Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adinda Sang Penjaga

6 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 6 Juli 2022   05:44 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Freepik

Selamat berjumpa kembali sahabat kompasiana dan readers~ Kali ini saya mau mengkisahkan sebuah perjuangan sang Adik Perempuan dalam ketegarannya menjaga saya yang menderita sakit psikis.

Apakah perlu sebuah tissue untuk menemani api roket pesawat antariksa yang keluar dari batang hidung pemirsa?

Boleh-boleh saja disiapkan hahahaha!

Baik kita mulai kisahnya.

***

Adinda yang sibuk di Masa-Masa SMP, harus rela menatap saya dalam keadaan sakit parah melanda. Saya diikat oleh tali-temali berlapis lapis yang mengikat tangan dikebelakangkan tubuh agar saya tidak mengamuk karena ketidaksadaran saya dalam pengaruh guna-guna.

Dimasa Ayahanda dan Ibunda bertualang mencari seorang yang mampu mengobati saya. Adinda dan nenek tercinta, menyuapi saya yang dalam keadaan terikat. Adinda membersihkan air seni saya yang berada di pispot, dan karena saya telah disuntik secara medis, maka tubuh saya tidak terpancing untuk buang air besar. 

***

Setelah saya mulai tersadarkan, ikatan tali-temali yang mencengkram tubuh saya dilepas. Adinda memeluk tubuh kurus saya saat itu.

"Aa orang kuat... Eneng akan jaga Aa." Begitulah ucapnya.

Beruntungnya saya dinaungi keluarga besar, karena kami telah meninggalkan rumah kami di kediaman sebelumnya yang dipenuhi suasana mistis nan mengerikan. Alhasil kami tinggal di rumah nenek sekeluarga. Walau perasaan malu menimpa ayahanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun