Mohon tunggu...
Iqri Sulizar
Iqri Sulizar Mohon Tunggu... wiraswasta -

Media Integrator: Sosmed, Offline Media,Web/Blog, Android dan SMS Gateway

Selanjutnya

Tutup

Politik

Khilafah Sebagai Model Acuan Bagi Peradaban Islam

15 Desember 2013   13:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:54 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13870759241015822588

DR. M Rahmat Kurnia

1  Pendahuluan Kehidupan saat ini sedang terguncang.  Gaya hidup materialistis mendominasi kehidupan masyarakat.  Nilai-nilai kemanusiaan sudah dicampakkan.  Kita perlu model kehidupan yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Setelah Komunisme hancur, dan Kapitalisme sedang sakaratul maut, satu-satunya alternative adalah kembalinya peradaban Islam.  Secara historis, peradaban Islam merupakan peradaban yang melebihi peradaban lain.

Peradaban Islam memimpin dunia selama 12 abad.  Sementara, Uni Sovyet dengan ideologi Komunisme hanya berkuasa 84 tahun, dan AS dengan ideologi kapitalisme yang diembannya sudah sekarat sekalipun baru 1,5 abad.  Secara, syar’iy khilafah sebagai wujud kepemimpinan Islam untuk membangkitkan peradaban manusia sudah menjadi opini mulai dari Timur hingga Barat.  Pihak Barat pun mengetahui hal ini.  Mantan Presiden AS George Bush mengatakan dengan nada sinis bahwa orang-orang yang hendak mewujudkan kembali khilafah sebagai orang-orang yang ingin: "...establish a violent political utopia across the Middle East, which they call Khilafah, where all would be ruled according to their hateful ideology... This Khilafah would be a totalitarian Islamic empire encompassing all current and former Muslim lands, stretching from Europe to North Africa, the Middle East and Southeast Asia" 1).    Pada faktanya, sejarah justru mencatat bahwa apa yang ia sebut sebagai ‘a totalitarian Islamic empire’ merupakan peradaban yang memimpin dunia selama belasan abad.

Secara umum, fungsi suatu Negara adalah melaksanakan penertiban (law and order), mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, pertahanan, dan menegakkan keadilan 2).   Dengan kata lain, negara dikatakan berhasil apabila menjamin kesejahteraan masyarakat, melindungi warganya baik Muslim maupun nonMuslim, mencerdaskan rakyat dengan pendidikan, dan mempersatukan seluruh negeri Muslim.  Berdasarkan hal ini perlu untuk melihat bagaimana Khilafah mencapai tujuan tersebut hingga dapat dijadikan model acuan bagi peradaban Islam.

2  Keemasan Peradaban Islam di Bawah Naungan Khilafah 2.1  Kesejahteraan Pada masa Khilafah di antara perkara yang mendapat perhatian adalah kesejahteraan.  Umar bin Khathab saat menjadi khalifah memberikan bantuan dari baitul mal untuk membantu masyarakat yang terserang penyakit lepra di jalan menuju Syam.  Khalifah Walid bin Abdul Malik secara khusus menyisihkan bantuan kepada masyarakat yang terkena penyakit lepra.  Tindakan serupa dilakukan oleh para khalifah dan wali (gubernur).  Bani Ibnu Thulun di Mesir memiliki masjid yang dilengkapi dengan tempat mencuci tangan, lemari penyimpan obat-obatan dan minuman, dan dokter yang mengobati secara gratis 3).

Perdagangan pun sudah berkembang.  Berbagai komoditi peralatan militer, gula, tekstil, dan kertas diekspor dari Khilafah.  Industri tekstil utama terdiri dari wol, sutra, katun, dan linen.  Industri tekstil saat itu laksana industri kendaraan bermotor dan handphone pada saat ini.   Industri besi dan kaca juga berkembang.  Gordon (2005) menggambarkan hal ini: "...growth of regional and trans-regional trade, and of urban manufacturing, produced new level of prosperity across the city landscape" 4).

Najeebabadi (2001) mengungkapkan bahwa pada masa Khilafah Harun al-Rasyid, surplus anggaran negara sebesar 900 juta dinar emas 5).  Pada saat sekarang, nilai ini setara dengan Rp 1.1475,5 triliun (asumsi: harga mas Rp 300.000/gram).  Jumlah yang luar biasa.   APBN Indonesia tahun 2013 saja sebesar Rp1.683 triliun.

Kesejahteraan ini bukan hanya dinikmati oleh Muslim, melainkan juga oleh Non Muslim.  Bloom and Blair menggambarkan betapa tinggi standar hidup warga Khilafah dengan mengatakan: "In the Islamic lands, not only Muslims but also Christians and Jews enjoyed a good life. They dressed in fine clothing, had fine houses in splendid cities serviced by paved streets, running water and sewers, and dined on spiced delicacies served on Chinese porcelains".  Sementara, kualitas kehidupan di kota Kairo digambarkan dengan narasi indah: "In the midst of the houses in New Cairo are gardens and orchards watered by wells. In the sultan's harem are the most beautiful gardens imaginable. Waterwheels have been constructed to irrigate these gardens. There are trees planted and pleasure parks built even on roofs... These houses are so magnificent and fine that you would think that they were made of jewel..." 6).

2.2  Pendidikan Secara imaniy, Islam mewajibkan menuntut ilmu.  Oleh sebab itu, sepanjang perjalanan Khilafah pendidikan mendapatkan perhatian besar.

Pada masa kekhilafahan sekolah tinggi Islam dilengkapi dengan diwan (auditorium, gedung pertemuan), asrama pelajar/mahasiswa, perumahan dosen dan ulama.  Juga, sekolah-sekolah itu dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, ruang makan, dan taman rekreasi.  Diantara sekolah tinggi terpenting adalah Madrasah Nizhamiyah dan Madrasah al-Mustanshiriyah di Baghdad, Madrasah al-Nuriyah di Damaskus, serta Madrasah an-Nashiriyah di Kairo.  Madrasah al-Mustanshiriyah, misalnya, didirikan oleh Khalifah al-Mustanir pada abad ke-6 Hijriah.  Sekolah ini memiliki auditorium dan perpustakaan yang dipenuhi berbagai buku untuk keperluan belajar mengajar.  Sekolah ini juga dilengkapi dengan pemandian dan rumah sakit.  Ad-Dimsyaqy mengisahkan dari al-Wadliyah bin Ataha’ bahwa Umar bin Khathab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar setiap bulan (1 dinar = 4,25 gram emas).  Artinya, 63,75 gram per bulan.  Kalau diuangkan (dengan asumsi 1 gram emas seharga Rp 500.000), gaji mereka sebesar Rp. 31.875.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun