Mohon tunggu...
Arman Maulana Iqbal
Arman Maulana Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Ilmu Ekonomi Uin Sunan Ampel Surabaya urabaya

seorang mahasiswa yang suka berbusana

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Baju Bekas, Gaya Kelas! Kenapa Thrifting Jadi Tren?

23 Februari 2025   15:21 Diperbarui: 23 Februari 2025   17:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

2. Unik dan Tidak Pasaran

Pakaian hasil thrifting sering kali memiliki desain yang tidak lagi diproduksi atau berasal dari koleksi lama. Ini membuat barang thrift menjadi lebih eksklusif dan tidak pasaran dibandingkan pakaian yang dijual di pusat perbelanjaan atau toko fast fashion. Banyak orang mencari pakaian thrift untuk mendapatkan gaya yang unik, vintage, atau bahkan klasik yang sulit ditemukan di toko-toko biasa.

3. Ramah Lingkungan dan Mendukung Sustainable Fashion

Tren thrifting semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif industri fast fashion terhadap lingkungan. Produksi pakaian baru membutuhkan banyak sumber daya dan sering kali menghasilkan limbah tekstil yang mencemari lingkungan. Dengan membeli pakaian second-hand, seseorang secara tidak langsung membantu mengurangi limbah fashion dan memperpanjang siklus hidup pakaian. Thrifting pun menjadi pilihan bagi mereka yang ingin tetap bergaya tanpa merusak lingkungan.

4. Sensasi Berburu Barang Langka

Berbeda dengan belanja di mall atau butik, thrifting menawarkan pengalaman yang lebih menantang dan seru. Banyak orang menikmati sensasi berburu harta karun fashion, di mana mereka bisa menemukan pakaian unik, branded, atau bahkan edisi terbatas dengan harga yang jauh lebih murah. Setiap kunjungan ke thrift shop selalu membawa kejutan tersendiri karena stok barang terus berubah, sehingga belanja thrift terasa lebih menyenangkan dibandingkan sekadar membeli barang di toko biasa.

5. Didukung oleh Media Sosial dan Tren Fashion

Perkembangan media sosial, terutama TikTok, Instagram, dan YouTube, semakin mempercepat popularitas thrifting. Banyak content creator dan influencer membagikan pengalaman mereka dalam berburu pakaian thrift, memberikan tips memilih barang berkualitas, hingga menunjukkan cara mix and match outfit hasil thrifting agar tetap terlihat stylish. Tren ini membuat semakin banyak orang tertarik mencoba thrifting, terutama generasi muda yang ingin tampil keren tanpa harus mengikuti fast fashion.

Dengan berbagai alasan tersebut, tidak heran jika thrifting kini bukan hanya sekadar pilihan alternatif, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern yang lebih hemat, kreatif, dan ramah lingkungan.

Dampak Sosial dan Ekonomi dari Tren Thrifting

Tren thrifting yang semakin populer telah membawa perubahan besar dalam dunia fashion, terutama dari sisi sosial dan ekonomi. Salah satu dampak paling terlihat adalah meningkatnya jumlah thrift shop dan pasar loak di berbagai kota. Jika dulu thrift shop hanya bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional, kini banyak toko fisik hingga online yang khusus menjual pakaian bekas berkualitas. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta menjadi pusat perkembangan bisnis thrift, dengan banyaknya toko yang menyediakan berbagai macam pakaian second-hand, mulai dari pakaian kasual hingga barang branded. Bahkan, beberapa kawasan telah dikenal sebagai surga thrifting, menarik banyak pembeli yang ingin berburu pakaian murah namun tetap stylish. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun