya.

Dan ada lagi, sama-sama mengerjakan sholat. Satunya niat karena Allah satunya lagi niat karena supaya dilihat oleh orang lain (riya') maka pahalanya pun berbeda-beda.

Pertanyaannya apakah kita bisa mengetahui niat seseorang? Tentu saja tidak, karena niat itu tempatnya di hati. Tidak kelihatan, dan tidak bisa dibuktikan. Kecuali kalau mereka (yang punya niat) itu benar-benar mengemukakan niatnya.

Kawan-kawan sobat kompasiana. Apalagi di zaman sekarang ini, zamannya panasnya pemilu. Apakah kita mendukung salah satu paslon presiden. Benar-benar sudah meluruskan niatnya. Jika belum kita luruskan, maka mulai sekarang kita luruskan, semuanya karena Allah, mengharapkan pahala dan ridho-Nya. 

Jangan sampai kita capek-capek atau letih, mengorbankan waktu dan tenaga masih juga tidak mendapatkan apa-apa. Ingat usaha yang diniatkan dengan baik, meskipun tidak berhasil mencapai tujuannya, kita masih mendapatkan pahala dari proses yang kita lakukan selama ini. Jadi jangan sampai kita rugi, rugi waktu, rugi tenaga, dan rugi harga, hanya gara-gara kita belum meluruskan niat kita. Mari kita perbaiki niat kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun