Mohon tunggu...
M. Iqbal Fardian
M. Iqbal Fardian Mohon Tunggu... Ilmuwan - Life Time Learner

Penulis adalah seorang pendidik di sebuah sekolah swasta kecil di Glenmore, Banyuwangi. Seorang pembelajar yang tak pernah selesai untuk terus belajar. Saat ini penulis sedang menempuh Pendidikan di Program S3 Ilmu Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Situs Neolitikum Kendenglembu Glenmore dan Kehidupan Prasejarah di Indonesia

10 Januari 2019   13:29 Diperbarui: 10 Januari 2019   20:47 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Kudung Kendenglembu buatan Belanda (DOK: historicaindonesia.blogspot.com)

Padahal dari sisi teknologi pembuatan artefak batu dan gerabah slip merah, diketahui bahwa Situs Kendenglembu memiliki kesamaan karakter dengan Situs Kalumpang yang berasal dari 3.500 BP. Sedangkan di Situs Rejosari mempresentasikan temuan yang lebih baik yang berasal dari 1.332 BP.

Sedangkan pada lapisan sejarah diperoleh hasil yang sesuai dengan perkiraan yaitu berasal dari 543 yang lalu atau sekitar Tahun 1.400 Masehi. Hal ini mendukung dugaan berdasarkan tipologi produk yang ditemukan berupa gerabah kendi susu yang berasal dari akhir masa Kerajaan Majapahit abad XV Masehi. Atau bersamaan waktunya dengan masa kerajaan Blambangan, sebuah kerajaan lokal yang berada di ujung timur Pulau Jawa.

Meskipun masih menyisakan misteri, keberadaan situs Kendenglembu ini dapat memberikan jawaban perjalanan masyarakat neolitik penutur Austronesia berimigrasi ke Pulau Jawa pertama kali di kawasan Kendeng Lembu. 

Mereka diduga datang dari Kalimantan Selatan Dugaan ini berdasarkan hipotesis Robert Blust (1985) yang mengajukan hipotesa bahwa sub grup bahasa Jawa berasal dari suatu bahasa yang dituturkan di daerah Kalimantan Selatan kira-kira 800-1000 SM.

Akan tetapi dengan penemuan situs neolitik kendenglembu ini dengan mendasarkan atas kesamaan teknlogi pembuatan gerabah dengan kawasan Sulawesi barat. 

Selain itu juga lapisan budaya neolitik Kendenglembu juga memiliki kemiripan dengan lapisan budaya neolitik Situs-situs Kalumpang di Sulawesi Barat yang memiliki pertanggalan 3.500-3000 BP.

Jika hipotesa ini benar dalam peneltian yang dilakukan ini dijelaskan besar kemungkinan lokasi pendaratan kelompok manusia ini adalah kawasan pesisir utara pulau Jawa dan Pulau Madura. 

Mereka tidak langsung masuk ke kawasan Kendeng Lembu karena kontur alam yang tidak mudah untuk langsung masuk ke wilayah Kendeng Lembu karena keberadaan Gunung Raung. 

Mereka terlebih dahulu harus melintasi Selat Bali kemudian mereka juga harus melintasi ganasnya Samudra Indonesia dan kemudian mendarat di muara Sungai Kalibaru yang mengantarkan mereka di kawasan Kendenglembu.

Keberadaan lapisan sejarah dan lapisan neolitik di wilayah Kecamatan Glenmore menjadi titik yang sangat penting untuk mengetahui jejak peradaban kuno di wilayah Glenmore. Apakah keberadaan situs pra sejarah, kemudian budaya masa sejarah dari akhir masa kerajaan Majapahit terus berlanjut kehidupan budaya pendalungan merupakan rangkaian dan keberlanjutan peradaban. 

Dalam penilitian yang dilakukan diperoleh data bahwa tidak ada yang menunjukkan keberlanjutan peradaba sejak masa Glenmore kuno ke masa Glenmore masa Hindu-Budha hingga kehidupan Glenmore Modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun