Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi

Bukan buzzer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuliah Online bagi Mahasiswa Vokasi, Masihkah Relevan?

15 Juni 2020   09:20 Diperbarui: 15 Juni 2020   16:28 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: freepik.com/katemangostar)

Sudah 3 bulan, saya sebagai salah satu mahasiswa Sekolah Vokasi yang mengikuti kuliah secara online. Terhitung sejak Maret, kami mahasiswa diimbau untuk pulang ke kampung halaman karena mewabahnya virus Covid-19 ini. Dan sejak itu pula saya resmi menjadi mahasiswa yang berkuliah secara online. 

Ketika tulisan ini ditulis, saya sedang menjalankan Ujian Akhir Semester (UAS) dengan perasaaan cukup merana. Namun bukan perihal UAS-nya yang membuat saya merana, tetapi keluarnya surat edaran dari kampus yang menyatakan bahwa semester depan perkuliahan dan praktikum akan dilakukan secaara online. 

Ternyata, kuliah selama tiga tahun, hampir satu tahunnya malah dari rumah  Satu hal yang ada dipikiran saya setelah membaca surat edaran itu hanya, "Lho nanti praktikumnya gimana, je?" Belum lagi proyek akhir semesteran yang biasanya ada di setiap mata kuliah. 

Terus saya kan mahasiswa Vokasi yang digadang-gadang punya skill dan keterampilan siap pakai dalam dunia kerja. Lha, tapi kalau kuliah, praktikumnya online gini gimana yak? Oke mari kita bahas satu-satu ya.

Pertama, praktikum secara online. Mari saya jelaskan dulu kurang lebihnya seperti apa praktikum itu. 

Menurut saya praktikum adalah sebuah kegiatan di mana kita menerapkan apa yang sudah kita pelajari di kelas kuliah untuk dilakukan secara langsung, contoh saya kuliah tentang fotografi, belajar jenis-jenis kamera, macam-macam angle, hingga mode yang digunakan. 

Nah, di dalam praktikum saya mempraktikan semua yang sudah saya pelajari tadi dengan secara nyata dan langsung. Lha sekarang kalau online? 

Mahasiswa di kampus saja yang secara langsung ketemu sama dosen kadang masih kurang paham. Apalagi kalau di rumah yang cuman madhep laptop terus kameranya di matiin kedengaran suara dosennya aja, gimana mau paham sama praktikumnya. 

Yang lebih sialnya lagi, sudah gak paham sama materinya mau Tanya sama dosen juga kadang cuman centang satu kalaupun centang dua di balesnya kalau udah selesai jam praktikum. Modyar.

Beda kalau praktikum tatap muka di kelas, bisa langsung menghadap bapak /ibu dosen untuk nanya, kalau ngga tanya temen kelas. Makanya ngga usah heran semenjak kuliah online  banyak muncul grup grup whatsapp yang isinya cuman satu  geng nya aja, takut kalau nanya di kelas ngga di bales.

Kedua, proyek akhir mata kuliah/semester. Biasanya di kampus saya, di beberapa mata kuliah ketika sudah menjelang akhir semester akan ada tugas dengan bobot nilai yang cukup besar di berikan oleh dosen. Kami biasa menyebutnya proyek akhir, proyek ini dikerjakan secara kelompok dan memakan waktu yang cukup lama. 

Kalau ini dikerjakan di kampus dalam kondisi yang normal tentu tidak jadi masalah, tinggal janjian kumpul di kos kosan atau dimana, terus paksa kerjain bareng deh, selesai. Tapi kalau di kerjakan secara online, tentu tidak semudah itu teman teman.

Sesuai dengan pengalaman saya di semester ini yang baru selesai dengan salah satu  projek akhir, ternyata cukup penuh dengan drama selama proses pengerjaannya. 

Drama itu bermula ketika mengharuskan kami untuk kerja kelompok melalui Google Meet atau Zoom. Coba bayangkeun ada yang sambil makan ngga merhatiin, ada yang hah..hohh..hahh..hoh sok-sokan ngga denger, headset-nya ditempel di mulut jadi kaya dengerin ASMR napas temen.

Belum lagi ada yang keluar masuk meeting room terus-terusan sambil ngomong, "Kedengeran suaranya nggak, guys?" dan berbagai macam kendala lainnya. 

Akhirnya diskusi beralih ke grup Whatsapp sementara di WA Group yang nongol cuman satu-dua orang dan akhirnya proyek selesai di tangan satu orang yang terpaksa mengerjakan dengan imbalan: "makasih bangett lohhh yaa", "unch emang penolong banget deh kamu ", "ihhhhh kok udah selesai, padahal mau bantu -_-". Alasan yang klise sebenarnya.

Ketiga, perkara punya skill dan ketrampilan siap kerja. Saya mungkin akan bilang bahwa ada ketakutan penurunan kualitas mutu saya seorang diri atau teman teman saya. 

Di kampus saya khususnya sekolah vokasi memang cukup concern dengan permasalahan softskill seperti kemampuan bekerja sama, kepemimpinan, atau pun rasa tanggung jawab. 

Ketika perkuliahan dan praktikum dilakukan secara normal atau tatap muka mungkin kemampuan seperti itu masih dimiliki oleh mahasiswa karena ada tuntutan harus bertemu dengan teman atau dosen di kelas secara langsung hampir setiap hari, sehingga kalau ada tugas atau hal yang perlu dikerjakan ternyata terbengkalai rasa-rasanya akan malu tentunya. 

Namun berbeda jika di rumah. Mahasiswa bisa dengan mudahnya melepas tanggung jawab sebuah pekerjaan, Tinggal diamkan puluhan chat darii teman atau dosen, telepon masuk tak usah diangkat sembari mengulur deadline pekerjaan. 

Ketika semua sudah selesai beri saja sedikit kata kata pemanis dan rayuan serta rasa memelas dengan seribu alasannya. Bisa saja kan? bukan bermaksud saya suudzon, tapi kejadian seperti itu kerap  terjadi dan tidak hanya satu atau dua kali dengan oknum yang sama.

Menyedihkan memang ketika harus menerima kenyataan bahwa kuliah dilakukan secara online, apalagi saya seorang mahasiswa sekolah vokasi. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin itu merupakan pilihan terbaik untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Semoga kampus bisa menghilangkan kerisauan kita dengan menemukan berbagai solusi dari permasalahan yang ada saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun