Mohon tunggu...
I Putu Bagus Wiswanathan
I Putu Bagus Wiswanathan Mohon Tunggu... Mahasiswa Undiksha

Saya senang menulis tentang topik yang berhubungan dengan sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Karma Tak Bisa Disuap di Hadapan Dharma Hindu

26 Juni 2025   13:42 Diperbarui: 27 Juni 2025   01:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam ajaran Hindu, kehidupan dipandang sebagai rangkaian perjalanan jiwa yang terus berlanjut, dan di dalamnya terdapat konsep punarbhawa yaitu kelahiran kembali. Artinya, apa pun karma yang belum terselesaikan di kehidupan ini tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan melekat pada jiwa dan ikut terbawa ke kelahiran berikutnya, seperti utang yang diwariskan. Oleh karena itu, tindakan korupsi tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran sosial, tetapi juga sebagai awal dari rantai penderitaan yang panjang, bahkan lintas kehidupan. Ketika seseorang menyengsarakan banyak orang demi kepentingan pribadi, ia tidak hanya merusak tatanan sekarang, tapi juga sedang menanam fondasi bagi penderitaan yang akan dituainya kembali, baik dalam kehidupan ini maupun di kehidupan mendatang.

Punarbhawa bukan sekadar pengulangan hidup, tapi kelanjutan dari tanggung jawab yang belum selesai. Jiwa membawa jejak karmanya, baik dan buruk, dari satu kehidupan ke kehidupan lain. Korupsi yang tidak dibayar lunas di kehidupan ini akan dibawa ke kehidupan berikutnya dalam bentuk penderitaan yang sulit dijelaskan secara logika biasa seperti fenomena kemiskinan, penyakit, kehilangan, atau ketidakberdayaan yang tampak "tidak adil", padahal sesungguhnya adalah bagian dari keseimbangan karma. Lebih dari itu, tindakan korupsi juga melemahkan kualitas batin seseorang. Ia menciptakan kebiasaan buruk dalam jiwa seperti keserakahan, tipu daya, dan ego yang terbentuk dalam-dalam. Jiwa yang demikian, ketika lahir kembali, akan cenderung mengulang pola yang sama jika tidak ada kesadaran dan perubahan. Inilah kenapa ajaran Hindu tidak hanya bicara soal akibat luar, tapi juga soal pembersihan batin.

Ajaran tentang karma dan punarbhawa bukan ditujukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyadarkan. Bahwa setiap tindakan kita, bahkan yang tampak sepele, memiliki gema panjang. Bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa dibangun di atas penderitaan orang lain. Dan bahwa kekuasaan, ketika digunakan tanpa dharma, bukan berkah, melainkan beban dimana jika seseorang menyadari ini, maka pertobatan bukan lagi soal formalitas hukum. Ia menjadi perjalanan batin untuk memperbaiki diri, memutus rantai karma buruk, dan membuka jalan menuju kelahiran yang lebih bersih dan bermakna.

Korupsi bukan sekadar masalah hukum atau ekonomi. Ia adalah cermin dari krisis batin saat manusia lupa bahwa hidup bukan hanya tentang apa yang kita miliki, tapi tentang bagaimana kita menjalaninya. Bahwa kekuasaan bukan soal siapa yang lebih tinggi, tapi siapa yang mampu menjaga yang di bawahnya. Bahwa uang bisa membeli banyak hal, tapi tidak bisa menyuap karma.

Bagi siapa pun yang pernah tergoda menyimpang, ini bukan undangan untuk takut melainkan kesempatan untuk kembali. Kembali ke jalan yang seimbang. Kembali ke niat yang bersih. Karena hukum karma tidak menuntut kesempurnaan, tapi kejujuran. Ia memberi ruang untuk belajar, memperbaiki, dan melanjutkan hidup dengan lebih sadar.

Dan untuk generasi yang sedang tumbuh, harapan itu ada pada kalian. Tumbuhlah dengan kepekaan, bukan hanya kepintaran. Belajarlah bukan hanya untuk bisa menjawab soal, tapi juga untuk bisa membedakan benar dan salah. Karena bangsa ini tidak hanya butuh orang cerdas, tapi juga orang benar mereka yang mampu berdiri tegak walau sunyi, karena tahu bahwa dharma tak selalu disambut tepuk tangan.

Di hadapan hukum manusia, mungkin seseorang bisa lolos. Tapi di hadapan Dharma, tidak ada jalan pintas.

Mari jadi bagian dari generasi yang tak ingin "menang" dengan cara curang. Generasi yang memilih jalan terang, meski lebih sepi. Karena dari sanalah masa depan yang adil dan damai akan tumbuh.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun