Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar di Rumah, Menjadi Guru di Hati Murid

26 Maret 2020   07:08 Diperbarui: 10 April 2020   21:39 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktor suasana sekolah bertanggung jawab terhadap sikap murid ke guru. Kedisplina yang merupakan nilai karakter bangsa nampaknya, sering  diabaikan, penanam dispilin memang harus melihat perkembangan 'kognitif siswa' artinya, anak usia dini, sungguh berbeda dengan anak  remaja.

Namun ketika  menanamkan disiplin pada masa remaja, maka Guru tak perlu lebih keras terhadap murid supaya murid menjadi sopan, melainkan guru perlu lebih memotivasi anak untuk berkembang. Bisa  dipakai refferensi  model sekolah alam sebagai contoh bagaimana pendidikan mampu membangkitkan potensi anak.Artinya, kekerasan tidak perlu ditingkatkan dalam metode mengajar. Lebih banyak ke hal-hal yang bersifat motivasi.

Motivasi yang bijak adalah selaras dengan membangkitkan minat siswa. Siswa jenuh dengan metode yang tidak merangsang minatnya. Apapun yang dikatakan dan dicontohkan oleh sang guru kerpa tidak langsung menjadi suatu nilai yang menginternal pada karakter sang murid.

Dibingkai itu, ada saya menggunakan  model  mekanisme, penanaman nilai atau  prinsip pada diri  siswa. Pertama, informasi  masuk  dari  telinga  kanan dan keluar ke telinga kiri, nilai D, tak ada yang melekat,inormasi yang ibicarakan  guru tak mengubah diri anak. Kedua,  informasi masuk telinga kanan, terus kepala lalu ke mulut berbicara , Nilai C,  Disini, sudah ada  peresapan dan pengolahan  lewat kepala. Ketiga, mekanimse   infomasi lewat telinga kanan, lalu ke kepala , terus kehati, dan keluar lewat mulut , nilai B. 

Informasi telah masuk keranah hati, sudah memikirkan perasaan orang lain, dan baru keluar lewat mulut dalam bentuk bicara.  Mekanisme keempat, informasi  masuk ke telinga kanan, terus   ke hati, dilanjutkan ke anggota badan (tangan dan kaki) yang bergerak , lalu baru berbicara. Artinya melakukan dahulu baru bicara, dapat  nilai A. Mekanisme  ini pemuncak ,  informasi, dapat menybabkan transformasi  kognitif , afektif sekaligus psikomotorik, semua  lengkap. Lalu Nilai E-nya dimana, ya jika sang anak tidak masuk, jelas tidak dapat perubahan

Untuk memotivasi agar  siswa memasuki mekanisme ke empat, memang dituntut guru berlaku  bak petani menanam padi, seorang guru tidak ubah seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanaman padinya. Artinya menanam padi juga bisa rumput yang tumbuh, apalagi menanam rumput mengharapkan padi , pasti harapan itu menggantang asap mengukir langit, sia-sia.

Guru harus terus mengasah diri menjadi sosok yang menginspirasi,  sebab dalilnya adalah, "guru biasa memberitahukan. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami demikian tulis  William Arthur Ward,  Penulis dari Amerika Serikat 1921-1994. Wacana  ini, memang layak diresapi oleh para guru, sehingga bisa berusaha  mengisi diri.   

Memang selama ini ada satu dimensi yang sering membuat  guru seakan  terpojok, dan institusi  pencetak guru dianggap biang kerok segala masalah guru. Guru  susah di  up grade lah,   Guru susah berubah,  guru kurang  berkompetensilah, dan lain-lain seperti banyak dugaan orang,  benarkah?  Dugaan itu memang  berakar pada harapan terlalu besar diperankan guru, sebab hipotesisnya adalah guru diyakini sebagai insan dominan   menentukan kemajuan bangsa, alasan itu memang  tak adil tentunya, tanpa memperhatikan nasib guru, serta sarana dan prasarana penunjang proses belajar.

Bagaimanakah kita seharusnya memandang sosok guru itu? Bagaimanakah yang harus ada dikepala guru? Menarik mengutip kata-kata bijak, Donald D. Quinn, penulis Amerika," Jika seorang dokter, pengacara, dan dokter gigi memiliki 40 orang dalam satu waktu di kantornya, semuanya memiliki kebutuhan yang berbeda, dan semuanya disana membawa masalah; dan seorang dokter, pengacara, atau pun dokter gigi, tanpa bantuan, harus mengurus mereka semua dengan tenaga profesional selama 9 bulan, mungkin dia (dokter dkk) memiliki beberapa gambaran 'bagaimana pekerjaan guru di dalam kelas, sebuah ungkapan yang jujur, betapa guru harus cekatan dalam mengajar dan mengisi dirinya, dia harus bisa menangani 'permasalahn' semua muridnya, yang memiliki beraneka karakteristik. Guru harus dituntut  luar biasa memahaminya.

Pada sisi itulah menjadi guru harus  mulai dan diharapkan menjadi guru di hati murid bukan di mata murid. Sebab mimpi berawal dari seorang guru yang mempercayainya, yang menarik, mendorong, membawa kita ke dataran tinggi, kadang ia menusuk diri guru dengan tombak tajam bernama, "Kebenaran." Seorang guru mempengaruhi keabadian; ia tidak pernah bisa mengungkapkan dimana pengaruhnya berhenti. Guru yang baik itu ibarat lilin -- membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain.

Sebagai seorang dosen yang juga guru, saya kerap berhadapan dengan calon-calon guru bagaimana menjadikannya sebagai seorang guru di depan muridnya yang beragam, mereka harus menguasai paling tidak empat kompetensi guru, sosial, profesional, kepribadian, dan  pedagogi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun