Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melayanilah dengan Tulus, Rasa Empati Akan Mekar dalam Hati

23 September 2020   15:36 Diperbarui: 23 September 2020   15:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengobatan dengan disertai sikap empati menghasilkan dampak yang lebih baik dari pada tanpa empati. Begitulah temuan Robert Elliot yang ditulis dengan jernih dalam Psychotherapy (2011). Kedalaman makna hidup manusia ditentukan oleh kemampuan mereka untuk peduli kepada sesama, seperti kristal embun di pucuk dedaunan kehidupan.

Masalahnya adalah, bagaimanakah mengajarkan empati pada mahasiswa, anak-anak, atau pembelajar yang kita didik? Sebuah tantangan yang tidak mudah, sebab membelajarkan empati pada diri anak-anak bukan hanya menuturkannya dengan tumpahan kata-kata,tapi harus dengan sebuah tindakan nyata, yang kerap sulit diwujudkan di era yang serba cepat, dimana anak-anak banyak menemukan 'ketidak jujuran dan kepongahan dalam kehidupan mereka"

Lalu, dalam melatih etika berinteraksi dengan orang lain, Saya menugaskan mahasiswa ke salah satu Panti asuhan, terserahlah mau dimana, yang penting, mereka membawa laporan kegiatan.

Mahasiswa itu membuat acara menarik, dan menyentuh hati saya, dengan membuat acara sederhana 'merayakan Ultah' salah satu anak panti' dalam perayaan itu mereka membuat tumpeng, serta ada hadiah dari mahasiswa lain, tentu bingkisannya gaya mahasiswa, unik , pasti murah, dan berarti.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Perayaan berangsur meriah ala mahasiswa , lalu anak yang dirayakan itu tampil, saat pemotongan tumpeng, dan menyerahkannya , kepada mahasiswa yang merayakannya, lalu memeluknya dengan menangis, " Kakak, saya bahagia walaupun saya tidak memiliki ayah dan ibu, kakak sudah baik hati, kakak telah memperhatikan hari kelahiran saya, saya bahagia, saya akan berusaha supaya bisa membalas budi baik kakak.

Mahasiswa saya menangis , dan yang lain juga tak terasa menitikkan air mata, terharu.

Anak itu berkata lagi, Saya bangun pagi, untuk menunggu jemputan agar bisa sekolah dari panti ini. Kami tahu hidup ini harus disiplin dan berjuang agar  bisa mengubah nasib saya, katanya lugu, begitu mahasiswa menirukannya,ketika dia mempresentasikan kegiatan itu dihadapan saya.

Saya bersyukur  menyaksikan mahasiswa saya tersentuh atas perbuatan itu, dia sangat terharu dan mengalami ternsformasi jiwa, dan  menemukan hal-hal menarik dan patut dicontoh dalam hal tekad pada anak-anak panti asuhan. Mahasiswa saya,  hatinya terbuka bahwa di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.

Pesan saya kepada mereka adalah, "Kamu tidak butuh uang untuk membantu orang lain, kamu hanya butuh hati untuk membantu mereka. Saya pun, ketika dia mempersentasikan apa yang dilakuan, saya tak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Mahasiswa saya menambahkan dia sangat tersentuh, anak-anak itu disiplin, dan memiliki cita-cita yang tinggi, Namun kadang mahasiswa saya, menyesali diri sebagi autokritik  atas  kemalasan dan  kegiatan yang tidak bermanfaat  bagi dirinya.

Kata mahasiswa penus sesal, " saya punya fasilitas,  punya ayah dan ibu lengkap, namun kadang tidak disiplin, sering manja, namun kegiatan seperti itu membuat hatinya tersentuh. Itulah model bagaimana  rasa empati bisa dimulai. Saya melihat bahwa mereka bahagia  dan antusias dengan kegiatan seperti itu. Itulah rasa empati yang bisa ditunjukkan kepada orang lain.

Empati itu adalah, menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan.

Di terminal itu ditemukan nilai bahwa membantu orang lain, berhimbas  pada alam semesta berkerja dan mengarahkan  kekuatannya membantu diri anda . Ketika kita  tersentuh, maka dalilnya  berlaku, "Ketika kamu berada dalam posisi untuk membantu seseorang, berbahagialah! karena Tuhan menjawab doa orang tersebut melalui dirimu." Di posisi itu pemuja Tuhan dengan  umatnya, seperti daya tarik magnet. Bila magnet tidak menarik jarum, kesalahannya terletak pada kotoran yang menyelubungi jarum itu. Bila Tuhan tidak mendekati manusia, kesalahannya terletak di hati  manusia itu sendiri, hatinya tidak cukup murni

Untuk dapat melakukan empati, guru pengalaman saya berbicara antara lain, Pertama, belajarlah pada hal-hal kecil di lingkungan sekitar kita. Tentu banyak contoh dimulai dari tingkat keluarga, tetangga, dilingkungan kerja. Sebab empati, hanya membutuhkan hati yang bening, ikut merasakan apa yang orang lain rasakan.

Kedua, reduksilah  sikap tinggi hati. Tinggi hati adalah semacam ulat  dalam buah yang matang. Ulat itu  lama-lama akan membusukkan semua buah itu. Pperasaan gengsi yang besar bisa menutupi rasa empati seorang. Memandang bahwa orang lain lebih rendah dari dirinya adalah pikiran negatif yang harus diberantas. Tentu saja hal tersebut cermin dari sifat sombong yang buruk.

Oleh karena itu, murnikan hati anda dengan berbaik hati dan ramah tamah kepada semuanya. Jangan mencoba mencari kesalahan orang-orang lain. Pandanglah semuanya dengan kasih, dengan hormat, dengan mempercayai ketulusan hati mereka. Itulah nilai yang bisa diekstrak dari kegiatan di Panti Asuhan itu.

Disana juga ada pesan menarik, belajarlah untuk menjadi supel di lingkungan manapun. Bersikaplah seolah-olah tidak ada jarak antara diri kita dan orang lain. Karena rasa empati muncul dari rasa saling menghargai antar individu, dihadapan Tuhan kita semuanya sama.

Ketiga, empati juga bisa muncul jika kita paham apa yang orang lain rasakan. Di era globalisasi saat ini, kadang orang sering tidak peduli dengan orang lain karena memiliki kesibukannya masing-masing. Kunci empati adalah bagaimana memahami orang lain dengan membayangkan apa yang orang lain rasakan. Dengan begitu kita akan sadar bahwa bersyukur itu adalah hal penting dalam hidup

Keempat, Perbedaan yang ada pada setiap individu tidak dipungkiri kadang memiliki dua sisi. Satu sisi kita bisa menerima perbedaan dan di satu sisi lagi kita tidak ingin adanya perbedaan. Kenyataan di masyarakat memang seperti itu adanya. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan dalam hidup.

Menumbuhkan rasa empati tentu saja kita harus mempraktikkan sisi pertama yaitu menerima perbedaan. Tanamkan di pikiran kita  bahwa perbedaan hadir sebagai anugerah dan tantangan yang membuat manusia belajar dan terus memperbaiki diri. Tidak masalah orang tidak memperhatikan kebaikan yang kita lakukan, kasih sayang atau perhatian yang  kita  berikan. Yang terpenting adalah bahwa Tuhan memperhatikannya. Jangan pernah lupakan itu.

Kelima, bertemanlah dengan siapa saja, Langkah terakhir meningkatkan empati adalah bertemanlah dengan siapa saja. Sebab, "Satu-satunya cara di dunia untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan berbicara tentang apa yang mereka inginkan dan menunjukkan kepada mereka bagaimana mendapatkannya."

Empati yang tinggi akan muncul dengan semakin banyaknya kita  berinteraksi dengan orang lain. Kita  akan lebih mudah mengidentifikasi perasaan orang lain melalui banyaknya interaksi tersebut. Sebab kabar baikkan adalah, "Jika ada satu rahasia kesuksesan, itu terletak pada kemampuan untuk mendapatkan sudut pandang orang lain dan melihat hal-hal dari sudut orang itu serta dari sudut pandang Anda sendiri.

Berteman dengan siapa saja bukan berarti kita  harus mengikuti kelakuannya atau kebiasaan orang lain. Ini lebih ke arah mencari pola interaksi yang menimbulkan empati yang akan semakin terlatih jika kita tidak menutup diri.  Moga bermanfaat*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun