Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerangka Berfikir (Frame of Mind) Menjadi Pemicu Perilaku

30 September 2022   06:15 Diperbarui: 30 September 2022   06:18 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanyaan (Sumber: Freepik)

Senangnya sahabat setia Kompasianer dan Reader hadir di tulisan ini.

Pada bahasan ini saya ingin menuliskan esensi dari keilmuan Neurosemantic yakni Kerangka Berfikir (Frame of Mind) yang menjadi Pemicu Perilaku.

Kita dapat mengetahui apa yang menjadi pemicu perilaku seorang setelah mengetahui apa Frame of Mind yang dipergunakannya. Apakah itu Frame of Mind? Bisa dilihat di tulisan link saya berikut: Proses Frame of Mind Bekerja

Seperti contoh:

Apa arti sukses menurut anda?

Si A menjawab Sukses itu apabila sudah tidak ada permasalahan hidup.

Si B menjawab Sukses itu apabila saya memperoleh pengakuan dari banyak orang atas usaha saya.

Si C menjawab Sukses itu apabila saya sudah beroleh harta melimpah ruah.

Si D menjawab Sukses itu apabila saya mendapatkan kedudukan tertinggi di mata masyarakat.

Si E menjawab Sukses itu apabila saya dapat melindungi orang yang saya cintai pada masa-masa yang amat urgent.

Dst.

Dengan memberikan pertanyaan mendalam seputar diri seorang yang ingin kita gali apa yang menjadi referensi hidupnya sehingga kita mengetahui apa yang menjadi pemicu seorang berperilaku demikian, dan menjadi pola hidupnya selama ini. Hal tersebut disebabkan Frame of Mind yang menggerakkan dirinya dalam berkehidupan.

Pertanyaan mendalam yang diistilahkan dalam keilmuan Neurosemantic adalah Meta-Question. Yang mana sahabat bisa mendalaminya di artikel dengan link berikut: Meta-Question dari website yang senantiasa membahas Ilmu NLP (Neuro-Linguistic Programming) dan Neurosemantic yaitu meta-mind.com.

Yang sering ditanyakan dalam Meta-Question diantaranya:

  • Kepentingan, Contoh: Apa pentingnya kesuksesan untuk diri anda?

  • Keyakinan, Contoh: Apa yang menjadi keyakinan anda untuk meraih kesuksesan?

  • Niat, Contoh: Apa niat yang melatarbelakangi diri anda untuk meraih kesuksesan?

  • Keputusan, Contoh: Apa keputusan anda untuk meraih kesuksesan?

  • Identitas, Contoh: Apa identitas diri sebagai persyaratan meraih sukses?

  • Penggambaran, Contoh: Bagaimana gambaran diri yang sudah dinilai sukses?

  • Izin, Contoh: Apa yang diri ini izinkan untuk meraih sukses?

  • Harapan: Contoh: Apa harapan anda guna meraih kesuksesan?

  • Ingatan, Contoh: Saat kondisi apakah anda pernah meraih kesuksesan?

  • Imajinasi, Contoh: Apa yang anda imajinasikan jika kesuksesan diraih?

Ada persyaratan yang mesti kita penuhi agar kita tidak memberikan ketidaknyamanan pada seorang yang ingin kita telusuri ruang dalamnya, yaitu:

  • Seorang yang ditanya memiliki rasa percaya kepada penanya.

  • Ada relasi yang baik antara seorang yang ditanya dan penanya.

  • Yang ditanya siap untuk dieksplorasi oleh penanya.

  • Tidak menanyakan Kerangka Berfikir yang kontra-produktif/tidak menguntungkan.

  • Apabila sang penanya ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi dirinya dirundung permasalahan, maka sang penanya wajib meyakinkan, bahwa dari setiap jawaban dari pertanyaan yang dijawab, adalah kebutuhan seorang yang ditanya. Penanya hanya memfasilitasi saja.

Proses meta-question ini sejatinya dapat menelusuri apa yang menjadi permasalahan dari hidup seorang yang ditanyakan oleh penanya. Karena saat itu juga seorang yang ditanya dapat mengkritisi pemikiran dirinya, yang menyebabkan pelbagai masalah menimpa hidup dirinya.

Ada baiknya diri kita mencoba meta-question ini pada diri kita sendiri sebagai bentuk refleksi diri.

Bagaimana sahabat? Mau mencoba? 

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 30 September 2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun