Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pengantin Kertas

11 Mei 2025   17:55 Diperbarui: 15 Mei 2025   15:27 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Sumber: istockphoto.com

Toko itu terletak di ujung gang, tidak jauh dari Pasar Johar yang sudah lama kehilangan masa jayanya. Nama toko itu "Sinar Abadi". Orang-orang menyebutnya "Toko Ong" toko perlengkapan kematian yang menjual Hio, lilin merah, amplop sembahyang, juga kertas bakar yang bentuknya mirip uang.

Ong Tiong Ho, pemiliknya, tinggal di lantai dua bersama adiknya yang lumpuh. Istrinya sudah lama meninggal. Tidak punya anak. Ia sudah menjalankan toko itu selama lebih dari dua puluh tahun, meneruskan usaha orang tuanya. Setiap pagi ia membuka pintu toko, menyapu halaman depan, lalu duduk di belakang meja sambil melipat kertas emas. Tidak ada yang istimewa dari hari ke hari, sama saja. Pesanan datang, pesanan selesai. Tiga hari sebelum Imlek, toko mulai ramai. Sisanya sunyi.

Tapi ada satu layanan khusus yang tidak semua orang tahu: pembuatan pengantin kertas, boneka seukuran manusia, dibuat untuk upacara pernikahan roh. Biasanya dipesan oleh keluarga yang anaknya meninggal sebelum menikah. Tradisi ini sudah jarang dilakukan, tapi Tiong Ho masih menerima permintaan khusus itu. Ia tidak pernah menolak, asalkan dibayar dan harga yang pas.

Malam itu sebelum tutup seorang laki-laki, usia lima puluhan datang, mengenakan kemeja hitam mengenakan masker. Ia hanya berkata, "Perempuan. Usia dua puluh lima. Baju pengantin warna merah. Nama: Liani."

Ia menyodorkan sebuah foto. Wajahnya tidak terlalu jelas. Sepertinya gambar dari kamera jadul, resolusinya buram. Tapi Tiong Ho sudah biasa. Ia hanya mengangguk lalu mencatat pesanan.

"Tiga hari, ya!" katanya.

Pria itu membayar tunai. Lalu pergi tanpa meninggalkan nomor telepon.

Tiong Ho mulai membuat rangka boneka dari bambu. Ia pakai teknik yang sudah diajarkan ayahnya sejak kecil: tubuh dibentuk dari anyaman, dilapisi kertas putih, lalu ditambahkan pakaian, rambut palsu, dan riasan wajah.

Pengantin kertas itu selesai tepat waktu.

Saat boneka berdiri di sudut ruangan, lampu toko sempat padam sebentar. Tapi Tiong Ho tidak menganggapnya aneh. Listrik di daerahnya memang sering bermasalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun