Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Tanaman Jenggot Musa dan Manfaatnya sebagai Perangsang Sekresi Insulin

21 Oktober 2021   22:26 Diperbarui: 22 Oktober 2021   05:08 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tampilan yang terjurai memukau mata, di jual di pinggir jalan oleh pedagang dengan warung berjuluk "Flora Bali". dibagian hujung kota Singaraja Bali.  Pohon ini, dijajakan sebagai penghias rumah , mereka yang memiliki rumah lantai dua atau lebih  sangat pas dipajang  bergelantungan akan tampak   indah dan asri. 

Apalagi  jurai jurai batangnya  kena terpaan sinar matahari pagi , akan membuat rumah semakin anggun dan berwibawa, ada kesan sejuk berada di lingkungannya.  Dia adalah tanaman jenggot Musa, keberadaan sungguh unik sebagai tanaman hias, karena persis  seperti jenggot kakek yang sudah ubanan.

Dengan nama ilmiah Tillandsia usneoides, dideskripsi dengan sangat apik  oleh  ilmuwan  Carl Linnaeus, pada 1762, tumbuh   dengan interaksi komensalisme, yang  menumpang untung, namun yang ditumpangi tak  dirugikan,  dan sesungguhnya di merupakan tanaman  penghubung  apa yang disebut "interactions between two "pools" of water and the external atmosphere.-interaksi antara dua "kolam" air dan atmosfer eksternal.

 Artinya  pada awal siang hari  tubuh tanaman ini cepat kehilangan air, namun pada malam hari sangat mudah mengikat embun. Atas dasar ini dia menghubungkn air dalam dirinya dengan air di atmofer.   

Bentuk tanaman, yang dijuluki  janggut dewa ini memang seperti janggut atau benang kusut yang menjuntai ke bawah. Panjangnya bisa mencapai 6 meter. Di negara Inggris, tempat pertama orang menemukan tanaman ini, janggut dewa disebut spanish mass, yang artinya lumut spanyol. Meskipun begitu, janggut dewa tidak termasuk keluarga lumut.Ia termasuk keluarga bromelia. Jadi tanaman ini masih bersaudara  dekat dengan nenas.

Bagi mereka yang menempatkan keindahan alam dengan rasa kagum memuncak , tanaman jenggot musa ini dapat menjadi pilihan yang menarik. Dia termasuk jenis tanaman yang memiliki sifat epifit, artinya tergantung pada induk semang pohon tinggi, namun lembab, dia biasa ditemui di hutan hujan tropis dan sub trofis.

DIGUNAKAN UNTUK PENGOBATAN 

Genus Tillandsia digunakan pada zaman kuno sebagai serat dalam tembikar. Saat ini terutama digunakan sebagai hiasan dan sebagai obat-obatan  di Amerika Latin. Juga, sebagai bagian ritual di beberapa komunitas, Genus Tillandsia memiliki kepentingan ekonomi di pasar negara berkembang juga,  yang digunakan dbahan kosmetik.

Terdapat 40 senyawa dalam 24 Spesies Tillandsia telah ditemukan  seperti cycloartane triterpen dan hydroxyflavones sebagai metabolit mayoritarian.  

Beberapa senyawa  yang  terkandung padanya,  memiliki   aktivitas biologis: HMG sebagai  agen hipoglikemik, polifenol sebagai antivirus dan sifat antioksidan, antara lain soyasaponin I dan Cycloartane3,24,25-triol, sebagai agen antikanker. 

Beberapa senyawa dan ekstrak telah dikaitkan dengan aktivitas biologis yang menjanjikan bagi pengobatan  penyakit yang berbeda, seperti metabolik sindrom, kanker, AIDS, mikosis, dan lainnya penyakit menular.

Namun, hanya sekitar 10% dari Spesies Tillandsia telah dieksplorasi, yang membuat masa depan penelitian untuk genre ini sangat menjanjikan. Genus Tillandsia  berkaitan dengan budaya, ekonomi dan farmakologis, sehingga  berpotensi   bagi kehidupan   masyarakat modern  yang sarat dengan kesibukan dan lingkungan alam yang semakin merosot..

Penggunaan  sebagai obat dari jenggot musa ini   ada dalam  budaya masarakat tertentu. Penggunaan itu, menjadi rujukan untuk diteliti lebih jauh dengan beberapa model eksperimental seperti , in vitro (mikrobisida, antivirus dan sitotoksik) dan in vivo (hipoglikemik, antikanker, dan anti-inflamasi), namun penelitian klinis masih belum banyak dilakukan.

Data etnobotani dan farmakologis  berbagai  spesies Tillandsia yang berbeda telah dilakukan. Glikosida tipe flavonol misalnya sebagai agen mikrobisida dari T. usneoides menunjukkan efek estrogenik dimana mampu  menginduksi estrus pada tikus jantan. Ini disebabkan adanya senyawa  quercetin dan flavonol terhidroksilasi, menunjukkan  efek hipoglikemik T. usneoides dalam tikus, flavonoid poli-hidroksilasi yang diisolasi.

MERANGSANG SEKRESI INSULIN

Jenggot musa adalah salah satu tanaman target  dalam mengobati diabetes militus, penderita  memiliki kadar gula tinggi dalam darah (hiperglikemia). Hal ini didasarkan bahwa hiperglikemia bertanggung jawab untuk memicu jalur sinyal yang mengakibatkan perkembangan komplikasi akhir diabetes; Oleh karena itu, pengobatan harus ditargetkan untuk mengoreksi dan/atau menjaga glukosa yang bersirkulasi pada tingkat yang rendah.

Meskipun ketersediaan obat untuk pengobatan dan pengendalian diabetes bervariasi, 80% penduduk dunia juga menggunakan tanaman sebagai obat yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dianggap yang pertama pengobatan alternatif untuk beberapa patologi di negara-negara terbelakang dan berkembang. 

Obat herbal tradisional dapat digunakan sebagai tambahan atau sebagai obat farmakologis alternatif untuk alasan yang berbeda termasuk ketersediaan, biaya rendah, dan peningkatan efek samping obat-obatan modern. Tanaman obat dikenal sebagai pengobatan beberapa penyakit, antara lain gangguan hati, radang, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain. 

Ada lebih dari 400 tanaman yang diusulkan untuk pengobatan diabetes mellitus di seluruh dunia; namun, meskipun WHO, menekankan pentingnya membangun basis ilmiah yang menopang keamanan, efektivitas, dan kualitas tanaman obat, hanya beberapa yang telah menerima evaluasi ilmiah dan medis. Dalam kaitan inilah jenggot musa menarik diungkapan

Jenggot musa, atau Tillandsia usneoides (Bromeliaceous), dikenal di Meksiko sebagai "heno," adalah tanaman epifit yang biasa digunakan di Meksiko dan Louisiana Utara (AS) untuk diabetes mellitus, gangguan pencernaan, gastritis, dan epilepsi, antara lain. 

Dalam penelitian sebelumnya, ditunjukkan bahwa ekstrak air dan alkohol dari T. usneoides menghasilkan hipoglikemia yang signifikan 24 jam setelah pemberiannya. Selanjutnya, diamati bahwa ekstrak air menghambat perkembangan diabetes pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan.

Namun masih belum diketahui apakah Tillandsia usneoides dapat merangsang sekresi insulin. Sebuah pertanyaan dasar yang penting diketahui,  maka dilakukan penelitian yang  bertujuan untuk mengetahui efek hipoglikemik T . usneoides pada tikus dan sekresi insulin dalam sel RINm5F.

Dalam studi kandungan   senyawa bioaktif , maka  asam 3-hidroksi-3-metilglutarat disarankan sebagai senyawa yang bertanggung jawab atas efek ini. Namun, belum diketahui apakah efek hipoglikemik ini berimplikasi pada sekresi insulin?  Penelitian untuk menjawab permasalahan itu pun  dilakukan, injeksi dengan ekstrak air dari tanaman jenggot musa  terhadap  mencit normal  dan mencit  yang menderita diabetes, serta mengevaluasi peran  insulin menggunakan sel RINm5F.

Ternyata ekstrak  T usneoides menurunkan glukosa pada tikus sehat dan diabetes, serta merangsang sekresi insulin, dan melindungi sel RINm5F dari apoptosis yang diinduksi streptozotocin.

Bioindikator Pencemaran udara 

Kerjasama yang apik,tanaman itu mengajarkan kepada kita bahwa interaksi yang ingin ditonjolkan adalah, kerjasama harmoni untuk hidup saling menguntungkan. 

kini para ilmuwan sedang meneliti , sebab   tubuhnya yang tak bersentuhan tanah , dan murni mengisap sari makanan dari udara itu, ternyata dapat digunakan sebagai bio indikator pencemaran udara.  Perlu anda tahu bahwa tanaman ini telah difungsikan sebagai tanaman yang dapat membuka tabir  baru, bahwa  polusi udara karena bahan bakar fosil, tanaman ini menjadi pilihan yang sangat tepat.

Contoh, seperti yang dilaporkan oleh   Santos  dkk (2018) , bahwa sejak awal operasinya, kompleks industri baja besar di Distrik Industri Santa Cruz, Rio de Janeiro, Brasil  dengan kapasitas tahunan 5 juta ton, telah menjadi pusat kontroversi terkait emisi ke  atmosfer  Karena filter udara yang digunakan untuk jaringan pemantauan partikulat udara rutin tidak sesuai untuk studi pembagian sumber, biomonitoring diuji sebagai cara alternatif untuk melakukan evaluasi ini.

 Dengan demikian, spesies bromeliad Tillandsia usneoides digunakan sebagai bioindikator di Distrik Industri Santa Cruz, Rio de Janeiro, Brasil. Enam sampling dilakukan selama kurang lebih satu tahun. Hasil penelitian itu  menunjukkan bahwa titik pengambilan sampel yang terletak di dalam kompleks industri memberikan nilai konsentrasi unsur yang lebih tinggi untuk semua sampel. Di antara elemen terukur yang ditemukan dalam sampel biomonitor, tanaman jenggot musa itu,  besi tampaknya menjadi elemen yang paling mewakili emisi dari kompleks baja, yang dikuatkan berdasarkan analisis sampel pada tanaman  yang dikumpulkan di dalam area kompleks.

Penelitian lain juga dilakukan terhadap efektivitas tanaman jenggot musa ini,yakni  di pilih sepuluh titik dimana  wilayah itu di Sanpaula Barazil memang diketahui dari alat ukur bawa udara itu tercemar, 7 titik diwilayah yang memiliki tingkat polusi yang tinggi dan 3 lainnya di titik wilayah dengan pencemaran sedang. 

Sedangkan sebagai kontrol dipilih salah satu tempat terpencil yang masih alami  yaitu  daerah yang tidak tercemar dipilih untuk mengumpulkan Tillandsia usneoides adalah sebuah peternakan kecil di Mogi das Cruzes, terletak sekitar 70 km dari So Paulo, dengan industri rendah dan pengaruh lalu lintas, membuatnya memadai untuk transplantasi eksperimen. Lokasi kontrol adalah rumah vegetasi dengan udara yang disaring dan suhu dan kelembaban yang terkontrol di Institut Botani So Paulo.

Lalu hasilnya menunjukkan bahwa  Bromeliad epifit Tillandsia usneoides  telah digunakan sebagai biomonitor pencemaran atmosfer logam di kota So Paulo, Brasil. Dengan bukti penelitian  bahwa sampel dikumpulkan dari daerah yang tidak tercemar dan terpapar selama 8 minggu di 10 lokasi kota dan di lokasi kontrol. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa situs kontrol menyajikan konsentrasi yang lebih rendah untuk sebagian besar elemen yang dianalisis dan konsentrasi tertinggi Na, Cl, Br, K. Konsentrasi tertinggi

Kandungan Zn, Cu dan V diamati di stasiun yang dikirim ke sumber industri dan kendaraan. Hasil yang diperoleh untuk unsur tanah jarang, Al, Fe, Mg,

Mn, Rb dan Sc menunjukkan asal debu mineral. Elemen Ba, As dan Sb menunjukkan nilai yang lebih tinggi di stasiun dekat jalan dengan lalu lintas padat.

Pertanyaan kita adalah, mengapa tanaman jenggot Musa ini dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran Udara?

Beberapa alasannya adalah sebagai berikut : Pertama, Tumbuhan jenggot musa ini termasuk kelompok  epifit  yang tidak kontak dengan tanah, artinya kebutuhan hidupnya full dari udara.  Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang hidup sebagai penumpang pada pohon lain. Tentu dia tidak merugikan induk semang nya.

Oleh karena jenggot musa itu full mengambil logistik dari atmosfer, maka jaringannya  hampir keseluruhannya mencerminkan kontaminasi atmosfer. Maka dari itu, dia merupakan biomonitor akumulator yang sangat baik

Kedua, Tanaman seperti jenggot tua berjurai seperti jenggot  ubanan ternyata juga dapat menapis logam-logam berat yang ada diatmosfer karena polusi udara akibat bahan bakar. 

Artinya jaringan yang dimiliki dapat  menyerap dengan mudah polutan udara yang mengandung logam berat.  Mengapa bisa menyerap Hg mercuri yang beracun, it?, ternyata Hg atmosfer bersirkulasi secara dinamis di permukaan dan struktur internal daun T. usneoides. Hemiselulosa adalah komponen pengikat Hg utama dari dinding sel. Gugus fungsi -OH dan COO- memainkan peran penting dalam proses akumulasi Hg.

Selain itu,  Hg yang ada di atmosfer adalah logam berat yang sangat beracun dengan sifat bioakumulatif. Namun, relatif sedikit penelitian yang berfokus pada distribusi Hg dalam struktur seluler dan subseluler tanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi akumulasinya. Untuk mengetahui kemampuan  jenggot musa menyerap logam Hg  untuk menganalisis konsentrasi Hg dalam sel yang berbeda (trikoma daun, sel epidermis, sel mesofil, dan sel bundel vaskular), struktur subseluler yang berbeda (dinding sel, membran sel, vakuola, dan organel) dan komponen dinding sel yang berbeda (pektin, hemiselulosa 1, dan hemiselulosa 2).

Setelah percobaan dilakukan  konsentrasi  Hg, peneilitiannya menunjukkan bahwa Hg  hadir dalam berbagai jenis sel, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan, Hg di atmosfer bersirkulasi secara dinamis di permukaan dan sel struktural internal daun T. usneoides.

Analisis subseluler menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi Hg,terlihat bahwa  lebih banyak Hg terakumulasi di vakuola dan dinding sel melalui mekanisme kompartementalisasi. Hemiselulosa memiliki kandungan Hg tertinggi, menunjukkan bahwa bahwa hemiselulosa merupakan  komponen  utama pengikat Hg pada  dinding sel.

Hasil analisis FTIR  juga menunjukkan bahwa setelah perlakuan Hg, puncak serapan -OH dan COO- dinding sel berubah paling signifikan, menunjukkan bahwa gugus fungsi tersebut berperan penting dalam proses akumulasi Hg.

Dari analisis itu menunjukkan bahwa tanaman jenggot Musa itu, perlu disebarkan di kota besar  yang memiliki  udara  dengan tingkat pencemaran yang tinggi, selain   sebagai bioindikator  yang menyaring  polutan, jenggot musa   juga memberikan ke indahan. Moga bermanfaat*******

Daftar Rujukan

  • Estrella-Parra, E., Flores-Cruz, M., Blancas-Flores, G., Koch, S. D., & Alarcn-Aguilar, F. J. (2019). The Tillandsia genus: history, uses, chemistry, and biological activity. Boletn Latinoamericano y del Caribe de Plantas Medicinales y Aromticas, 18(3).
  • Santos, L. B. D., Almeida, A. C., & Godoy, J. M. (2018). Alternative source apportionment in the surrounding region of a large steel industry applying Tillandsia usneoides as biomonitor. Qumica Nova, 41, 55-60.
  • Espejel-Nava, J. A., Alarcon-Aguilar, F., del Carmen Escobar-Villanueva, M., Contreras-Ramos, A., Cruz, M., Vega-Avila, E., & Ortega-Camarillo, C. (2020). Tillandsia usneoides protects RINm5F cells from streptozotocin-induced apoptosis and stimulates insulin secretion. Pharmacognosy Magazine, 16(69), 369.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun