Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Ayah #1

11 April 2019   11:32 Diperbarui: 19 Agustus 2020   11:48 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear anak-anak ku,

saat kalian membaca ini, mungkin kalian sudah berusia 18 tahun atau 20 tahun, mungkin juga kurang atau lebih, namun yang pasti ayah tidak tahu apakah usia ayah akan berada disana saat kalian membaca ini.

ini adalah surat pertama ayah untuk kalian, harapan ayah setelah kalian membaca ini dapat mengobati rasa rindu disaat ayah sudah tidak lagi berada di rumah, bercanda, tertawa dengan kalian.

anak-anak ku..

ada banyak kisah hidup dan pengalaman semasa ayah anak-anak dan remaja hingga berjumpa dengan ibu mu, kisah-kisah tersebut akan ayah tulis untuk kalian pelajari dan ambil hikmahnya, pelajari dan resapi setiap pesan di dalam cerita ini, ayah paham dan mengerti bahwa zaman berubah dan akan terus berubah, perkembangan teknologi dan peradaban juga akan berubah, tapi percayalah bahwa kisah-kisah ini akan terus terkenang dan mengalir di dalam aliran darah kalian, karena kalian adalah bagian terindah dalam hidup ayah.

Kisah #1

anak sulung ku..

kamu saat ini sedang duduk di bangku kelas 3 SD, kecerdasanmu sungguh luar biasa, daya hafal mu tidak diragukan, dan kemampuan sosial mu sungguh mengagumkan. ketahuilah nak, kamu dapatkan genetika itu dari ayah, bangga sekali ayah rasanya melihat mu tumbuh dengan kempuan mu itu, dalam setiap sujud ayah selalu terselip doa untuk mu nak, doa yang mengiringi langkah mu menuju kesuksesan di masa mendatang, kesuksesan besar yang akan kamu raih di masa depan. 

namun.. ayah sedih ketika melihat mu tidak memiliki nyali, tidak mempunyai keberanian untuk membela diri mu dan hak mu ketika bermain dengan teman sebaya atau lebih tua dari mu.. beranilah nak!!.. beranikan diri mu!!.. tidak perlu sampai berkelahi, tidak perlu sampai adu jotos, tapi mengatakan bahwa kebenaran adalah benar itu yang penting nak!!.. 

ketika ayah masih duduk di bangku kelas 3 SD, ayah pun pernah mengalami hal serupa, ketika itu kami sedang keranjingan bermain biji karet, permainan adu biji karet adalah permainan yang paling terkenal saat itu, semua siswa SD memainkan permainan tersebut baik di sekolah pada saat jam istirahat atau di sekitar lingkungan rumah. 

tibalah dimana ayah harus berhadapan dengan siswa kelas 6 SD pada saat itu, namun dia bermain curang, dengan memasukan cairan semen kedalam biji karet yang akan di adu, ayah menemukan kecurangan ini ketika dia mengalahkan ayah dan teman ayah, ayah melihat ujung biji karetnya tertutup semen putih dan ayah berusaha untuk meminta biji karetnya untuk di periksa namun dia menolak dan mengejek ayah, karena di ejek dan dihina, ayah tidak terima ayah katakan padanya kalau dia curang dan tidak sopan.. dengan cepat tangannya memukul muka ayah, saat itu pantang buat ayah untuk menyerah, badan dia besar dan tinggi sementara ayah kecil dan kurus, namun ayah tidak takut.. setelah dia memukul ayah dan terjatuh, ayah bangkit dan memukul perutnya sekencang tenaga, dan dia mengaduh kesakitan, sambil kesakitan itu ayah bilang. "jangan curang kalo main!!".. dan terlihat dia mengeluarkan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun