Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kunci Kebahagiaan (Surah Al-Fatihah dan Amalannya)

12 Oktober 2022   05:30 Diperbarui: 12 Oktober 2022   05:43 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahagia (Sumber: Freepik)

Semua orang pasti ingin merasakan kebahagiaan. Namun sejatinya Kebahagiaan yang hakiki itu bersyarat. Lantas apa syaratnya?

Al Fatihah ayat akhir menjelaskan secara jelas. Dan tentu selalu di baca Kaum Muslimin saat melaksanakan kewajiban Shalat, yakni:

Hidup di jalan yang lurus yang penuh dengan kenikmatan (Jalan yang di-Ridhai-Nya). Bukan hidup di jalan yang dimurkai dan disesati-Nya.

Apakah kiat-kiat untuk menuju Jalan yang diridhai-Nya?

Kiat menuju jalan yang diridhainya antara lain sebagaimana tertulis dalam Al-Hadits Riwayat Muslim berdasar perspektif pribadi:

Beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan segala sesuatu dengan-Nya. Artinya fokus diri kita dalam beribadah kepada Allah dilakukan secara totalitas, tidak bercabang pikiran dan hati kita saat hendak beribadah kepada-Nya, yang memikirkan selain Ke-Mahakuasaan-Nya. Niscaya Allah menjamin kesejahteraan kita semasa hidup di alam dunia. Inilah yang saya rasakan pribadi kebermanfaatannya.

Seorang yang berpegang teguh pada Ajaran Agama-Nya, dan tiada dalam keadaan berpecah belah dengan sesama saudaranya. Semua dalam satu kesatuan dan persatuan, saling menguatkan dan saling mendukung satu sama lainnya. 

Inilah yang saya implementasikan dalam berinteraksi baik secara real dalam kehidupan nyata, maupun secara virtual di dunia maya terutama saat berinteraksi dengan sesama penulis di kompasiana. Saya merasakan ketentraman jiwa karenanya.

Saling memberikan nasihat atau saran dan kritik yang membangun, dan yang paling diutamakan saran dan kritik kepada pihak yang memiliki kuasa atas kehidupan diri kita (seperti kepada kebijakan Pemerintah yang sah di Negeri ini) yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Amalan memberikan masukan kepada pemangku kebijakan, baru bisa kita lakukan jika kita benar-benar dapat mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis dan sampaikan berdasar kapabilitas kita sebagai seorang yang ahli dan kompeten dalam bidang kita geluti. Dengan tujuan untuk sama-sama membangun peradaban negeri ke arah yang menjanjikan kehidupan seluruh. Ini adalah wujud kepedulian kita kepada kehidupan kita semua. 

Allah menganugerahkan akal untuk berfikir demi kebaikan bersama, bukan untuk tipu daya apalagi menjerumuskan banyak orang. Maka dari itu masukan dan kritik yang diberikan kepada pemangku kebijakan publik mesti terjamin aktualitasnya dan terdapat aspirasi yang sarat kebermanfaatan untuk dipertimbangkan beliau yang menerima masukan kita. 

Saya mengimplementasikan amalan diatas, dan saya merasakan kebermanfaatannya. Dimana hidup saya penuh kebahagiaan atas derma-perjuangan-kontribusi yang saya berikan kepada Negeri, tanpa harap iming-iming materi-kedudukan dan lainnya yang bersifat fana.

Apakah kiat-kiat agar Allah tidak murka atas diri kita?

Berikut kiat menghindari jalan yang dimurkai dan disesati-Nya sebagaimana tertulis dalam Al-Hadits Riwayat Muslim berdasar perspektif pribadi:

Tidak Berprasangka dan mudah menerima kabar atau berita yang tidak terjamin kebenaran dan aktualitasnya. Ini hanya akan mengotori pikiran kita, dan menyebabkan hidup penuh dengan prasangka yang menyesatkan diri kita. Akibatnya masalah demi permasalahan datang silih berganti, dan menyebabkan hidup nampak tidak berbahagia. 

Ciri orang yang dimurkai dan disesati Allah, atas akibat kesalahan yang diperbuatnya sendiri. Karena tidak mau mempergunakan akal untuk mem-filter apa yang ia terima (berita dan kabar) untuk kemudian difikirkan dan disebarkan ke orang banyak.

Tidak banyak mempertanyakan suatu hal yang bukan bersifat urgent dan bertanya untuk kejelasan demi pencerahan juga tidak banyak meminta-minta kepada siapapun. Jika kita terlalu banyak bertanya akan hal tidak urgent dan demi kejelasan, ini akan menghambat diri kita untuk meraih Ridha-Nya. 

Akibatnya kita mempersulit diri sendiri, dan menghambat diri untuk melakukan amalan yang sarat kebermanfaatan karena pikiran kita disibukan oleh hal yang kurang bermanfaat dan bahkan membuat orang lain menjadi berprasangka.

Sementara perbuatan banyak meminta-minta dapat menjerumuskan kita pada sifat tidak mandiri, selalu bergantung pada orang lain. Dan akibat paling fatal jika mengulang perbuatan ini, kita bisa terjerumus dalam pelbagai masalah akibat jika sudah tidak ada yang mau memberi kepada kita maka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Hal ini bisa merusak keimanan kita kepada Yang Maha Kaya, Allah S.W.T.

Tidak boros membelanjakan harta. Perbuatan boros adalah perbuatan setan, yang membuat kita merasakan dampak akibat kesembronoan perilaku tersebut. Karena manusia pasti merasakan roda perputaran, ada kalanya serba ada, dan ada kalanya serba kekurangan. 

Nah apa bila roda kehidupan yang kita jalan sedang dibawah-bawahnya, kita tidak ada cadangan harta untuk menghadapi urgensi saat ini. Akibatnya kita bersusah payah untuk menghidupi diri sendiri bahkan keluarga yang kita naungi, demi memenuhi kebutuhan hari ini dan hari esok. Celakanya jika kita sudah kepepet, dan menabrak norma dan ketentuan hukum demi memenuhi kebutuhan hidup, naudzubillah.

Demikian kiat untuk meraih Kebahagiaan, dimulai dengan melaksanakan Amalan guna meraih Ridha Allah, dan menjauhi perkara yang Dimurkai-Nya.

Selamat mengaplikasikan!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 12 Oktober 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun