Mohon tunggu...
Iqbal Taro
Iqbal Taro Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Aku ingin jadi penulis fiksi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perlahan Hati Anak itu Hancur

15 Oktober 2013   22:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perlahan hati anak itu hancur. Dia lahir dengan tawa dan senyumannya yang tulus kepada siapa saja. Pada temannya, pada musuhnya, pada keluarganya, pada binatang, pada siapa saja. Tapi perlahan hati anak itu hancur. Dia masuk SD seperti anak-anak lainnya. Di sekolah dia belajar bersama guru dan teman-teman, pulang ke rumah dia bermain bersama anak-anak lainnya. Dia tumbuh normal seperti anak-anak lainnya, tapi perlahan hati anak itu hancur.

Sekarang umurnya sudah menginjak remaja. Dia tumbuh kembang seperti anak-anak lainnya, dunia mereka tak jauh beda. Tapi perlahan hati anak itu hancur. Karena semua yang dia pelajari di sekolah ternyata tidak seperti di dunia nyata. Karena ternyata semua yang dia baca di komik, novel-novel dan majalah juga tidak seperti di dunia nyata. Karena lagu-lagu yang dia dengar setiap hari juga begitu. Maka anak itu bertahan saja dengan senyum dan tawanya. Dia bertahan dan terus berjalan saja. Meski dia merasa hatinya hancur. Tapi dia tersenyum, dia tertawa. Saat semua adik-adiknya menunjukkan tanda-tanda sehat dan bahagia, aktif dan ceria, dia tersenyum, dia tertawa.

Dia hanya terus berjalan berharap cinta sejati menemuinya. Karena semua lagu, semua komi, semua novel yang menjadi temannya selama ini hanya membisikkan kata cinta. Yang perlahan masuk ke hati anak itu. Hatinya sakit mendengar suara manusia lainnya. Manusia yang tertawa, manusia yang menangis, manusia yang berbicara, manusia yang bersenandung perlahan dia muak dengan semua dunia selain dunianya. Semua menyebalkan, semua memuakkan, semuanya menjengkelkan. Tapi dia tersenyum dan tertawa. Dan terus berjalan. Meski jauh di dalam sana. Hatinya hancur.

Dia terus sendirian, menjaga dirinya supaya tetap sendirian, berharap cinta sejati menyapa dan menemuinya. Cinta yang ideal dan sesuai dengan yang dia inginkan. Dan dia berjalan. Menutup mata dan telinga di hatinya. Berharap cinta menyapanya.. Perlahan, hati anak itu hancur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun