Mohon tunggu...
Moch
Moch Mohon Tunggu... Jurnalis - Saifullah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sedikit ambisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Babullah in Memorial

14 Juli 2020   07:48 Diperbarui: 14 Juli 2020   07:54 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Endra Rhendra

Oleh: Jass Moekmien

Babullahku terlalu suci untuk dilupakan rakyatnya.

Babullahku terlalu perkasa bagi penjajah rempah-rempah.

Babullahku terlalu rumit untuk dikaji oleh pakar sejarah Indonesia.

Babullahku terlalu menarik untuk disamakan dengan pahlawan kalibata.

Renungkanlah, telitilah...
Buka matamu dan kembali ke tahun 1500-an.

Dia yang terbunuh dengan cara licik akan hidup selamanya dalam pikiran si pembunuh. Dan, akan dikenang sebagai pemenang sejati tanpa perlu bertempur lagi.

Dia yang dikenal sebagi penakluk tujuh puluh dua negeri tak memerlukan medali tanda jasa dan kalungan bunga dari Presiden mana pun.

Babullahku akan marah bila kita merendah seperti padi karena falsafah kita adalah sagu, keras dan berduri.

Babullahku akan marah bila kita hanya duduk, dengar dan diam tanpa berjuang mengembalikan kejayaan negeri ini.

Renungkanlah, telitilah...
Kita dahulunya adalah Negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun