Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melayanilah dengan Tulus, Rasa Empati Akan Mekar dalam Hati

23 September 2020   15:36 Diperbarui: 23 September 2020   15:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di terminal itu ditemukan nilai bahwa membantu orang lain, berhimbas  pada alam semesta berkerja dan mengarahkan  kekuatannya membantu diri anda . Ketika kita  tersentuh, maka dalilnya  berlaku, "Ketika kamu berada dalam posisi untuk membantu seseorang, berbahagialah! karena Tuhan menjawab doa orang tersebut melalui dirimu." Di posisi itu pemuja Tuhan dengan  umatnya, seperti daya tarik magnet. Bila magnet tidak menarik jarum, kesalahannya terletak pada kotoran yang menyelubungi jarum itu. Bila Tuhan tidak mendekati manusia, kesalahannya terletak di hati  manusia itu sendiri, hatinya tidak cukup murni

Untuk dapat melakukan empati, guru pengalaman saya berbicara antara lain, Pertama, belajarlah pada hal-hal kecil di lingkungan sekitar kita. Tentu banyak contoh dimulai dari tingkat keluarga, tetangga, dilingkungan kerja. Sebab empati, hanya membutuhkan hati yang bening, ikut merasakan apa yang orang lain rasakan.

Kedua, reduksilah  sikap tinggi hati. Tinggi hati adalah semacam ulat  dalam buah yang matang. Ulat itu  lama-lama akan membusukkan semua buah itu. Pperasaan gengsi yang besar bisa menutupi rasa empati seorang. Memandang bahwa orang lain lebih rendah dari dirinya adalah pikiran negatif yang harus diberantas. Tentu saja hal tersebut cermin dari sifat sombong yang buruk.

Oleh karena itu, murnikan hati anda dengan berbaik hati dan ramah tamah kepada semuanya. Jangan mencoba mencari kesalahan orang-orang lain. Pandanglah semuanya dengan kasih, dengan hormat, dengan mempercayai ketulusan hati mereka. Itulah nilai yang bisa diekstrak dari kegiatan di Panti Asuhan itu.

Disana juga ada pesan menarik, belajarlah untuk menjadi supel di lingkungan manapun. Bersikaplah seolah-olah tidak ada jarak antara diri kita dan orang lain. Karena rasa empati muncul dari rasa saling menghargai antar individu, dihadapan Tuhan kita semuanya sama.

Ketiga, empati juga bisa muncul jika kita paham apa yang orang lain rasakan. Di era globalisasi saat ini, kadang orang sering tidak peduli dengan orang lain karena memiliki kesibukannya masing-masing. Kunci empati adalah bagaimana memahami orang lain dengan membayangkan apa yang orang lain rasakan. Dengan begitu kita akan sadar bahwa bersyukur itu adalah hal penting dalam hidup

Keempat, Perbedaan yang ada pada setiap individu tidak dipungkiri kadang memiliki dua sisi. Satu sisi kita bisa menerima perbedaan dan di satu sisi lagi kita tidak ingin adanya perbedaan. Kenyataan di masyarakat memang seperti itu adanya. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dalam hidup.

Menumbuhkan rasa empati tentu saja kita harus mempraktikkan sisi pertama yaitu menerima perbedaan. Tanamkan di pikiran kita  bahwa perbedaan hadir sebagai anugerah dan tantangan yang membuat manusia belajar dan terus memperbaiki diri. Tidak masalah orang tidak memperhatikan kebaikan yang kita lakukan, kasih sayang atau perhatian yang  kita  berikan. Yang terpenting adalah bahwa Tuhan memperhatikannya. Jangan pernah lupakan itu.

Kelima, bertemanlah dengan siapa saja, Langkah terakhir meningkatkan empati adalah bertemanlah dengan siapa saja. Sebab, "Satu-satunya cara di dunia untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan berbicara tentang apa yang mereka inginkan dan menunjukkan kepada mereka bagaimana mendapatkannya."

Empati yang tinggi akan muncul dengan semakin banyaknya kita  berinteraksi dengan orang lain. Kita  akan lebih mudah mengidentifikasi perasaan orang lain melalui banyaknya interaksi tersebut. Sebab kabar baikkan adalah, "Jika ada satu rahasia kesuksesan, itu terletak pada kemampuan untuk mendapatkan sudut pandang orang lain dan melihat hal-hal dari sudut orang itu serta dari sudut pandang Anda sendiri.

Berteman dengan siapa saja bukan berarti kita  harus mengikuti kelakuannya atau kebiasaan orang lain. Ini lebih ke arah mencari pola interaksi yang menimbulkan empati yang akan semakin terlatih jika kita tidak menutup diri.  Moga bermanfaat*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun