Semua orang pasti ingin merasakan kebahagiaan. Namun sejatinya Kebahagiaan yang hakiki itu bersyarat. Lantas apa syaratnya?
Al Fatihah ayat akhir menjelaskan secara jelas. Dan tentu selalu di baca Kaum Muslimin saat melaksanakan kewajiban Shalat, yakni:
Hidup di jalan yang lurus yang penuh dengan kenikmatan (Jalan yang di-Ridhai-Nya). Bukan hidup di jalan yang dimurkai dan disesati-Nya.
Apakah kiat-kiat untuk menuju Jalan yang diridhai-Nya?
Kiat menuju jalan yang diridhainya antara lain sebagaimana tertulis dalam Al-Hadits Riwayat Muslim berdasar perspektif pribadi:
Beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan segala sesuatu dengan-Nya. Artinya fokus diri kita dalam beribadah kepada Allah dilakukan secara totalitas, tidak bercabang pikiran dan hati kita saat hendak beribadah kepada-Nya, yang memikirkan selain Ke-Mahakuasaan-Nya. Niscaya Allah menjamin kesejahteraan kita semasa hidup di alam dunia. Inilah yang saya rasakan pribadi kebermanfaatannya.
Seorang yang berpegang teguh pada Ajaran Agama-Nya, dan tiada dalam keadaan berpecah belah dengan sesama saudaranya. Semua dalam satu kesatuan dan persatuan, saling menguatkan dan saling mendukung satu sama lainnya.
Inilah yang saya implementasikan dalam berinteraksi baik secara real dalam kehidupan nyata, maupun secara virtual di dunia maya terutama saat berinteraksi dengan sesama penulis di kompasiana. Saya merasakan ketentraman jiwa karenanya.
Saling memberikan nasihat atau saran dan kritik yang membangun, dan yang paling diutamakan saran dan kritik kepada pihak yang memiliki kuasa atas kehidupan diri kita (seperti kepada kebijakan Pemerintah yang sah di Negeri ini) yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Amalan memberikan masukan kepada pemangku kebijakan, baru bisa kita lakukan jika kita benar-benar dapat mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis dan sampaikan berdasar kapabilitas kita sebagai seorang yang ahli dan kompeten dalam bidang kita geluti. Dengan tujuan untuk sama-sama membangun peradaban negeri ke arah yang menjanjikan kehidupan seluruh. Ini adalah wujud kepedulian kita kepada kehidupan kita semua.
Allah menganugerahkan akal untuk berfikir demi kebaikan bersama, bukan untuk tipu daya apalagi menjerumuskan banyak orang. Maka dari itu masukan dan kritik yang diberikan kepada pemangku kebijakan publik mesti terjamin aktualitasnya dan terdapat aspirasi yang sarat kebermanfaatan untuk dipertimbangkan beliau yang menerima masukan kita.
Saya mengimplementasikan amalan diatas, dan saya merasakan kebermanfaatannya. Dimana hidup saya penuh kebahagiaan atas derma-perjuangan-kontribusi yang saya berikan kepada Negeri, tanpa harap iming-iming materi-kedudukan dan lainnya yang bersifat fana.
Apakah kiat-kiat agar Allah tidak murka atas diri kita?
Berikut kiat menghindari jalan yang dimurkai dan disesati-Nya sebagaimana tertulis dalam Al-Hadits Riwayat Muslim berdasar perspektif pribadi: