Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulama Besar Mesir: Tak Perlu Ada Khilafah Baru

29 Agustus 2020   11:29 Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:25 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang mencatat kejayaan dan keruntuhan Turki Utsmani. Tak jarang orang memujanya sebagai kesultanan dan kekhalifahan terbesar dan terpanjang sepanjang sejarah dunia. Kita tahu Utsmani atau dikenal di dunia sebagai Ottoman dimulai sekitar abad 13 dan mencapai puncaknya pada abad 16 dan 17 saat pemerintahan Sultan Suleiman Al-Qanuni. 

Saat itu kesultanan Utsmaniya adalah salah satu negara terkuat duni; sebuah imperium multinasional dan multibahasa yang punya pengaruh besar di Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika khususnya di utara.  

Kejayaan Utsmani membuat banyak orang punya khayalan agar ke-khilafahan hidup kembali. Salah satu mimpi ISIS itu adalah menegakkan kembali sistem ini dan Berjaya untuk mengatur dunia. Beberapa pihak juga berjuang untuk mewujudkan hal itu ; mereka mengkampayekan kewajiban pendirian / adanya khilafah di dunia.

Kampanye yang kadang disertai dengan propaganda ini seringkali diperkuat dengan pengutipan ayat al-Quran yang serampangan sehingga mereka berpendapat jika banyak kata khilafah dalam teks keagamaan dianggap bahwa pendirian kekhilafahan itu wajib hukumnya di dunia.

Organisasi seperti Al-Qaeda, ISIS, Hizb Ut Tahrirlah dan pengikutnya di dunialah yang sering mengkampayekan bahwa kekhalifahan itu harus ada di dunia setelah Utsmani, maka mereka dengan segala cara untuk mewujudkannya kembali.  Adanya pendapat ini membuat sering ada konflik internal antar pemeluk Islam sendiri.

Padahal, menurut Syekh Ali Jum'ah yang aslinya bernama Abu Ubadah Nuruddin Ali bin Jum`ah bin Muhammad bin Abdul Wahhab bin Salim bin Abdullah bin Sulaiman -- merupakan ulama terbesar di Mesir saat ini mengatakan bahwa ketika tidak ada lagi khilafah dan terputus, kita jangan menampakkan khalifah lagi setelahnya. 

Maksudnya, ketika kekhilafahan itu sudah hancur, dan masing-masing negara Islam sudah memiliki sistem pemerintahan sendiri yang berbeda dengan model kekhalifahan masa lalu, tidak perlu lagi ada keinginan untuk mewujudkan kembali khilafah. Karena hal itu akan membuat perpecahan, pertumpahan darah, dan memperparah pertikaian di internal umat Islam sendiri.

Menurutnya, jika kita melakukan upaya-upaya seperti yang dilakukan oleh al-Qaeda dan Hizb Ut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan ISIS maka sesungguhnya kita menjadi mainan pihak lain yaitu para musuh agama yang menginginkan konflik dan perpecahan terus menerus ada.

Dengan konflik yang tiada akhir itu sesungguhnya kita tidak mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan seperti tertera dalam sabda Nabi soal hakekat  negara dan bangsa bagi Islam.

Karena itu banyak negara menentang beroperasinya oragnisasi-organisasi seperti di atas, termasuk Indonesia yang sudah menetapkan Hizbut Tahrir Indonesia sebagai organsisasi terlarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun