Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dewi Sita, Keunggulan Seorang Anak Muncul karena Disiplin

2 April 2020   01:41 Diperbarui: 2 April 2020   02:22 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ombak dari  gelombang samudra,  tak pernah berhenti  untuk  menyentuh bibir pantai. Ada semacam kesetiaan dan kedisiplinan beradu dalam riak gelombang itu, yang mengajarkan pada manusia bahwa 'disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses. Terjadinya sentuhan bibir pantai dengan buih-buih putihnya, walaupun  sekejap, namun itu semua membuat pantai jadi indah.

Mendidik seorang anak manusia, memang jauh lebih mudah dari mendidik  anak dari kelas  mamalia yang lain, sebab dia memiliki ruang kecerdasan otak yang tak ada batasnya. Maka, hanya dengan menggabungkan kecerdasan berpikir dengan disiplin emosional, sang anak akan mendapatkan perilaku yang rasional."

Dibingkai itu benar tesis Maria Montessori,tokoh Pendidikan Berkebangsaan Italia, " Kita mengajarkan disiplin untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan, bukan agar anak-anak menjadi loyo, pasif, atau penurut. Artinya sang anak memiliki  kreativitas yang tinggi dalam beragam dimensi kehidupan. 

Aspek itulah yang diajarkan oleh Dewi Sita, pada anaknya Kusa dan Lawa,  yang dikenal karena mampu menyanyikan kisah yang berjuluk  Ramacandra" yang amat terkenal hingga kini.Disana dikhabarkan bahwa 'keunggulan seorang anak muncul karena dilatih memiliki disiplin.

Dewi Sita yang hidup di pesraman Rsi Walmiki, mendapat petuah luhur tentang 'model mendidik anak agar mampu menghasilkan suputra yang memiliki disiplin diri yang tinggi sehingga mampu mengharumkan nama keluarga,  Ibu dan gurunya. 

Titik kritisnya  adalah dialog antara Dewi Sita  dengan  Rsi Walmiki menjadi menarik diulas dalam ruang ini.

*****.

Hari itu, ketika matahari dari timur terbit dengan cerah Dewi Sita, berdoa pagi, dan memohonkan anaknya agar kelak menjadi suputra, doa yang terkirim dengan vibrasi hening itu masuk kedalam relung alam semesta, Oh....  Tuhan  yang memberi kehidupan kepada alam dan menegakkannya, yang mengatur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, semoga memberikan karunianya kepada kami keturunan dan ketentraman hidup dan kemampuan untuk menghindari kekuatan jahat. Hyang Widhi, berkatilah kami dengan kebahagian, usia panjang, kepandaian, kesenangan, jalan Dharma, dan keturunan. Semoga terkabul Oh, Tuhan yang Maha Kasih .

Doa Dewi Sita itu, selalu diterima oleh Hyang Maha Kasih, sebab Dewi  Sita sosok yang selalu menjaga kesucian. Dewi Sita  diyakini  merupakan  inkarnasi dari  Dewi Laksmi, dewi keberuntungan, sakti Dewa Wisnu.

Dewi Sita yakin bahwa doanya selalu didengar oleh Tuhan karena kemurnian hatinya,  sebab sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara diri manusia  dan Tuhan ialah segala kejahatannya  dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap manusia, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosanya."dititik itu, Dewi Sita percaya bahwa, dosa membuat suatu keterpisahan antara kita dengan Tuhan yang maha kasih,  Akui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, dan tinggalkan hidup yang lama.

Dewi  Sita  dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh  (ayahnya) Raja Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Dewi Sita dididik lembut penuh kasih sayang,

Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Tradisi pencarian jodoh yang memperhitungkan kemahiran dan kompetnsi, dan bisa jadi juga kesaktian, disamping memiliki harta kebajikan.

Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sita pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.

Namun tragedi terjadi, Prabu  Dasarata yang terikat sumpah  dengan Dewi kekayi, terpaksa menuruti permintaan istri keduanya itu , untuk mengangkat Bharata. Sebagai putra yang berbakti, Rama pun menjalani keputusan itu dengan ikhlas. Sita yang setia mengikuti perjalanan Rama, begitu pula adik Rama yang lahir dari ibu Sumitra , yaitu Laksmana. Ketiganya meninggalkan istana Ayodhya untuk memulai hidup di dalam hutan selama 14 tahun.

Sayangnya dihutan, Dewi Sita diculik oleh Rahwana, Sita pun ditawan di dalam sebuah taman yang sangat indah, bernama Taman Asoka. Di sekelilingnya ditempatkan para raksasi yang bermuka buruk dan bersifat jahat namun dungu. Selama ditawan di istana Alengka, Sita selalu berdoa dan berharap Rama datang menolongnya.

Rama datang dengan pasukan Keranya, dan berhasil membawa Sita kembali ke Ayodya. Setelah pulang ke Ayodhya, Rama, Sita, dan Laksmana disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rama sebagai raja. Dalam pemerintahan Rama terdengar desas-desus di kalangan rakyat jelata yang meragukan kesucian Sita di dalam istana Rahwana.

Lalu, Rama merasa tertekan mendengar suara sumbang tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk membuang Sita yang sedang mengandung ke dalam hutan. Dalam pembuangannya itu, Sita ditolong seorang rsi bernama Walmiki dan diberi tempat tinggal. Beberapa waktu kemudian, Sita melahirkan sepasang anak kembar diberi nama Kusa dan Lawa.  Keduanya dibesarkan dalam asrama Rsi Walmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Ramacandra, kisah sang Ayah.

Dewi Sita  adalah contoh perjalanan hidup manusia yang penuh gelombang,suka, duka, lara dan pati (mati).

Dalam mendidik Kusa dan Lawa, si kembar group ini, kemudian Rsi Walmiki , membabarkan nilai karakter   disiplin  kepada  Dewi Sita yang kemudian diteruskan pada anaknya.

 Rsi Walmiki berkata: Anakku Dewi Sita, "Untuk menikmati kesehatan yang baik, untuk memberikan kebahagian yang nyata di dalam keluarga, untuk membawa damai, pertama-tama, seseorang harus disiplin dan mengendalikan pikiran mereka sendiri. Jika seseorang bisa mengendalikan pemikirannya dia bisa menemukan jalan keselamatan. Dan semua kebijaksanaan dan kebaikan akan datang sendirinya kepada mereka. Itulah yang penting, kamu tanamkan pada putra-putramu, sebab mencintai yang sesungguhnya adalah mencintai sesuatu yang indah dalam cara yang baik dan disiplin.

Sang Rsi berkata lagi, melatih disiplin pada anak, akan membuat anakmu menjadi, "Seorang putra sejati. Putra sejati adalah  orang yang menjadi pelindung dari sanak saudaranya, ia hendaknya seperti Indra dewa hujan yang melindungi dan memelihara kelangsungan hidup di bumi, bagaikan pohon-pohon yang menjadi habitat burung-burung; demikianlah ia hendaknya menjadi sumber kehidupan dari orang-orang seisi rumahnya.

Ya... guru, bagaimana kalau mereka tumbuh menjadi kaya dan cerdas, apa yang harus mereka lakukan, Guru?

Anakku, perlu engkau tanamkan sejak kecil, bahwa, jika ada orang kaya yang tidak suka membantu sanak saudaranya, bahkan mereka membiarkan keluarganya hidup terlantar dan miskin; orang kaya yang seperti ini sungguh-sungguh berkeadaan hina di hadapan Tuhan, maka mereka dijauhkan dari rahmat Tuhan.

Anakku perlu engkau engkau tanamkan anakku, bahwa   Mereka yang hormat kepada ayah dan ibunya, berkeadaan sama dengan seorang brahmana/spiritualis yang teguh dengan tapanya, kuat menjaga kesucian dan berada pada jalan kebajikan dan kebenaran. Sebab seorang ibu menanggung kewajiban yang lebih berat dari pada bumi, sedangkan seorang ayah berfikir lebih tinggi dari langit, lebih cepat dari angin, dan lebih banyak dari rumput demi kesejahteraan dan keselamatan anak, istri, dan keluarganya. Menyadari itu, seorang anak hendaknya menghormati dan bakti secara bersungguh-sungguh kepada orang tuanya.

Oleh karena itu, intinya yang perlu engku tekankan, adalah "Barang siapa memiliki bakti yang  tulus kepada orang tuanya dan selalu berusaha untuk menyenangkan serta memuaskan hati mereka, orang tersebut akan terpuji dan menjadi bajik. Yang tergolong ayah adalah: orang yang memberikan tubuh, yang memberikan hidup (ayah biologis), yang memberi makan, dan yang mengasuh.

Ya... Guru, engkau telah memberikan banyak pengetahuan suci padaku,sebagai bekal aku mendidik anakku yang mulai tumbuh dan cerdas, Kata Dewi Sita.

Rsi Walmiki  berkata, "Dewi Sita  , anakku, ajarilah anakmu Kusa dan Lawa, bahwa  ada empat kriteria orang yang patut diajak tinggal didalam rumah nanti,  diantaranya: 1) seorang kerabat yang menderita; 2) orang bajik yang jatuh sengsara; 3) sahabat yang miskin; 4) adik perempuan yang mandul atau disia-siakan suaminya. Itulh yang boleh diterima di rumahnya.

Rsi Walmiki menambahkan, "Aku tekankan  lagi, bahwa  yang tidak patut diajak berdiam didalam rumah adalah: 1) orang yang pemalas; 2) orang yang rakus; 3) orang yang berkepribadian tercela; 4) orang yang licik; 5) orang yang selalu menentang peraturan; 6) orang yang tidak perduli keselamatan orang lain; 7) orang yang tidak tahu kelayakan waktu dan tempat; dan 8) orang yang suka berpakaian tidak senonoh.

Dewi sita terdiam, tampak dia mulai merenungi nasihat Rsi Walmiki,  Apa lagi guru? tanya Dewi Sita.

 Rsi Walmiki   berkata lagi, "Janganlah ragu-ragu untuk mengajak seorang rohaniawan yang suci untuk tinggal dalam rumah anda, seorang guru yang memahami ilmu pengetahuan, siswa yang berbudi luhur, saudara sedarah, kerabat dan sahabat yang berkelakuan baik. Ajarilah anakmu bahwa, "Hilangkanlah kemalasan dan keengganan hati, berusahalah untuk belajar prihal kebajikan dan kebenaran dari kitab suci, kitab hukum, norma dan kesusilaan.

Berlatihlah kebijaksanaan untuk menjadi manusia bajik dan benar. Sebab jika tersesat dari kebijaksanaan, sia-sialah kebajikan dan kebenaran yang telah dilakukan, kelak pahala dari perbuatan yang positif tidak akan mungkin diperoleh. Akan halnya orang yang teguh dalam kebijaksanaan, sempurnalah segala perbuatan bajiknya.

Ajaran-jaran yang aku babarkan ini, haruslah diberikan dengN MENYENANGKAN, yakni,  Petama, Bicarakan peraturan yang akan diterapkan Sebelum membicarakan tentang aturan di rumah mereka. Jelaskan kepadanya aturan di rumah,

Kemudian tanyakan apakah dia keberatan dengan hal itu, serta peraturan atau konsekuensi apa yang tepat menurut anakmu.  Dengarkan pendapatnya dengan cermat. Diskusikan hal ini di tempat yang nyaman sehingga anak merasa rileks

Dewi Sita mengangguk, dia tersenyum, lalu Rsi Walmiki menambahkan, yang kedua,kalau ada anggota lain di rumah, diskusikan juga dengan mereka  mereka, agar mereka paham bahwa peraturan itu diketahui oleh semau anggota keluarga.

Ketiga, tegas aturan yang  diberikan. Ketika anak-anakmu  melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang berlaku, biarkan dia menerima konsekuensinya.

Keempat, jangan pelit memberi  hadiah.  Berikan kejutan kepada anak dalam bentuk hadiah suatu waktu. Hal ini akan membuatnya merasa bahwa yang dia lakukan selama ini tidaklah sia-sia. Tidak perlu mahal, yang penting ia mampu memahami konsep disiplin yang dijalani dengan baik, akan membuahkan hasil yang baik pula.

Pesanku,engkau  sebagai orang tua,haruslah memiliki beberapa sifat, antara lain : Pertama  engkau harus bersikap konsisten.  Sikap konsisten adalah hal terpenting dalam menerapkan disiplin pada anak. Berusahalah untuk konsisten dengan peraturan yang disepakati.  Kedua,  Berusahalah untuk selalu menjadi contoh yang baik untuk anak. Karena anak-anakmu  akan lebih meniru perilaku dibandingkan kata-kata yang engkau sampaikan berikan apresiasi.  Ucapkan kata-kata apresiasi ketika dia berhasil melakukan suatu pekerjaan dengan baik, seperti "Terima kasih" agar anakmu bahagia dan senang.

Dewi Sita, tersenyum bahagia, dan menyadari benar bahwa, "harga keunggulan seorang anak adalah karena disiplin . itu yang melahirkan kemajuan suatu bangsa. Asalkan pikirannya ditata ke araha pelayanan yang tulus dengan penuh disiplin diri . Dengan demikian sang anak  menjadi  sumber daya fundamental bagi masyarakat luas******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun