Fajarku datang kala hatiku rapuh.Dijamahnya Retak tak lagi bersatu.Bagaikan kembang tebu yang tertiup angin,
Berserakan tak jelas arahnya.
Seketika Engkau hadir
Bagai kompas penunjuk arah.
Terbingkai Sejuk Senyuman saat itu.
Tanya Hatiku "Apakah saat menciptakan bibirmu, Tuhan membasuhnya dengan embun pagi ?.
Masih Samar pertemuan kala itu,
Belum mengenal apalagi bersua.
Sejenak Aku bertanya "Siapakah gerangan Anak Hawa yang berhati Mulia Nan Rupawan itu ???.
Retak Kembali tersusun Rapih
Meskipun Tak seindah dulu.
Demikian Hatiku saat ini.
Kamu.....
Waktu membuatku Nyaman dengan caramu.
Selalu Kau selipkan canda setiap perbincangan kita.
Kamu....
Perempuan Tangguh yang Ku kenal kal itu.
Masih ingatkah, ditepi lahan kala itu.
Kita duduk dan bercerita
sembari mengisi waktu kosong.
Jarimu menunjuk sebuah padang gersang
Yang berada di sebelah Barat
Hamparan lahan tebu. "Sambil Berbisik Inilah Hidupku".
Sakit Rasanya setelah melihat semua itu.
Ditengah Teriknya Sang Mentari,
Kembali Engkau Melanjutkan aktivitasmu
Tak kenal lelah jemari mungil mu itu.
Haripun berganti.
Semakin ada Rasa Cinta yang diam-diam
Tumbuh kepadamu Wanita Tangguh.
Ini sangat Konyol
Benar-Benar Konyol.