Mohon tunggu...
Iqbal Kautsar
Iqbal Kautsar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemakna INDONESIA. Pencerita Perjalanan. Travel Blogger. \r\nwww.diasporaiqbal.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pelajaran Kopi Lencoh di Lereng Merapi

25 Juni 2014   23:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:56 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="526" caption="Darto Sijam sedang memetik buah kopi di pekarangannya."][/caption]

“Enak banget ini kopinya”Berulang kaliPak Darto Sijam (45)menyingkap kesan nikmatsetelah menyeruput secangkir kopiyang tersajitubruk.Warga Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Selo, Boyolali ini baru tahu rasa asli kopi yang ditanamnya. Pengalaman pertama ini pun menjadi pemantik kebanggaan atas kopi daerahnya. Sekaligus menjadi sepotret ironi dari petani kopi yang belum pernah merasakan rasa kopi terbaik.

Pak Darto Sijam dan banyak warga Lencoh menanam beberapa tanaman kopi di pekarangan rumahnya. Tanaman kopi ini tumbuh dibiarkan saja.  Sejak ditanam sebagai bibit bantuan pemerintah tahun 2003, tanaman kopi tidak dipupuk, tidak disiram. Seperti tumbuh liar. Saya pun menyaksikan banyak pohon kopi tumbuh sekedarnya menempati lahan tepian di batas pekarangan.

Tatkala berbuah, warga Lencoh bukan berarti lantas bersuka ria memanennya. Tetap saja dibiarkan. Warga enggan memanen. Bayangkan, punya tanaman kopi tapi para warga tidak tahu cara memanen, membuat jadigreen beansapalagi mengolah jadi minuman kopi. Terlebih tidak ada yang jaringan pemasaran yang menampung untuk membeli kopi. Warga kebingungan atas tanaman kopi miliknya. Tanaman kopi merana. Tak ada penghasilan dari kopi miliknya.

Saya jadi paham ini semacam sejumput kisah khas proyek pemerintah yang biasanya setengah hati, setengah jalan. Awalnya, pemerintah memberi bibit, menyuruh warga menanam. Namun, lantas setelah proyek itu selesai, pemerintah meninggalkan warga tanpa sepaket dengan bimbingan perawatan, pengetahuan pemanenan dan pengolahan serta jaringan pemasaran. Mungkin itu sudah beda proyek jadinya tidak diberikan sekalian kepada warga. Proyeknya tiada kelanjutan.

Namun, bolehlah kebingungan warga Lencoh perlahan terbenam. Ada harapan yang terbit tatkala Klinik Kopi datang menemui warga. Klinik Kopi merupakan warung kopi di Jogja yang tak hanya menjual kopi tapi mengedukasi para ‘pasien’ kopi tentang minum kopi secara ‘kaffah’. Saya diajak Klinik Kopi melaksanakan Trip Kopi di Lencoh pada 21-22 Juni 2014. Kami melihat secara langsung realitas kopi, memanen kopi sekaligus berinteraksi langsung dengan para petani.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Kopi Lencoh yang masih ada kulit arinya. Kopi milik Pak Iswondo"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun