Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menanam Benih Pohon Alpukat di Kebun Nenek

18 September 2022   13:00 Diperbarui: 18 September 2022   13:29 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Nenek di Pameungpeuk (Dokpri)

Selamat Siang sahabat setia Kompasianer dan Readers!

Saya barusan pagi berangkat bersama Ayahanda yang mengendarai motor kopling menuju lokasi Kebun Nenek di Pameungpeuk, Cisarua. Menimbang saya gak jago kalau masalah membawa kendaraan... kemayu banget.

Saya numpang mejeng bergaya, kaya yang iya ajah seperti foto diatas. Padahal yang sibuk menanam benih pohon dan menancapkan penyangga benih pohon agar tegak berdiri dengan diikat adalah masyarakat tuan rumah di kampung halaman Nenek Tercinta. 

Kami sekeluarga besar dari Nenek sudah menyiapkan benih pohon Alpukat jauh-jauh hari. Semua karena kreasi dan inovasi sang Ayahanda Ahlinya dalam Ilmu Tanaman dan Pepohonan juga Uwa saya (*Uwa sebutan kakak dari Ibunda saya) yang turut sama-sama membuat benih pohon Alpukat Unggul yang laku keras di pasaran.

Ayahanda bak seorang peneliti tanaman Alpukat walau tanpa gelar akademis di bidangnya. 

Ada kisah tentang kebun di Rumah saya (yang kami tinggalkan) dilempar sampah sampah organik dari sebuah sekolah yang merupakan tetangga saya oleh murid-murid yang tidak tahu etika. Tapi ternyata kejadian ini sebuah anugerah. Karena yang dilempar anak-anak didik yang perlu dididik tersebut adalah biji alpukat unggul dari Varian Alpukat Mentega dan Alpukat Aligator. Wah berkah bagi keluarga saya yang mengikuti zaman modern ini untuk tetap survive dari kerasnya era krisis yang kini menerpa, karena pohon Alpukat dari biji buangan tersebut, sudah banyak tumbuh di kebun rumah kami.

Alpukat dari kebun kami laku keras di pasaran. Dan kami tidak menjualnya ke pasar, melainkan pelanggan setia yang datang dengan inisiatif ke rumah saya, membeli Alpukat kadang sampai 2 karung. 1 karung bisa sampai 25 kg, dan dibanderol dengan harga yang fantastis, dari 2 karung buah alpukat mentega super, kami mendapat laba bersih sebesar 1.500k Rupiah sahabat (artinya 1 kg bisa mencapai harga 30k rupiah di kediaman saya). Ini cukup bagi kami untuk membayar tagihan listrik bulanan, internet bulanan, bensin kendaraan, bayar pajak tahunan, dan sedekah bagi yang urgen membutuhkan dana.

Bagi kami Kualitas adalah Prioritas. Kami tak pernah mengecewakan pelanggan kami. Sampai bisnis Alpukat ini langgeng bertahan dinanti pelanggan setia kami di Kediaman Kami.

Menimbang kami mengetahui prospek cerah dari Produktivitas Pohon Alpukat. Maka kami sekeluarga besar dari Nenek. Kami bahu-membahu bereksperimen membuat benih Alpukat Unggul. Kalau saya tugasnya hanya sebagai kuli panggul benih saja, bukan kaleng-kaleng. Karena memang saya belum menguasai benar ilmu tentang tanam-menanam pohon dan perawatannya. Ayahanda saya mengisi masa pensiunnya dengan hal-hal menakjubkan dan menghidupi kebutuhan keluarga juga Nenek (Ibu dari Ibunda saya) tercinta.

Kebun Nenek di Pameungpeuk (Dokpri)
Kebun Nenek di Pameungpeuk (Dokpri)
Masyarakat Pamengpeuk yang merupakan tetangga dekat kediaman keluarga besar Uyut kami menyambut hangat kami sekeluarga.

Ayahanda dan Seorang Bapak dari tetangga kami, begitu akrabnya saling bercengkrama. Ternyata DNA motivasi senang berbagi saya itu turun dari Ayahanda saya. Ayahanda tanpa sungkan membagikan seluruh ilmunya kepada masyarakat yang berkumpul di kebun Nenek. Saya mendengar sedikit ilmu yang ayahanda saya paparkan perihal alpukat.

  • Buah Alpukat Varian Mentega dan Mentega Super kalau jatuh dan terbanting pada proses pemetikan dan distribusi akan mempengaruhi kualitas kenikmatan buahnya.
  • Buah Alpukat Varian Mentega dan Mentega Super yang sudah terlanjur terbentur, maka saat matang akan menghitam. Kalau demikian akan membuat konsumen yang membeli komplain dengan ketidaknyamanan ini. Maka jika ada pelanggan kami mengeluh, maka kami ganti kerugian yang dialami konsumen dengan buah Alpukat segar dan baru varian yang sama.
  • Buah Alpukat yang dipetik tapi masih mentah dan dipetik paksa karena urgensi ingin buru-buru dijual, menyebabkan munculnya urat-urat dan merusak tampilan daging alpukat, sehingga kurang nikmat untuk disantap penikmat buah Alpukat.
  • Menanam Pohon Alpukat jangan di tengah lahan. Tapi di pinggir lahan atau dekat benteng pembatas lahan. Kalau ditengah lahan, bisa menghambat masyarakat tetangga kampung halaman kami untuk memperoleh rezeki dari menanam tanaman lainnya di lahan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun