Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menanam Pepaya untuk Memenuhi Gizi Keluarga

22 Mei 2020   16:31 Diperbarui: 22 Mei 2020   20:10 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pertunjukkan kisah itu, Calonarang  dalam wujudnya berupa Rangda penantangnya keluar rumahnya disana ada pohon pisang saba, dan pohon gedang, sang penantang memporakporandakan dan memotong pohon Biu /pisang Saba dan pohon Gedang itu, sehingga Sang Calonarang marah  besar dan keluar, disinilah terjadi perkelahian itu, yang di Bali ditunjukkan dalam calonarang( Rangda) dan tari barongnya. Tarian ini memang menjadi suguhan wisata yang sangat terkenal.

Pohon gedang ini menurut yang punya cerita, akan mempercepat meninggikan ilmu. Itu sebabnya, entah benar entah tidak asal  ada pohon pepaya di pekarangan rumah tumbuh, sudah wanti-wanti, dibilangin hati-hati nanti bisa berubah menjadi gedang renteng. Kita menanam pepaya biasa bisa berubah, ilmu biologinya menyebut  mengalami mutasi (punah) menjadi gedang renteng. Oleh karena itu, gebyah uyah, maka asal ada pepaya di pekarangan rumah pasti dihilangkan atau dipindahkan di tempat lain.

Kini, seiring dengan berkembangnya zaman, kemajuan  ilmu dan teknologi, telah mengalami perubahan, khususnya di Bali utara, yang lebih egaliter, kepercayaan itu sudah mulai berkurang, karena ada pemaknaan baru bahwa pohon pepaya itu merupakan simbol kegelapan atau kebodohan , sehingga perlu dipotong (dalam kisah calonarang) mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu memotong kegelapan atau menghancurkan kebodohan yang disimbulkan gedang renteng. Akibatnya kini, tanaman pepaya banyak menghiasi pekarangan rumah warga, termasuk pekarangan rumah saya.

SELAYANG PANDANG POHON PEPAYA.

Pepaya (Carica papayaL.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah. Pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman pepaya oleh para pedagang Spanyol disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Negara penghasil pepaya antara lain Costa Rica, Republik Dominika, Puerto Riko, Brazil, India, Indonesia merupakan penghasil pepaya yang cukup besar.

Lebih jauh dlaporkan oleh Haryoto (1998)  bahwa tanaman papaya (Carica papaya L.) baru dikenal secara umum sekitar tahun 1930 di Indonesia, khususnya dikawasan Pulau Jawa. Tanaman pepaya ini sangat mudah tumbuh di berbagai cuaca.

Tanaman pepaya merupakan tanaman  menahun, dan termasuk semak yang berbentuk pohon. Batang, daun, bahkan buah pepaya bergetah, tumbuh tegak, dan tingginya dapat mencapai2,5-10 m. Batang pepaya tak berkayu, bulat, berongga, dan tangkai di bagian atas terkadang dapat bercabang Pepaya dapat hidup pada ketinggian tempat 1 m-1.000 m dari permukaan laut dan pada kisaran suhu 22C-26C. Karena  batangnya berongga ini maka di desa saya banyak digunakan sebagai sarang tawon lebah. Batang yang berongga yang sudah kering tentunya.

Pepaya, yang di Bali dan dalam bhasa Sunda Jawa Barat  disebut gedang  adalah buah yang populer.  Pepaya tergolong buah populer yang digemari masyarakat, dan mendunia, pepaya merupakan buah yang disajikan di hotel berkelas, menemani buah melon, dan semangka dan nenas menemani  sebagai pencuci mulut.

Perlu diketahui, bahwa produksi terbesarnya terjadi di daerah tropis dan subtropis. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan bahwa  lebih dari  6,8 juta ton buah di produksi di dunia setiap tahunnya,  dengan luas areal tanam berkisar  440 ribu ha. Amerika  tengah dan selatan, terutama Brasil, memproduksi  47% kebutuhan dunia, setiap tahunnya Pepaya dikonsumsi baik dalam bentuk alaminya , maupun telah  diproses dalam bentuk selai, permen dan bubur dagingnya. Selain itu  bagian lain dari tanaman (daun dan biji) ditambahkan ke beberapa produk dalam bentuk teh dan tepung.

Di Indonesia, total produksi nasional pepaya menduduki peringkat kedua setelah pisang dengan luas panen nasional rata-rata mencapai 8.000-10.000 ha/tahun. Posisi ini bisa terjadi karena harga pepaya relatif stabil dan sangat terjangkau oleh masyarakat, kandungan nutrisi lengkap, serta manfaat dan khasiatnya sangat baik bagi kesehatan.

 Saat ini, kontribusi pepaya terhadap pasokan buah nasional baru mencapai 4 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018) Tingkat konsumsi pepaya di Provinsi Bali tergolong tinggi. Menurut Sutarno, pebisnis sekaligus pembuat bibit pepaya ini, kebutuhan per hari mencapai lebih dari 50 ton, namun dari kondisi tesebut baru terpenuhi sebesar 50 ton per hari dan itu pun dominan dipasok dari perdagangan antarpulau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun