Sekarang umurnya sudah menginjak remaja. Dia tumbuh kembang seperti anak-anak lainnya, dunia mereka tak jauh beda. Tapi perlahan hati anak itu hancur. Karena semua yang dia pelajari di sekolah ternyata tidak seperti di dunia nyata. Karena ternyata semua yang dia baca di komik, novel-novel dan majalah juga tidak seperti di dunia nyata. Karena lagu-lagu yang dia dengar setiap hari juga begitu. Maka anak itu bertahan saja dengan senyum dan tawanya. Dia bertahan dan terus berjalan saja. Meski dia merasa hatinya hancur. Tapi dia tersenyum, dia tertawa. Saat semua adik-adiknya menunjukkan tanda-tanda sehat dan bahagia, aktif dan ceria, dia tersenyum, dia tertawa.
Dia hanya terus berjalan berharap cinta sejati menemuinya. Karena semua lagu, semua komi, semua novel yang menjadi temannya selama ini hanya membisikkan kata cinta. Yang perlahan masuk ke hati anak itu. Hatinya sakit mendengar suara manusia lainnya. Manusia yang tertawa, manusia yang menangis, manusia yang berbicara, manusia yang bersenandung perlahan dia muak dengan semua dunia selain dunianya. Semua menyebalkan, semua memuakkan, semuanya menjengkelkan. Tapi dia tersenyum dan tertawa. Dan terus berjalan. Meski jauh di dalam sana. Hatinya hancur.
Dia terus sendirian, menjaga dirinya supaya tetap sendirian, berharap cinta sejati menyapa dan menemuinya. Cinta yang ideal dan sesuai dengan yang dia inginkan. Dan dia berjalan. Menutup mata dan telinga di hatinya. Berharap cinta menyapanya.. Perlahan, hati anak itu hancur.