Aku ingat, ketika mati-matian mempertahankan seseorang yang sangat kusayang. Betapa menyedihkan, mengetahuinya lebih memilih untuk pergi bersama yang lain. Aku pernah memberikan seluruh hatiku pada seseorang, tetapi kemudian dikhianati, nyaris saja aku sakit jiwa, untung dia kucintai sepenuh hati, bukan sepenuh jiwa.Kau tahu, Mia? Seberapa aku takut kehilangan. Hingga untuk beberapa waktu, aku menutup hati begitu lama. Memilih menyendiri, meski ada beberapa yang pernah mencuri hatiku. Tapi, bukankah semestinya hati itu diminta baik-baik? Bukan diambil dengan cara yang salah dengan mencurinya. Apalagi memaksa.
Cinta memang rumit, Mia. Paradoks. Cinta yang membuat kita bahagia, juga sensara. Yang menghadirkan rindu, sayang, bahkan kebencian. Apakah cinta jahat? Dulu, kuanggap demikian.
Tapi, cinta bukan kambing hitam yang mesti kita salahkan. Diri sendiri. Mengapa berani mengarungi lautan asmara, jika takut tenggelam dalam kepedihan dan sakit hati.
Aku yang salah, karena terlalu mempercayakan seseorang untuk menjaga hatiku. Padahal, dia mencurinya. Mana ada pencuri yang baik, menjaga hati dengan sepenuh hati. Hahaha.
Kelak, jika ada yang mencuri hatiku, tak akan kubiarkan. Aku hanya ingin memberikannya pada dia yang datang baik-baik, mengetuk pintu dengan salam, memperkenalkan dirinya dengan sopan, lalu meminta hatiku baik-baik. Tak seperti yang telah lalu.
Dan kuharap, kaulah orang itu, Mia.