Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kuis Presiden Jokowi dan Ironi Pengetahuan Umum Rakyat

28 Desember 2016   07:00 Diperbarui: 28 Desember 2016   10:10 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke banyak  tempat tidak hanya melakukan kunjungan kerja saja tapi yang ditunggu adalah interaksinya dengan rakyat. Terutama kunjungan ke daerah dengan menyapa rakyat di  pusat perbelanjaan, sentra industri, dan warung makan karena Presiden Jokowi tetap ingin meneruskan tradisinya untuk blusukan.

Dalam kunjungan terakhir ke Manado dalam perayaan Natal Nasional bersama, Presiden Jokowi, memanggil petani dan nelayan ke atas panggung untuk menanyakan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan umum yang diajukan adalah menyebutkan lima sila Pancasila dan nama-nama Propinsi di Indonesia.

Jawaban-jawaban dari peserta yang dipanggil secara acak ini tidak semuanya lancar dan benar. Bahkan dalam kunjungannya ke sebuah pesantren di Magelang, jawaban para santri soal pertanyaan sebutkan tiga menteri kabinet sekarang, tiga nama yang disebut malah salah semua. Jawaban tiga Menteri Presiden Jokowi disebutkan Megawati, Ahok dan Prabowo membuktikan sepertinya pengetahuan tentang negara dan pemerintahannya, tidak banyak rakyat yang tahu dan paham. Hal yang mungkin lucu tapi menyedihkan sebenarnya.

Kalau selama ini yang kita tahu bahwa Rakyat Amerika Serikat atau negara maju tidak tahu dimana Indonesia berada,  maka sekarang kita bisa bercermin, banyak rakyat Indonesia tidak tahu banyak tentang negeri sendiri. Sebuah ironi yang harus dibenahi.

Pengalaman mengajar di sebuah SMP di Jakarta Barat ternyata banyak murid  tidak banyak yang tahu , paham dan mau tahu apa dan bagaimana Indonesia bahkan Jakarta. Ditanya sebutkan salah satu kecamatan di Jakarta Barat, murid yang hobi main game ini malah menjawab Kecamatan Tanjung Priok. Waduh? Padahal Tanjung Priok ada di Jakarta Utara.

Apa yang salah dengan pendidikan Indonesia? Apakah pengetahuan umum bukan hal yang penting, artinya kalau ini dianggap penting dan buat prasyarat saja, baru dipelajari? Padahal tanpa pengetahuan umum tentang negeri tempat tumpah darah ini,bagaimana kita bisa mempromosikan negeri ini kepada wisatawan manca negara sebagai tempat melancong yang indah laksana zamrud khatulistiwa?   


A people without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots (Marcus Garvey). Masyarakat tanpa pengetahuan sejarah asal usul dan budayanya seperti pohon tanpa akar. Inilah gambaran masyarakat tanpa pengetahuan negerinya akan kehilangan karakternya. Betapa banyak manuscript negeri ini ingin dimiliki negeri lain, untuk membuktikan bahwa mereka punya peradaban lama yang membanggakan. Contoh negeri jiran yang mengincar manuskrip kuno Melayu, yang sebenarnya asli milik negeri ini.

Disadari bahwa ketidakacuhan bahkan ketidakpedulian masyarakat terutama anak muda pada sejarah bangsanya banyak karena konsumsi waktunya yang sebagian besar dan habis untuk tontonan visual lewat youtube dan game on line yang memang menarik dan mudah membius penggemarnya untuk menjadi ketagihan (addicted). Padahal budaya membaca dan menonton itu sangat berbeda outputnya pada intelegensia kita. Budaya membaca merangsang otak untuk berimajinasi, melatih dan merangsang kreativitas, sedangkan menonton tidak seperti itu, karena sifat tontonan itu instant/ sudah matang / siap saji, dan tidak memerlukan interaksi dengan penontonnya-apa yang kita tonton, ya itulah yang kita konsumsi-duduk manis dan menikmati, tanpa harus berpikir!

Sudah selayaknya pendidikan membaca digalakkan lagi dan bukan hanya untuk syarat kelulusan, dan itu dimulai dari rumah. Orang tua bisa membiasakan budaya membaca dengan berkomunikasi yang berkualitas (quality time), tidak hanya soal yang sifatnya material tapi juga spiritual dan immaterial macam agama dan pengetahuan umum sehari-sehari.

Selanjutnya tradisi ini dilanjutkan para guru di sekolah sebelum memulai pelajaran, para guru memberikan informasi terbaru baik berita dan peristiwa yang lagi ngetrend baik nasional dan internasional. Artinya guru sebagai pelaku fasilitator pendidikan sebaiknya tidak hanya berkutat pada ilmu yang dikuasai saja, tapi pengetahuan umum penunjangnya. Guru juga bukan hanya sekadar absen dan menyelesaikan jam pelajaran dengan target yang asyik buat dirinya, tapi juga asyik buat siswa/siswinya.

Janganlah sampai ada pertanyaan Pak Jokowi sebutkan sepuluh jenis ikan kepada peserta dari para nelayan, tapi nelayan itu hanya bisa menjawab dua yaitu Ikan Kerapu dan Ikan Indosiar! Mungkin nelayan ini sering nonton program Indosiar, jadi dia terbius kalau ikan terbang Indosiar itu ada. LOL!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun