Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adinda Sang Penjaga

6 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 6 Juli 2022   05:44 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Freepik

Akhirnya saya tergugah dengan berzikir, sebagaimana kisah adinda yang lebih dahulu terkena sihir yang membuat fisiknya menderita dahulu.

***

Bertahun-tahun berlalu. Saya sukses lulus Ujian Nasional walau dengan nilai pas-pasan. Dan mengikuti perkuliahan di sebuah Akademi di perkotaaan.

Saya kini menghadapi Ujian Semester di kampus di malam hari karena mengikuti kelas malam. Adinda dengan rela menunggu saya di ruang piket satpam, yang mengantar saya pergi ke kampus, dan pulang ke rumah.

Namun terjadilah keganjilan pada diri saya. Bisikan-bisikan teror mulai menghantui diri saya saat ujian. Saya yang melawan rasa takut, bercampur aduk bagaimana saya harus mengisi soal ujian. Tangan saya bergetar tak karuan. Jantung saya berdebar, keringat dingin membasahi sekujur tubuh. Saya melawan bisikan itu semua, demi adinda yang menunggu saya. Saya tidak mau membuat adinda kerepotan saya tiba-tiba menjerit ketakutan karena teror bisikan. Saya tahan semampu saya, dan berfikir keras menjawab isi soal yang saya kerjakan.

Alhamdulillah selama ujian tidak terjadi apa-apa. Namun...

Saat saya menaiki motor yang dikemudikan adinda. Semua bisikan horor mendera sekaligus dan meledak dalam satu waktu, membuat perasaan bersalah menggema.

"Eneeng.... Aa takut... Aa takut..."

"Dzikir Aa... Dzikir... Aa pasti bisa."

Dalam boncengan motor dimalam hari, antara jeritan rasa takut bercampur aduk menjadi satu dengan lisan dzikir.

Adinda membawa saya dengan motornya, penuh kehati-hatian yang pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun