Oleh: Jass Moekmien
Babullahku terlalu suci untuk dilupakan rakyatnya.
Babullahku terlalu perkasa bagi penjajah rempah-rempah.
Babullahku terlalu rumit untuk dikaji oleh pakar sejarah Indonesia.
Babullahku terlalu menarik untuk disamakan dengan pahlawan kalibata.
Renungkanlah, telitilah...
Buka matamu dan kembali ke tahun 1500-an.
Dia yang terbunuh dengan cara licik akan hidup selamanya dalam pikiran si pembunuh. Dan, akan dikenang sebagai pemenang sejati tanpa perlu bertempur lagi.
Dia yang dikenal sebagi penakluk tujuh puluh dua negeri tak memerlukan medali tanda jasa dan kalungan bunga dari Presiden mana pun.
Babullahku akan marah bila kita merendah seperti padi karena falsafah kita adalah sagu, keras dan berduri.
Babullahku akan marah bila kita hanya duduk, dengar dan diam tanpa berjuang mengembalikan kejayaan negeri ini.
Renungkanlah, telitilah...
Kita dahulunya adalah Negara.