Tepat Bulan Agustus di Minggu ke empat tahun 2018 saya menjabat sebuah posisi yang krusial. Saya menjadi pendamping dari pusat yang diutus mendamping berbagai UMKM dan Koperasi yang ada di daerah. Pilihan saya jatuh ke daerah yang menjadi kampung kedua orang tua saya. Aceh Barat.
Persoalan di awal memang cukup pelik, harus mengenal mereka yang ada di lingkungan kantor, hingga terjun ke lapangan. Tujuannya adalah membina, mengawasi, dan mengontrol berbagai UMKM dan koperasi. Ini adalah bulan ke empat saya melakukan tugas kontrak tersebut.
Perjalanan yang saya tempuh pun cukup jauh, selain banyak UMKM yang berada di pelosok dan jauh dari Kota Meulaboh. Perjalanan yang menempuh jalan berliku dan pastinya untuk bisa menemui berbagai UMKM. Mulai dari faktor panas dan hujan hingga persoalan lainnya saat bimbingan. Materi yang saya berikan berupa pengenalan UMKM, Â rencana usaha ke kepan, sistem keuangan, proposal bisnis, dan pembiayaan UMKM.
Di Aceh Barat saja, ada lebih dari 2.000 UMKM berdasarkan data dinas perdagangan Aceh Barat di tahun 2017. Ada beragam UKM yang berada di Meulaboh umumnya jualan aneka makanan, kelontong, dan hasil alam. Sebagai daerah yang berada di pantai barat Aceh. Kondisi UKM tidak terlalu menggembirakan dan ada segudang masalah yang begitu kompleks. Dimulai dari dari label, pemasaran, pengiriman, hingga daya tahan produk.
Pasca Tsunami tahun 2004, begitu banyak UMKM yang gulung tikar sembari membangun kembali usahanya. Menata hidup baru dan menghidupkan kembali ekonomi masyarakat yang sempat mati. Sebagai Pendampingan UMKM dibutuhkan untuk mengangkat kembali marwah masyarakat pantai barat.
Setiap Minggu saya mendatangi berbagai UMKM yang punya keunikan. Mulai dari UMKM yang menjual kerupuk kulit kerbau, kerajinan tas berbahan Eceng Gondok, kopi tubruk hingga minyak CPO. Dari sekian banyak, ada saya yang begitu menarik perhatian yaitu kue kering khas Aceh barat yang beragam dan punya nilai jual tinggi. Usaha itu bernama Asoe Jaroe.
Di jalan perbatasan Kota Meulaboh, Aceh Barat berjejer para pedagang makanan kering. Usaha kue kering Asoe Jaroe milik Pak Murtala yang terkenal dengan kue khas Aceh. Usaha yang dijalankan sudah turun-temurun berdasarkan resep orang tua mereka. Ada beragam kue yang ia jajakan dan punya nilai jual yang sangat besar. Apalagi kue tersebut sangat diminati para pelanggannya. Â
Lokasinya berada di Desa Langung Kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Bukanya setiap hari sejak pukul pukul 09:00 -- 00:00 WIB. Harga yang ditawarkan beragam dan saya rasa cukup murah meriah yang ramah buat kantong. UMKM tersebut dijalankan oleh Bapak Murtala dengan melibatkan 5 karyawan yang dipekerjakan yang berasal dari istri dan anggota keluarga Bapak Murtala.
Beragam kue tersedia mulai dari Kue Karah, Bolu, Kepang, Seupet, dan beragam jenis kue kering lainnya. Kurang lebih ada 10 macam kue yang dijajakan dan punya cita rasa yang khas Asoe Jaroe. Untuk proses pembuatan, pengemasan, dan penjualan berlangsung di kediaman Bapak Murtala.
Saya pun menilai kue yang dijual sangat terjangkau sebagai oleh-oleh atau dimakan langsung. Selain punya cita rasa yang sangat baik, produk buatan Asoe Jaroe langsung dibuat di lokasi tersebut. Pengunjung bisa melihat proses pembuatannya. Salah satunya Kue Karah (Kue Sarang) yang begitu enak saat diseduh dengan kopi. Aneka itulah yang siapa saja rela datang, memberikan buah tangan terbaik dari Bumi Teuku Umar.
Rencana usaha yang sedang ditingkatkan adalah penjualan kue secara online baik sebagai mercant atau di sejumlah sosial media. Perencanaan usaha yang saya usulkan adalah dengan pemberian logo pada hasil produk yang dijual supaya lebih menarik serta membuat nilai barang jadi lebih mahal. Secara tak langsung mampu meningkatkan ekonomi UMKM terkait.
Saya yang bertugas sebagai pendamping menilai Usaha Asoe Jaroe punya kelebihan dalam proses pembayaran dan pengiriman yang sudah lebih gampang. Pak Murtala sudah bekerja sama dengan salah satu Bank swasta nasional dan perusahaan pengiriman dalam melayani pemesanan dan jasa pengiriman kilat terkemuka.
Usaha kue kering khas pantai barat sangat menjanjikan khususnya sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke Kota kelahiran pahlawan nasional, Teuku Umar. Tapi ada keraguan menjual kue secara online karena banyak pelanggan yang hanya melihat bentuk kue tanpa mengetahui rasanya, makanya penjualan online masih cukup minim.
Mereka sudah bekerja sama dengan jasa pengiriman produk, salah satunya JNE untuk akses seluruh Aceh dan nasional. Pak Murtala pun mulai menyadari pentingnya, apalagi bisa menjadikan hasil usaha beliau bisa  direkomendasikan proses ekspor ke luar negeri andai sudah dinilai layak dan mampu bersaing dengan UMKM lainnya.
Memecahkan Masalah Kompleks UMKM di Aceh Barat
Awal mulanya, banyak UMKM yang punya nilai promosi yang masih begitu rendah. Mereka hanya mengandalkan pengunjung yang singgah saja. Otomatis pendapatan yang dihasilkan tidak pasti. Sebagai pendamping punya tugas membimbing, karena umumnya UKM yang berdiri kurang mengerti tentang promosi yang baik.
Salah satu cara dengan membuatkan sejumlah Fanpage yang berguna mempromosikan beragam UMKM setempat. Asoe Jaroe berhasil menerapkannya, ratusan like dari penggemar makanan kering daerah bisa tahu produk apa saja yang dihasilkan. Itu mampu mendorong UMKM daerah sadar betul peran besar media sosial sebagai promosi produknya.
Masalah lainnya dalam proses label, sebuah produk akan punya nilai jual yang kuat. Kemasan yang baik beserta lain jadi sebuah ciri khas dibangun. Akhirnya, UMKM Asoe Jaroe berhasil mendapatkan berbagai kotak kemasan dan label usahanya. Bantuan itu datang dari pemerintah, dengan desain kotak yang menarik pembeli. Dan beberapa hari yang lalu, sebuah pamflet tertera jelas saat warna melintas. Para tamu dari kejauhan bisa datang dan mampir melihat beraneka ragam makanan di sana.
Peran UMKM seakan membantu begitu banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari kemampuan dan kreativitas yang mereka miliki. Banyak pihak yang terlibat di dalam proses pembuatan kue khususnya ibu rumah tangan di sekitar rumah beliau.
Pak Murtala berinisiatif memberdayakan koperasi bahan baku pembuatan kue. Tujuannya agar bisa membantu masyarakat setempat membuat kue dan bisa dijual bersama-sama. Bahan baku yang digunakan akan ditukarkan dengan jumlah kue yang dibuat. Keuntungan akan dibagi secara rata berdasarkan kesepakatan awal.
Potensi kue kering seakan sangat dibutuhkan, bukan hanya bisa didapatkan saat ada pameran makanan saja. Tapi selalu ada saat pelancong datang dan menginginkan sebagai buah tangan sekaligus perlambangan oleh-oleh di daerah lokal.
JNE Penyambung Rasa Para UMKM
Selama proses pendampingan, saya sangat menarik melihat usaha yang dijalankan Bapak Murtala. Saat masih banyak usaha yang belum mengandalkan pengiriman kilat ke berbagai daerah. Beda dengan Asoe Jaroe yang sudah mempercayai sistem kiriman menggunakan JNE selama dua tahun terakhir. Cukup banyak membantu proses pengiriman berbagai pesanan seluruh Aceh sampai ke Sumatra Utara.
Beliau menilai proses pengepakan pun sangat baik dan kue kering tidak rusak saat sampai ke lokasi. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi pun cukup cepat. Artinya tidak sampai membuat kualitas kue berkurang.
Tugas dan peran besar saya sebagai pendamping seakan bisa tahu, karena kue kering daerah bukti nyata kearifan lokal yang harus terus dipertahankan. Bahkan didistribusikan meluas ke sejumlah wilayah.
Berkat jangkauan luas JNE mampu menjawab segala permasalahan tersebut. Dengan demikian para pelaku UMKM seperti yang ada di daerah tak perlu khawatir terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak JNE.
Kepedulian JNE terhadap UMKM yang ada di daerah jadi bukti bahkan perkembangan UMKM butuh terus dibina. Peran UMKM sebagai sentral usaha dan kreativitas masyarakat. Serta pendamping yang penuh dedikasi mendampingi segala masalah UMKM di daerahnya.Â